Kredit UMKM BRI Dorong Pemulihan Ekonomi
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia (persero) Tbk (BRI) menargetkan penyaluran kredit usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) terus meningkat hingga menembus 85%. Saat ini, porfotolio kredit UMKM BRI tercatat sebesar 80,60% dari seluruh kredit BRI.
Tercatat hingga akhir Maret 2021 penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp914,19 triliun. Penopang utama pertumbuhan kredit BRI yakni kredit mikro sebesar Rp360,03 triliun atau tumbuh 12,43% year on year dan kredit konsumer yang tumbuh 1,62% yoy menjadi Rp145,06 triliun.
Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto mengatakan, penyaluran kredit UMKM yang besar ini akan berdampak bagus kepada pemulihan ekonomi. Hal ini karena kalau UMKM mulai menaikkan produksi, maka mereka akan dengan cepat menambah tenaga kerja. Secara nasional total kredit perbankan yg ke UMKM hanya sebesar 19,68% dari total kredit, jadi ini masih sangat kurang.
"Memang daya beli belum pulih, sehingga permintaan produk UMKM masih terbatas. Nah, kalau ingin pulih cepat, maka menggerakkan ekonomi di level UMKM menjadi pilihan utama, karena perputaran bisnisnya relatif lebih cepat dan langsung bersentuhan dengan upaya penyerapan tenaga kerja." ujar Eko kepada media akhir pekan lalu.
Pemerintah telah mendorong agar bank-bank pelat merah menaikkan pagu kredit UMKM. Bank BRI adalah salah satu bank yang menyanggupi hal tersebut dengan menargetkan penyaluran kredit UMKM hingga menembus 85%.
Selain dengan menaikkan pagu penyaluran kredit, dia juga menilai perlu adanya kebijakan insentif dari perbankan ke UMKM. Selain itu, perlu ada pendampingan agar mendorong UMKM ke level yang layak didanai perbankan.
Menurutnya, jika mereka tidak dibimbing, maka sangat mungkin usahanya akan selalu kecil atau bahkan jadi sasaran berbagai bentuk pembiayaan nonformal ilegal yang saat ini mengepung mereka.
Oleh karena itu, pada skala mikro dan ultramikro, pembentukan ekosistem ultramikro yang dirancang pemerintah sebenarnya punya momentum untuk mengurangi jerat pinjaman ilegal oleh pengusaha mikro yang umumnya berbunga mahal. "Di samping itu juga berfungsi mendorong peningkatan pembiayaan formal ke UMKM dan ultra mikro." kata Eko.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menambahkan bahwa kredit UMKM dapat mendorong sektor ini tetap berkembang selama pandemi.
Mengutip data ILO, selama pandemi 90% UMKM mengalami tekanan keuangan. Kemudian dari studi lain sebanyak 70%?UMKM saat pandemi mengharapkan bantuan dalam bentuk kredit modal kerja untuk memulai kembali usahanya.
Artinya, porsi kredit sangat penting dalam memulai kembali usaha kecil. Dalam konteks pemulihan ekonomi, pelaku UMKM yang diberikan modal usaha dari perbankan bisa merekrut kembali karyawan, membeli bahan baku hingga menolong ekonomi keluarga karena rata- rata pelaku UMKM adalah bisnis skala rumah tangga.
"Multiplier effect-nya sangat luas sehingga UMKM menjadi backbone dalam percepatan pemulihan daya beli kelas menengah dan bawah." kata Bhima.
Selain itu, ia menilai bahwa porsi kredit UMKM dari kredit perbankan nasional harusnya mencapai 30-40%. Namun, saat ini total kredit UMKM hanya sekitar 19,86%.
Selain Bank BRI yang core business-nya di UMKM, bank-bank lainnya tidak sanggup untuk menyalurkan porsi 20% kredit ke sektor UMKM. "Harusnya bukan halangan ya karena bank bisa lakukan channeling ke BPR misalnya dan fintech juga." katanya.
Sebelumnya Direktur Utama Bank BRI Sunarso menargetkan penyaluran kredit UMKM terus meningkat hingga mencapai 85%. Secara umum, porfotolio kredit UMKM BRI tercatat sebesar 80,60% dari seluruh kredit BRI.
"Angka ini menunjukkan perbaikan, dibanding periode sama tahun lalu, porsi UMKM 78,71%. Kami akan terus berusaha menaikkan porsi UMKM, hingga mencapai 85% dari total portofolio kredit," kata Sunarso.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menargetkan kredit UMKM BRI harus 80% dari total kredit yang disalurkan. Erick menyatakan BRI diarahkan untuk mengoptimalkan pelayanannya kepada pelaku UMKM. Menurut dia, porsi kredit 80% untuk UMKM BRI itu bisa bisa terealisasi. Apalagi, BRI terus melakukan ekspansi.
