Stok Bawang Merah Dijamin Aman, Kementan Kawal Distribusi
loading...
A
A
A
JAKARTA - Memasuki H-1 lebaran, Kementerian Pertanian (Kementan) kembali memastikan bawang merah masih tersedia. Di tengah situasi pandemi Covid-19, jajaran kementerian yang dipimpin Syahrul Yasin Limpo tersebut fokus mengawal ketersediaan pangan pokok salah satunya bawang merah.
Tak tanggung-tanggung, Kementan turut terlibat langsung mengawal distribusi bawang merah. Terutama dari wilayah surplus ke daerah-daerah minus yang berimbas pada naiknya harga.
"Menjelang lebaran ini, kami pantau langsung kondisi pasokan bawang merah dan distribusinya. Faktanya, masih banyak hasil panen yang ditemui,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat melepas langsung pengiriman bawang merah di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes (24/05/2020)
Dia melanjutkan selama pandemi Covid-19 ini pihaknya telah mengalokasikan anggaran mendukung pemasaran produk hortikultura termasuk bawang merah. “Kami fasilitasi biaya ongkos kirim untuk mengirim bawang merah dari sentra surplus ke daerah yang minus. Tujuannya untuk menstabilkan harga dan konsumen tidak terbebani dengan penambahan biaya angkut,” kata Anton.
Pada kesempatan tersebut, Dirjen Hortikultura memberangkatkan bawang merah total 42 ton untuk tujuan Medan (14 ton), Pematang Siantar (14 ton) dan Air Tiris-Riau (14 ton) dari Gudang Larangan-Brebes. Bawang merah tersebut rencana dijual di lokasi pasar tujuan sekitar Rp40.000-Rp45.000/Kg. Sementara dari pantauan harga bawang merah di Kota Medan dan Riau saat ini berkisar Rp50.000-Rp60.000/Kg.
Sebelumnya, sebanyak 22 ton bawang merah juga telah diberangkatkan dari Cirebon untuk didistribusikan ke Palembang dan Medan. Tujuannya untuk mengguyur pasokan bawang merah di Sumatera Utara untuk menekan harga.
Lebih lanjut Anton menegaskan komitmen pemerintah yang tidak hanya hadir apabila harga produk petani naik. Namun juga memberikan skema tunda jual apabila harga jatuh.
"Untuk bawang merah, selain biaya distribusi kami sudah anggarkan subsidi biaya sewa gudang untuk tunda jual apabila harga berpotensi turun. Kelompoktani dan Dinas Pertanian yang menyediakan gudangnya, kami yang bayar sewanya," jelas Anton.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Yulia Hendrawati menyatakan pihaknya merasa terbantu dengan adanya skema bantuan distribusi yang telah diberikan Kementan dan siap menjaga pola tanam bawang merah.
“Kami dukung dan apresiasi langkah Kementan dalam mengantisipasi kenaikan harga bawang merah. Dari sisi produksi kami akan genjot terus, bulan Juni-Juli nanti rencana ada 5.000 hektar siap panen. Lebaran ini, Insya Allah bawang merah masih banyak,” ujar Yulia.
Sebagai sentra terbesar, Brebes mampu menyumbang sekitar 30-40% produksi nasional setiap tahun. “Tahun ini memang panen raya mundur di bulan Juni, musim hujannya baru mulai Desember tahun lalu jadi nunggu pertanaman padi dulu baru tanam raya bawang merah,” lanjutnya.
Senada, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari yang juga petani bawang merah Brebes menyatakan kendala distribusi akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar cukup mempengaruhi pasokan.
“Kalau kondisi normal dan permintaan tinggi, setiap hari tidak kurang 50 ton bisa kita kirim keluar Brebes, sekarang paling hanya 20-30 ton saja. Seminggu setelah lebaran nanti panenan diperkirakan mulai nambah banyak, dan pasokan bisa segera normal” ujarnya.
Juwari mengaku saat ini banyak petani bawang merah menikmati harga yang cukup tinggi di tingkat petani yang mencapai Rp 30 ribu - Rp 35 ribu per kilogram. Harga tersebut digadang dapat berangsur normal seiring pemerataan distribusi dan panen raya. “Mudah-mudahan nanti panen raya harga tetap terkendali normal,” pungkas Juwari.
