Kreasi UMi Pegadaian 'Si Penyelamat UMKM' di Tengah Pandemi
loading...
A
A
A
MAKASSAR - Jari jemari perempuan paruh baya itu begitu telaten membentuk kalumping dalam bahasa Makassar atau lipatan-lipatan kecil pada pinggiran kulit pembungkus jalangkote. Jalangkote merupakan camilan khas Makassar yang dikalangan kebanyakan disebut pastel.
Aktivitas tersebut sudah 10 tahun lebih dilakoni oleh Suleha, 45 tahun, di rumah produksinya di Jalan Tanjung Raya 6 nomor 25, Kota Makassar. Dengan nama usaha Jalangkote Mita dan Ani. Melalui kepiawaiannya membuat jalangkote inilah, Suleha bisa menghidupi keluarganya.
Pada kondisi pandemi yang sudah berlangsung lama, Suleha bercerita, jika usahanya tidak secemerlang sebelum masa pandemi . Untuk itu, ibu tiga anak ini harus benar-benar memutar otak bagaimana menjaga agar usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) jalangkotenya tetap berjalan.
Beruntung baginya, sejak kurun waktu 3 tahun terakhir bisa mengenal program Ultra Mikro (UMi) milik Pegadaian . Dari perkenalan inilah, Suleha mengaku usahanya bisa eksis di masa pandemi dengan sokongan program yang dihadirkan Pegadaian . Apalagi, jika melihat kondisi ekonominya dan aset yang dimilikinya akan sangat susah mengakses pembiayan perbankan alias unbankable.
Tapi, semua keinginannya untuk menambah modal usaha tanpa harus ribet mengurus persyaratan agunan yang bernilai besar dan administrasi berbelit bisa diwujudkan oleh Pegadaian .
“Sebenarnya saya sudah jadi nasabah Pegadaian sudah lebih dari 10 tahun untuk produk gadainya, tapi untuk Kreasi Ultra Mikro (UMi) dengan agunan BPKB motor sudah sejak tiga tahun. Dari pinjaman tersebut alhamdulillah usaha jalangkote saya bisa eksis di kondisi pandemi,” ujarnya.
Suleha mengaku kepincut dengan Pegadaian Kreasi UMi karena prosesnya tidak ribet, dan agunannya hanya bermodalkan BPKB serta syarat administrasi lainnya. Hasilnya, hanya butuh waktu empat hari pinjamannya sudah bisa dicairkan.
Salah satu keluarga petani melihat saldo tabungan emas Pegadaian di Kabupaten Maros, Minggu (25/04/2021). Foto: SINDOnews/Muchtamir Zaide
“Awalnya pinjam Rp10 juta dengan waktu kembali 12 bulan, terus usaha berkembang saya tambah lagi modalnya Rp8 juta sudah lunas dan saya ajukan lagi Rp6 juta untuk menambah modal lagi. Dari proses itu saya senang karena bunganya rendah tidak mencekik leher, belum lagi petugasnya ramah dan kami tidak dikejar-kejar seperti pembiayaan lainnya,” jelasnya.
Aktivitas tersebut sudah 10 tahun lebih dilakoni oleh Suleha, 45 tahun, di rumah produksinya di Jalan Tanjung Raya 6 nomor 25, Kota Makassar. Dengan nama usaha Jalangkote Mita dan Ani. Melalui kepiawaiannya membuat jalangkote inilah, Suleha bisa menghidupi keluarganya.
Pada kondisi pandemi yang sudah berlangsung lama, Suleha bercerita, jika usahanya tidak secemerlang sebelum masa pandemi . Untuk itu, ibu tiga anak ini harus benar-benar memutar otak bagaimana menjaga agar usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) jalangkotenya tetap berjalan.
Beruntung baginya, sejak kurun waktu 3 tahun terakhir bisa mengenal program Ultra Mikro (UMi) milik Pegadaian . Dari perkenalan inilah, Suleha mengaku usahanya bisa eksis di masa pandemi dengan sokongan program yang dihadirkan Pegadaian . Apalagi, jika melihat kondisi ekonominya dan aset yang dimilikinya akan sangat susah mengakses pembiayan perbankan alias unbankable.
Tapi, semua keinginannya untuk menambah modal usaha tanpa harus ribet mengurus persyaratan agunan yang bernilai besar dan administrasi berbelit bisa diwujudkan oleh Pegadaian .
“Sebenarnya saya sudah jadi nasabah Pegadaian sudah lebih dari 10 tahun untuk produk gadainya, tapi untuk Kreasi Ultra Mikro (UMi) dengan agunan BPKB motor sudah sejak tiga tahun. Dari pinjaman tersebut alhamdulillah usaha jalangkote saya bisa eksis di kondisi pandemi,” ujarnya.
Suleha mengaku kepincut dengan Pegadaian Kreasi UMi karena prosesnya tidak ribet, dan agunannya hanya bermodalkan BPKB serta syarat administrasi lainnya. Hasilnya, hanya butuh waktu empat hari pinjamannya sudah bisa dicairkan.
Salah satu keluarga petani melihat saldo tabungan emas Pegadaian di Kabupaten Maros, Minggu (25/04/2021). Foto: SINDOnews/Muchtamir Zaide
“Awalnya pinjam Rp10 juta dengan waktu kembali 12 bulan, terus usaha berkembang saya tambah lagi modalnya Rp8 juta sudah lunas dan saya ajukan lagi Rp6 juta untuk menambah modal lagi. Dari proses itu saya senang karena bunganya rendah tidak mencekik leher, belum lagi petugasnya ramah dan kami tidak dikejar-kejar seperti pembiayaan lainnya,” jelasnya.