Tercatat hingga akhir Maret 2021 penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp914,19 triliun. Penopang utama pertumbuhan kredit BRI yakni kredit mikro sebesar Rp360,03 triliun atau tumbuh 12,43% year on year dan kredit konsumer yang tumbuh 1,62% yoy menjadi Rp145,06 triliun.
Wakil Direktur INDEF, Eko Listiyanto mengatakan, penyaluran kredit UMKM yang besar ini akan berdampak bagus kepada pemulihan ekonomi. Hal ini karena kalau UMKM mulai menaikkan produksi, maka mereka akan dengan cepat menambah tenaga kerja. Secara nasional total kredit perbankan yg ke UMKM hanya sebesar 19,68% dari total kredit, jadi ini masih sangat kurang.
"Memang daya beli belum pulih, sehingga permintaan produk UMKM masih terbatas. Nah, kalau ingin pulih cepat, maka menggerakkan ekonomi di level UMKM menjadi pilihan utama, karena perputaran bisnisnya relatif lebih cepat dan langsung bersentuhan dengan upaya penyerapan tenaga kerja." ujar Eko kepada media akhir pekan lalu.
Pemerintah telah mendorong agar bank-bank pelat merah menaikkan pagu kredit UMKM. Bank BRI adalah salah satu bank yang menyanggupi hal tersebut dengan menargetkan penyaluran kredit UMKM hingga menembus 85%.
Selain dengan menaikkan pagu penyaluran kredit, dia juga menilai perlu adanya kebijakan insentif dari perbankan ke UMKM. Selain itu, perlu ada pendampingan agar mendorong UMKM ke level yang layak didanai perbankan.
Menurutnya, jika mereka tidak dibimbing, maka sangat mungkin usahanya akan selalu kecil atau bahkan jadi sasaran berbagai bentuk pembiayaan nonformal ilegal yang saat ini mengepung mereka.
Oleh karena itu, pada skala mikro dan ultramikro, pembentukan ekosistem ultramikro yang dirancang pemerintah sebenarnya punya momentum untuk mengurangi jerat pinjaman ilegal oleh pengusaha mikro yang umumnya berbunga mahal. "Di samping itu juga berfungsi mendorong peningkatan pembiayaan formal ke UMKM dan ultra mikro." kata Eko.
Direktur Center of Economic and Law Studies (CELIOS) Bhima Yudhistira menambahkan bahwa kredit UMKM dapat mendorong sektor ini tetap berkembang selama pandemi.
Mengutip data ILO, selama pandemi 90% UMKM mengalami tekanan keuangan. Kemudian dari studi lain sebanyak 70%?UMKM saat pandemi mengharapkan bantuan dalam bentuk kredit modal kerja untuk memulai kembali usahanya.
Artinya, porsi kredit sangat penting dalam memulai kembali usaha kecil. Dalam konteks pemulihan ekonomi, pelaku UMKM yang diberikan modal usaha dari perbankan bisa merekrut kembali karyawan, membeli bahan baku hingga menolong ekonomi keluarga karena rata- rata pelaku UMKM adalah bisnis skala rumah tangga.
"Multiplier effect-nya sangat luas sehingga UMKM menjadi backbone dalam percepatan pemulihan daya beli kelas menengah dan bawah." kata Bhima.
Selain itu, ia menilai bahwa porsi kredit UMKM dari kredit perbankan nasional harusnya mencapai 30-40%. Namun, saat ini total kredit UMKM hanya sekitar 19,86%.
Selain Bank BRI yang core business-nya di UMKM, bank-bank lainnya tidak sanggup untuk menyalurkan porsi 20% kredit ke sektor UMKM. "Harusnya bukan halangan ya karena bank bisa lakukan channeling ke BPR misalnya dan fintech juga." katanya.
Sebelumnya Direktur Utama Bank BRI Sunarso menargetkan penyaluran kredit UMKM terus meningkat hingga mencapai 85%. Secara umum, porfotolio kredit UMKM BRI tercatat sebesar 80,60% dari seluruh kredit BRI.
"Angka ini menunjukkan perbaikan, dibanding periode sama tahun lalu, porsi UMKM 78,71%. Kami akan terus berusaha menaikkan porsi UMKM, hingga mencapai 85% dari total portofolio kredit," kata Sunarso.
Menteri Badan Usaha Milik Negara Erick Thohir menargetkan kredit UMKM BRI harus 80% dari total kredit yang disalurkan. Erick menyatakan BRI diarahkan untuk mengoptimalkan pelayanannya kepada pelaku UMKM. Menurut dia, porsi kredit 80% untuk UMKM BRI itu bisa bisa terealisasi. Apalagi, BRI terus melakukan ekspansi.
(fai)