Tak tanggung-tanggung, Kementan turut terlibat langsung mengawal distribusi bawang merah. Terutama dari wilayah surplus ke daerah-daerah minus yang berimbas pada naiknya harga.
"Menjelang lebaran ini, kami pantau langsung kondisi pasokan bawang merah dan distribusinya. Faktanya, masih banyak hasil panen yang ditemui,” ujar Direktur Jenderal Hortikultura, Prihasto Setyanto saat melepas langsung pengiriman bawang merah di Kecamatan Larangan, Kabupaten Brebes (24/05/2020)
Dia melanjutkan selama pandemi Covid-19 ini pihaknya telah mengalokasikan anggaran mendukung pemasaran produk hortikultura termasuk bawang merah. “Kami fasilitasi biaya ongkos kirim untuk mengirim bawang merah dari sentra surplus ke daerah yang minus. Tujuannya untuk menstabilkan harga dan konsumen tidak terbebani dengan penambahan biaya angkut,” kata Anton.
Pada kesempatan tersebut, Dirjen Hortikultura memberangkatkan bawang merah total 42 ton untuk tujuan Medan (14 ton), Pematang Siantar (14 ton) dan Air Tiris-Riau (14 ton) dari Gudang Larangan-Brebes. Bawang merah tersebut rencana dijual di lokasi pasar tujuan sekitar Rp40.000-Rp45.000/Kg. Sementara dari pantauan harga bawang merah di Kota Medan dan Riau saat ini berkisar Rp50.000-Rp60.000/Kg.
Sebelumnya, sebanyak 22 ton bawang merah juga telah diberangkatkan dari Cirebon untuk didistribusikan ke Palembang dan Medan. Tujuannya untuk mengguyur pasokan bawang merah di Sumatera Utara untuk menekan harga.
Lebih lanjut Anton menegaskan komitmen pemerintah yang tidak hanya hadir apabila harga produk petani naik. Namun juga memberikan skema tunda jual apabila harga jatuh.
"Untuk bawang merah, selain biaya distribusi kami sudah anggarkan subsidi biaya sewa gudang untuk tunda jual apabila harga berpotensi turun. Kelompoktani dan Dinas Pertanian yang menyediakan gudangnya, kami yang bayar sewanya," jelas Anton.
Ditemui di tempat yang sama, Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Brebes, Yulia Hendrawati menyatakan pihaknya merasa terbantu dengan adanya skema bantuan distribusi yang telah diberikan Kementan dan siap menjaga pola tanam bawang merah.
“Kami dukung dan apresiasi langkah Kementan dalam mengantisipasi kenaikan harga bawang merah. Dari sisi produksi kami akan genjot terus, bulan Juni-Juli nanti rencana ada 5.000 hektar siap panen. Lebaran ini, Insya Allah bawang merah masih banyak,” ujar Yulia.
Sebagai sentra terbesar, Brebes mampu menyumbang sekitar 30-40% produksi nasional setiap tahun. “Tahun ini memang panen raya mundur di bulan Juni, musim hujannya baru mulai Desember tahun lalu jadi nunggu pertanaman padi dulu baru tanam raya bawang merah,” lanjutnya.
Senada, Ketua Asosiasi Bawang Merah Indonesia (ABMI) Juwari yang juga petani bawang merah Brebes menyatakan kendala distribusi akibat Pembatasan Sosial Berskala Besar cukup mempengaruhi pasokan.
“Kalau kondisi normal dan permintaan tinggi, setiap hari tidak kurang 50 ton bisa kita kirim keluar Brebes, sekarang paling hanya 20-30 ton saja. Seminggu setelah lebaran nanti panenan diperkirakan mulai nambah banyak, dan pasokan bisa segera normal” ujarnya.
Juwari mengaku saat ini banyak petani bawang merah menikmati harga yang cukup tinggi di tingkat petani yang mencapai Rp 30 ribu - Rp 35 ribu per kilogram. Harga tersebut digadang dapat berangsur normal seiring pemerataan distribusi dan panen raya. “Mudah-mudahan nanti panen raya harga tetap terkendali normal,” pungkas Juwari.
(akr)