Tiga BUMN Ini Bersinergi Amankan Pasokan Biomassa Dukung Target EBT 23%
loading...
A
A
A
JAKARTA - PLN bersama PTPN Group dan Perhutani bersinergi dalam pelaksanaan co-firing di 52 lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara. Kolaborasi ketiga Badan Usaha Milik Negara (BUMN) ini diresmikan lewat penandatanganan Head of Agreement (HoA) penyediaan biomassa dan pengembangan industri biomassa untuk co-firing PLTU batu bara pada Jumat (16/07) lalu.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyambut baik sinergi ketiga BUMN tersebut. Menurutnya, co-firing PLTU berkontribusi besar dalam peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) serta menjadi bagian dari ekosistem listrik kerakyatan.
“Untuk itu, sinergi tiga BUMN ini sangat penting dalam menjamin pasokan biomassa untuk program co-firing PLTU, serta memberi nilai tambah bagi bisnis Perhutani dan PTPN," ujar Pahala saat menyaksikan penandatanganan HoA antara PLN, PTPN dan Perhutani.
Baca Juga: PLN Salurkan Rp4,8 Miliar Bantu Petani di 54 Lokasi lewat Program Electrifying Agriculture
Pada kesempatan itu, Pahala menekankan perlunya supply chain atau rantai logistik yang efisien sehingga meningkatkan nilai keekonomian bagi ketiga BUMN. Dia pun menilai, kerja sama ketiga perusahaan pelat merah itu merupakan langkah win-win solution. Kementerian BUMN telah menargetkan program co-firing dalam Strategic Mapping BUMN untuk kluster energi untuk membangun ketahanan energi. Untuk itu, Pahala berharap kerja sama ini dapat segera ditindaklanjuti.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, co-firing PLTU adalah upaya untuk memenuhi target nasional bauran EBT sebesar 23% pada 2025. Sejauh ini, kata dia, PLN menargetkan 52 lokasi co-firing PLTU tersebar di seluruh Indonesia sehingga dibutuhkan pasokan biomassa sebesar 9 juta ton per tahun pada 2025.
“Kedepannya ini diharapkan dapat dipenuhi dari Perhutani dan PTPN dari fasilitas yang posisinya terjangkau dari 52 lokasi tersebut," ujar Zulkifli.
Dalam pokok-pokok HoA tersebut dijelaskan, Perhutani akan menyediakan woodchip dalam bentuk serbuk (sawdust), sementara PTPN memasok limbah perkebunan/tandan kosong segar. Dalam kerja sama tersebut, PLN akan bertindak sebagai pembeli, sementara Perhutani dan PTPN sebagai pemasok.
“Kerja sama ini adalah hal yang baru bagi ketiga perusahaan, karenanya kami mengapresiasi kolaborasi dari Perhutani dan PTPN Group, serta berharap dukungan dari Kementerian BUMN dan pihak pemerintah untuk kesuksesan program co-firing ini terutama dari sisi kebijakan dan regulasi terkait penyediaan biomassa,” lanjut Zulkifli.
Direktur Utama PTPN Group Mohammad Abdul Ghani mengatakan, perusahaan yang mengelola komoditas perkebunan itu memperkirakan bisa memasok sekitar 500.000 ton tanda kosong segar kepada PLN. Angka tersebut kemungkinan bertambah hingga 750.000 ton tanda segar per tahun pada 2024 sesuai Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) PTPN Group.
Dia menambahkan, implementasi co-firing PLTU batu bara dengan biomassa merupakan salah satu program “green booster” untuk mendukung target bauran EBT Nasional.
“PTPN Group memiliki potensi biomassa berbasis komoditi perkebunan yang cukup besar antara lain biomassa dari komoditi kelapasawit, karet dan tebu yang dimiliki oleh PTPN I hingga PTPN XIV,” ucapnya.
Ghani juga berharap rogram ini akan menghasilkan penurunan emisi GRK dan berdampak pada kualitas udara di lingkungan sekitar menjadi lebih baik.
Menurut dia, co-firing biomassa dengan batu bara menawarkan aspek positif bagi lingkungan. Sebab, co-firing biomassa akan mengurangi emisi karbondioksida. Selain itu, biomassa juga mengandung sulfur yang jauh lebih sedikit daripada kebanyakan batu bara.
Sementara itu, Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan, saat ini Perhutani memiliki sumber daya kawasan hutan seluas 2,4 juta hektare (ha) di Pulau Jawa serta Madura dan 1,3 juta ha di luar Pulau Jawa yang dikelola oleh anak perusahaan. Luasan areal tersebut dapat dikembangkan menjadi hutan tanaman energi. Sementara ini, areal yang telah dikembangkan hutan tanaman energi seluas kurang leb ih 27.000 Ha dari rencana seluas sekitar 70.000 ha. "Ke depannya Perhutani juga akan menyiapkan industri biomassa berbasis tanaman hutan untuk menghasilkan produk wood pellet dan atau wood chip," kata Wahyu.
Dia menambahkan, Perhutani juga menyiapkan kluster tanaman energi seluas 70.000 ha dan rencana industri turunannya yaitu wood chip dan wood pellet sejak 2019, dan telah menjadi program dalam RJPP 2020-2024 karena peluang pasar luar negeri yang menjanjikan. Tidak hanya itu, Perhutani juga ingin berperan dalam program pemerintah mencapai target bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025 dan target penurunan emisi sebesar 29% pada 2030 sesuai Paris Agreement.
