IBC Jadi Momentum Daya Saing BUMN dan Ketahanan Energi Nasional

Jum'at, 26 Maret 2021 - 23:39 WIB
loading...
IBC Jadi Momentum Daya...
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Kementerian BUMN menilai pembentukan Indonesia Battery Holding (IBH) atau Indonesia Battery Corporation (IBC) mampu meningkatkan daya saing BUMN. Bahkan, holding Electric Vehicle Battery pelat merah itu diyakini membuka lapangan pekerjaan baru dan memperkuat ketahanan energi nasional.

IBC didirikan sebagai holding untuk mengelola ekosistem industri baterai kendaraan bermotor listrik atau electric vehicle battery yang terintegrasi dari hulu hingga hilir.

Pembentukan IBC ditandai dengan penandatanganan perjanjian pemegang saham atau shareholders’ agreement yang dilangsungkan pada 16 Maret 2021 lalu oleh empat perusahaan BUMN sektor pertambangan dan energi yakni Holding Industri Pertambangan - MIND ID, PT Antam Tbk, PT Pertamina (Persero) dan PT PLN (Persero), dengan komposisi saham sebesar masing-masing 25 persen.



Menteri BUMN Erick Thohir mencatat, IBC merupakan strategi pemerintah, khususnya Kementerian BUMN untuk memaksimalkan potensi sumber daya mineral di Indonesia.

“Kita ingin menciptakan nilai tambah ekonomi dalam industri pertambangan dan energi, terutama nikel yang menjadi bahan utama baterai EV, mengembangkan ekosistem industri kendaraan listrik, dan memberikan kontribusi terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan. Selain itu, investasi skala besar seperti ini akan membuka banyak lapangan kerja, khususnya untuk generasi muda kita,” ujar Erick Thohir, Jumat (26/3/2021).

Sejalan dengan IBC yang akan mengelola ekosistem industri baterai kendaraan listrik, perusahaan juga akan melakukan kerjasama dengan pihak ketiga yang menguasai teknologi dan pasar global untuk membentuk entitas patungan di sepanjang rantai nilai industri EV battery mulai dari pengolahan nikel, material prekursor dan katoda, hingga battery cell, pack, energy storage system (ESS), dan recycling.



Hingga saat ini telah dilakukan penjajakan dengan beberapa perusahaan global yang bergerak di industri baterai EV, seperti dari China, Jepang, Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Eropa.

"Kita terbuka untuk bekerjasama dengan siapapun. Hanya saja harus memenuhi tiga kriteria, yakni mendatangkan investasi pada sepanjang rantai nilai, membawa teknologi, dan pasar regional atau global. Tiga syarat itu penting agar seluruh rantai nilai di industri EV battery ini dapat dibangun secara terintegrasi melalui sinergi yang strategis,” jelas Erick.

Indonesia memiliki potensi yang signifikan untuk mengembangkan ekosistem industri kendaraan bermotor listrik dan baterai listrik. Di sektor hulu, Indonesia memiliki cadangan dan produksi nikel terbesar di dunia dengan porsi cadangan sebesar 24 persen dari total cadangan nikel dunia.



Sedangkan di hilir, Indonesia berpotensi memiliki pangsa pasar produksi dan penjualan kendaraan jenis bermotor roda dua dan empat yang sangat besar dengan potensi 8,8 juta unit untuk kendaraan roda dua dan 2 juta unit untuk kendaraan roda empat pada tahun 2025. Dengan keunggulan rantai pasokan yang kompetitif, setidaknya 35 persen komponen EV bisa berasal dari lokal.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2111 seconds (0.1#10.140)