Tak Mau Rupiah Terkulai, BI Diramal Tak Turunkan Bunga Acuannya

Kamis, 17 Juni 2021 - 10:31 WIB
loading...
Tak Mau Rupiah Terkulai, BI Diramal Tak Turunkan Bunga Acuannya
Foto/Ilustrasi/SINDOnews
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) diperkirakan akan mempertahankan suku bunganya di level 3,5%. Ekonom Bank Permata Josua Pardede mengatakan salah satu pertimbangan BI adalah masih dibutuhkannya tingkat suku bunga yang relatif rendah agar proses pemulihan ekonomi tetap berjalan.

Sementara di sisi lain, sejalan dengan ancaman tapering dari bank sentral negara-negara maju, BI juga diperkirakan memilih untuk tidak menurunkan suku bunga lebih rendah dalam rangka menjaga stabilitas nilai tukar.

Baca juga:Israel Diserang Banyak Balon Pembakar setelah Membombardir Gaza

"Malam lalu, The Fed mengumumkan bahwa The Fed akan mulai mempertimbangkan proses tapering pada pertemuan-pertemuan berikutnya, dengan melihat arah indikator perekonomian. Dalam pertemuan The Fed tersebut juga, para anggota The Fed memproyeksikan bahwa kenaikan suku bunga akan terjadi pada tahun 2023, setidaknya 1 kali," kata Josua saat dihubungi SINDOnews di Jakarta, Kamis (17/6/2021).

Dengan kondisi tersebut, BI diperkirakan mulai akan mempertimbangkan normalisasi kebijakan moneter, meskipun di jangka pendek, diperkirakan BI belum akan menaikan suku bunganya.

"Kebijakan BI dalam mempertahankan suku bunganya akan diiringi oleh beragam kebijakan akomodatif berupa QE, serta triple intervention untuk menjaga stabilitas nilai tukar," katanya.

Dalam merespons proses normalisasi kebijakan moneter, BI akan tetap mendorong terciptanya stabilitas nilai tukar dengan melakukan triple intervention di pasar spot.

" USD/IDR, DNDF dan pasar obligasi sebelum mempertimbangkan normalisasi kebijakan moneternya, melainkan melalui langkah-langkah stabilisasi," katanya.

Selain itu, BI juga akan mengelola stabilitas perekonomian dengan mendorong pendalaman pasar keuangansehingga kondisi likuiditas dapat terkelola dengan baik. Selain itu, juga memperkuat kerja sama bilateral swap agreement dengan bank sentral global dalam rangka memastikan likuiditas valas.

Baca juga:Lho, Fitur Baru Apple Maps Ini Kok Mirip Google Maps Ya?

Lalu, dengan memperkuat kerja sama local currency settlement dengan bank sentral di regional Asia untuk mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS. Dengan kombinasi kebijakan tersebut, diharapkan kondisi likuiditas valas akan tetap terjaga yang berimplikasi pada cadangan devisa yang berada dalam level yang solid serta penguatan pendalaman pasar keuangan domestik. langkah itu diharapkan akan membatasi dampak negatif yang berpotensi ditimbulkan oleh normalisasi kebijakan moneter AS.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3305 seconds (0.1#10.140)