PT KAI Berdayakan Aset-asetnya untuk Dongkrak Kinerja Perusahaan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Selain bisnis angkutan penumpang dan barang, PT Kereta Api Indonesia (Persero) juga terus mengoptimalkan pengusahaan asetnya melalui bisnis komersialisasi nonangkutan. Upaya tersebut KAI lakukan untuk meningkatkan kinerja keuangan perusahaan melalui banyaknya aset potensial yang dimiliki KAI.
“Komersialisasi nonangkutan terus kami optimalkan sebagai bentuk adaptasi KAI di tengah pandemi Covid-19. Kami menyadari aset KAI yang tersebar di Jawa dan Sumatera dapat lebih bernilai guna sehingga penting untuk diberdayakan,” ujar VP Public Relations KAI Joni Martinus di Jakarta, Kamis (23/6/2021).
Joni menjelaskan, bentuk komersialisasi nonangkutan KAI berupa kerja sama pemanfaatan aset stasiun, sarana, ROW (right of way), Non ROW, maupun museum. Untuk kerja sama pemanfaatan aset di stasiun, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai titik stasiun, seperti ruangan, bangunan, gedung, gudang, dan tanah untuk lokasi promosi, minimarket, gudang, cafe, ATM, dan sebagainya.
Baca juga:Ketum Parpol Mesti Bersuara Lantang Soal Presiden Tiga Periode, Jangan Diam Saja
Adapun untuk kerja sama pemanfaatan aset berupa sarana, KAI menyediakan kereta makan, kereta wisata, entertainment on board, mesin perawatan jalan rel dan prasarana penunjang, serta Jasa Balai Yasa/Dipo.
Sementara untuk pemanfaatan ROW atau aset KAI yang berada di sepanjang jalur kereta api aktif, KAI bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengoptimalkan aset tersebut seperti untuk penanaman fiber optik, pipa air, pipa gas, dan pipa minyak. Sedangkan untuk non-ROW atau aset KAI yang berada di luar wilayah stasiun dan ROW, aset-aset KAI dapat dimanfaatkan sebagai kantor, rumah makan, parkir, dan sebagainya.
Aset KAI lainnya yang dapat dikerjasamakan pemanfaatannya berupa museum, bangunan bersejarah, wifi (advertising slot), kegiatan shooting/pemotretan, event/activation, serta naming rights stasiun untuk memberikan kesempatan kepada mitra yang ingin membranding stasiun yang KAI kelola dengan brand atau produknya.
"Hampir seluruh aset KAI dapat dimanfaatkan masyarakat dengan skema kerja sama. Pada prinsipnya pemanfaatan aset dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu operasional kereta api dan tidak mengubah status kepemilikan pada aset yang dimanfaatkan," ujar Joni.
Inovasi terus dilakukan KAI di sektor komersialisasi nonangkutan. Di kawasan stasiun, KAI melakukan digitalisasi baik media informasi maupun iklan. Tenant-tenant di stasiun juga KAI rapikan untuk meningkatkan nilai stasiun termasuk ruang untuk UMKM-UMKM.
“KAI juga telah mengoptimalkan pendapatan dari aplikasi KAI Access berupa iklan dan layanan last mile dengan Taksi Bluebird serta secara berkelanjutan tengah dilakukan pengembangan layanan first mile dengan Taksi Bluebird, top up E-money Mandiri, dan sebagainya,” kata Joni.
Baca juga:Khabib Kecam Mayweather vs Logan Paul Nggak Kompetitif!
Di masa pandemi Covid-19 ini, KAI melakukan upaya-upaya untuk membantu meringankan beban mitra-mitra akibat berkurangnya aktivitas stasiun dibanding sebelum pandemi sebagai strategi customer retention terhadap mitra-mitra kerja sama tersebut. Pada masa pandemi Covid-19 pula, komersialisasi nonangkutan KAI menjalin kerja sama dengan penyedia layanan rapid test antibodi, dan tes Covid-19 lainnya untuk melayani pelanggan di berbagai stasiun.
Joni mengatakan pendapatan KAI di sektor komersialisasi nonangkutan menunjukkan tren positif. Di tahun 2019, pendapatan KAI di sektor tersebut adalah Rp719,1 miliar, naik 19% dibanding pada 2018 yaitu sebesar Rp606,3 miliar. Di tahun 2020 menjadi Rp625,9 miliar dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
Ke depan, KAI akan berinovasi dengan menggunakan skema kerja sama pengelolaan aset berupa profit/revenue sharing. Model bisnis tersebut menjadi alternatif selain persewaan. KAI juga akan mengembangkan komersialisasi nonangkutan berbasis teknologi informasi sehingga akan mempermudah mitra dalam bekerja sama dengan KAI.
“KAI terbuka untuk kerja sama dengan mitra dalam bisnis nonangkutan baik di wilayah stasiun, kereta/sarana, maupun area KAI lainnya. Sehingga diharapkan dengan semakin banyak mitra yang bekerja sama maka akan semakin meningkatkan perekonomian bersama,” tutup Joni.