Wakil Menteri BUMN I Pahala Nugraha Mansury menyambut baik sinergi ketiga BUMN tersebut. Menurutnya, co-firing PLTU berkontribusi besar dalam peningkatan bauran energi baru terbarukan (EBT) serta menjadi bagian dari ekosistem listrik kerakyatan.
“Untuk itu, sinergi tiga BUMN ini sangat penting dalam menjamin pasokan biomassa untuk program co-firing PLTU, serta memberi nilai tambah bagi bisnis Perhutani dan PTPN," ujar Pahala saat menyaksikan penandatanganan HoA antara PLN, PTPN dan Perhutani.
Baca Juga: PLN Salurkan Rp4,8 Miliar Bantu Petani di 54 Lokasi lewat Program Electrifying Agriculture
Pada kesempatan itu, Pahala menekankan perlunya supply chain atau rantai logistik yang efisien sehingga meningkatkan nilai keekonomian bagi ketiga BUMN. Dia pun menilai, kerja sama ketiga perusahaan pelat merah itu merupakan langkah win-win solution. Kementerian BUMN telah menargetkan program co-firing dalam Strategic Mapping BUMN untuk kluster energi untuk membangun ketahanan energi. Untuk itu, Pahala berharap kerja sama ini dapat segera ditindaklanjuti.
Direktur Utama PLN Zulkifli Zaini mengatakan, co-firing PLTU adalah upaya untuk memenuhi target nasional bauran EBT sebesar 23% pada 2025. Sejauh ini, kata dia, PLN menargetkan 52 lokasi co-firing PLTU tersebar di seluruh Indonesia sehingga dibutuhkan pasokan biomassa sebesar 9 juta ton per tahun pada 2025.
“Kedepannya ini diharapkan dapat dipenuhi dari Perhutani dan PTPN dari fasilitas yang posisinya terjangkau dari 52 lokasi tersebut," ujar Zulkifli.
Dalam pokok-pokok HoA tersebut dijelaskan, Perhutani akan menyediakan woodchip dalam bentuk serbuk (sawdust), sementara PTPN memasok limbah perkebunan/tandan kosong segar. Dalam kerja sama tersebut, PLN akan bertindak sebagai pembeli, sementara Perhutani dan PTPN sebagai pemasok.
“Kerja sama ini adalah hal yang baru bagi ketiga perusahaan, karenanya kami mengapresiasi kolaborasi dari Perhutani dan PTPN Group, serta berharap dukungan dari Kementerian BUMN dan pihak pemerintah untuk kesuksesan program co-firing ini terutama dari sisi kebijakan dan regulasi terkait penyediaan biomassa,” lanjut Zulkifli.
Direktur Utama PTPN Group Mohammad Abdul Ghani mengatakan, perusahaan yang mengelola komoditas perkebunan itu memperkirakan bisa memasok sekitar 500.000 ton tanda kosong segar kepada PLN. Angka tersebut kemungkinan bertambah hingga 750.000 ton tanda segar per tahun pada 2024 sesuai Rencana Jangka Panjang Perusahaan (RJPP) PTPN Group.
Dia menambahkan, implementasi co-firing PLTU batu bara dengan biomassa merupakan salah satu program “green booster” untuk mendukung target bauran EBT Nasional.
“PTPN Group memiliki potensi biomassa berbasis komoditi perkebunan yang cukup besar antara lain biomassa dari komoditi kelapasawit, karet dan tebu yang dimiliki oleh PTPN I hingga PTPN XIV,” ucapnya.
Ghani juga berharap rogram ini akan menghasilkan penurunan emisi GRK dan berdampak pada kualitas udara di lingkungan sekitar menjadi lebih baik.
Menurut dia, co-firing biomassa dengan batu bara menawarkan aspek positif bagi lingkungan. Sebab, co-firing biomassa akan mengurangi emisi karbondioksida. Selain itu, biomassa juga mengandung sulfur yang jauh lebih sedikit daripada kebanyakan batu bara.
Sementara itu, Direktur Utama Perhutani Wahyu Kuncoro mengatakan, saat ini Perhutani memiliki sumber daya kawasan hutan seluas 2,4 juta hektare (ha) di Pulau Jawa serta Madura dan 1,3 juta ha di luar Pulau Jawa yang dikelola oleh anak perusahaan. Luasan areal tersebut dapat dikembangkan menjadi hutan tanaman energi. Sementara ini, areal yang telah dikembangkan hutan tanaman energi seluas kurang leb ih 27.000 Ha dari rencana seluas sekitar 70.000 ha. "Ke depannya Perhutani juga akan menyiapkan industri biomassa berbasis tanaman hutan untuk menghasilkan produk wood pellet dan atau wood chip," kata Wahyu.
Dia menambahkan, Perhutani juga menyiapkan kluster tanaman energi seluas 70.000 ha dan rencana industri turunannya yaitu wood chip dan wood pellet sejak 2019, dan telah menjadi program dalam RJPP 2020-2024 karena peluang pasar luar negeri yang menjanjikan. Tidak hanya itu, Perhutani juga ingin berperan dalam program pemerintah mencapai target bauran energi nasional sebesar 23% pada 2025 dan target penurunan emisi sebesar 29% pada 2030 sesuai Paris Agreement.
(nng)