“Komersialisasi nonangkutan terus kami optimalkan sebagai bentuk adaptasi KAI di tengah pandemi Covid-19. Kami menyadari aset KAI yang tersebar di Jawa dan Sumatera dapat lebih bernilai guna sehingga penting untuk diberdayakan,” ujar VP Public Relations KAI Joni Martinus di Jakarta, Kamis (23/6/2021).
Joni menjelaskan, bentuk komersialisasi nonangkutan KAI berupa kerja sama pemanfaatan aset stasiun, sarana, ROW (right of way), Non ROW, maupun museum. Untuk kerja sama pemanfaatan aset di stasiun, masyarakat dapat memanfaatkan berbagai titik stasiun, seperti ruangan, bangunan, gedung, gudang, dan tanah untuk lokasi promosi, minimarket, gudang, cafe, ATM, dan sebagainya.
Baca juga:Ketum Parpol Mesti Bersuara Lantang Soal Presiden Tiga Periode, Jangan Diam Saja
Adapun untuk kerja sama pemanfaatan aset berupa sarana, KAI menyediakan kereta makan, kereta wisata, entertainment on board, mesin perawatan jalan rel dan prasarana penunjang, serta Jasa Balai Yasa/Dipo.
Sementara untuk pemanfaatan ROW atau aset KAI yang berada di sepanjang jalur kereta api aktif, KAI bekerja sama dengan berbagai pihak untuk mengoptimalkan aset tersebut seperti untuk penanaman fiber optik, pipa air, pipa gas, dan pipa minyak. Sedangkan untuk non-ROW atau aset KAI yang berada di luar wilayah stasiun dan ROW, aset-aset KAI dapat dimanfaatkan sebagai kantor, rumah makan, parkir, dan sebagainya.
Aset KAI lainnya yang dapat dikerjasamakan pemanfaatannya berupa museum, bangunan bersejarah, wifi (advertising slot), kegiatan shooting/pemotretan, event/activation, serta naming rights stasiun untuk memberikan kesempatan kepada mitra yang ingin membranding stasiun yang KAI kelola dengan brand atau produknya.
"Hampir seluruh aset KAI dapat dimanfaatkan masyarakat dengan skema kerja sama. Pada prinsipnya pemanfaatan aset dapat dilakukan sepanjang tidak mengganggu operasional kereta api dan tidak mengubah status kepemilikan pada aset yang dimanfaatkan," ujar Joni.
Inovasi terus dilakukan KAI di sektor komersialisasi nonangkutan. Di kawasan stasiun, KAI melakukan digitalisasi baik media informasi maupun iklan. Tenant-tenant di stasiun juga KAI rapikan untuk meningkatkan nilai stasiun termasuk ruang untuk UMKM-UMKM.
“KAI juga telah mengoptimalkan pendapatan dari aplikasi KAI Access berupa iklan dan layanan last mile dengan Taksi Bluebird serta secara berkelanjutan tengah dilakukan pengembangan layanan first mile dengan Taksi Bluebird, top up E-money Mandiri, dan sebagainya,” kata Joni.
Baca juga:Khabib Kecam Mayweather vs Logan Paul Nggak Kompetitif!
Di masa pandemi Covid-19 ini, KAI melakukan upaya-upaya untuk membantu meringankan beban mitra-mitra akibat berkurangnya aktivitas stasiun dibanding sebelum pandemi sebagai strategi customer retention terhadap mitra-mitra kerja sama tersebut. Pada masa pandemi Covid-19 pula, komersialisasi nonangkutan KAI menjalin kerja sama dengan penyedia layanan rapid test antibodi, dan tes Covid-19 lainnya untuk melayani pelanggan di berbagai stasiun.
Joni mengatakan pendapatan KAI di sektor komersialisasi nonangkutan menunjukkan tren positif. Di tahun 2019, pendapatan KAI di sektor tersebut adalah Rp719,1 miliar, naik 19% dibanding pada 2018 yaitu sebesar Rp606,3 miliar. Di tahun 2020 menjadi Rp625,9 miliar dikarenakan adanya pandemi Covid-19.
Ke depan, KAI akan berinovasi dengan menggunakan skema kerja sama pengelolaan aset berupa profit/revenue sharing. Model bisnis tersebut menjadi alternatif selain persewaan. KAI juga akan mengembangkan komersialisasi nonangkutan berbasis teknologi informasi sehingga akan mempermudah mitra dalam bekerja sama dengan KAI.
“KAI terbuka untuk kerja sama dengan mitra dalam bisnis nonangkutan baik di wilayah stasiun, kereta/sarana, maupun area KAI lainnya. Sehingga diharapkan dengan semakin banyak mitra yang bekerja sama maka akan semakin meningkatkan perekonomian bersama,” tutup Joni.
(uka)