Greysia Polii: Pak Erick Thohir Selalu Bilang ke Saya Agar Jangan Menyerah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Wajah sumringah terlihat di wajah Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir ketika menyapa pasangan ganda putri Greysia Polii dan Apriyani Rahayu, yang berhasil meraih mendali emas di Olimpiade Tokyo 2020 . Dalam tayangan sebuah video, Menteri BUMN mengungkapan rasa senangnya karena kedua pasangan tim bulu tangkis itu mampu lenajutkan tradisi emas dalam Olimpiade.
"Halo Greysia, saya terharu dari perjuangan tahun 2021 pada grand final. Kalian mampu melawati tatangan," kata Menteri BUMN Erick Thohir seperti yang dikutip, Selasa (3/8/2021).
Sementara, Greysia dan Apriyani terlihat begitu senang dan menujukan mendali emas itu kepada Menteri BUMN. Ternyata, Erick Thohir punya andil dalam hal ini. Selama ini Erick yang selalu menyemangati Greysia Polii ketika gagal di sebuah turnamen. Terlebih, Erick merupakan chef de mission Tim Indonesia di London, dimana Greysia juga ikut di Olimpiade London, namun gagal mendapakan emas. "Makasih pak, bapak yang selalu bilang sama saya jangan menyerah," ujar Greysia Polii kepada Erick Thohir.
Greysia juga mengungkit kenangannya ketika Erick yang selalu menyemangati dirinya ketika gagal menoreh prestasi. "Bapak waktu 2012 selalu bilang sama saya, maju untuk 2016. Ketika 2016, waktu itu bapak juga yang bilang sama saya 'jangan berhenti dulu Greys, 2020 masih ada," kata Greys.
Erick pun langsung menyanbut dengan bertepuk tangan dengan senyum mengembang ketika Greysia mengungkapkan itu. "Dan ini pak hadiahnya buat bapak," ujar Greysia sambil mengangkat medali emasnya.
Erick pun lantas menyela dan memuji permainan Greys selama bertanding dan berhasil mengalahkan lawannya dari negeri Tirai Bambu. "Luar biasa permainnya. Top. Top. Selamat. Sampai ketemu di Jakarta. Nanti kita kasih hadiah," ujar Erick Thohir.
Greysia-Apriyani meraih mahkota juara ajang paling bergengsi sejagad itu setelah mengalahkan pasangan China Chen Qing Chen lewat kemenangan straight game 21-19, 21-15 di lapangan 1 Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang.
Greysia-Apriyani bukan hanya menjadi penyumbang medali emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo, tetapi juga mencetak sejarah baru bagi dunia bulu tangkis di tanah air sebagai ganda putri pertama yang meraih emas di Olimpiade.
Perjalanan Greysia Polii
Wanita kelahiran Jakarta pada 11 Agustus 1987 ternyata merupakan anak dari pasangan berdarah Minahasa, Willy Polii dan Evie Pakasi. Greysia yang akrab disapa Greys itu tinggal di Jakarta hingga ayahnya meninggal dunia saat ia berusia dua tahun. Greys kemudian pindah ke Manado dan menghabiskan masa kecilnya di sana.
Di Manado Grey ternyata mulai tertarik untuk bermain bulu tangkis akibat pengaruh dari sang kakak, Deyana Lomban, yang juga mantan atlet ganda putri bulu tangkis Indonesia. Bakat bulu tangkis Greysia mulai terlihat ketika ia berusia enam tahun. Pada 1995, Greys beserta dan ibunya pindah ke Jakarta untuk mendapatkan pelatihan dan kesempatan bermain bulu tangkis yang lebih baik. Greysia pun bergabung dengan klub bulu tangkis PB Jaya Raya Jakarta.
Seiring dengan bakatnya yang terus berkembang, Greys akhirnya bergabung dengan tim nasional Indonesia pada 2003 sebagai pemain ganda putri, dan memulai debutnya bersama Jo Novita di Piala Uber 2004.
Kemudian pada 2008, karena usia Jo yang tak lagi muda, Greys berganti pasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Namun, pasangan tersebut belum menunjukkan prestasi. Greys pun lagi-lagi berganti pasangan dengan Meiliana Jauhari, dan lewat berbagai gelar juara, mereka masuk dalam peringkat 10 besar dunia.
Karena menunjukan prestasi yang gemilang, Greys pun lantas dipercaya sebagai wakil Indonesia dalam perhelatan Olimpiade London 2012 dan bergabung di grup C bersama Korea Selatan, Australia dan Afrika Selatan.
Selanjutnya, pada Mei 2013, Greys kembali dipasangkan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Berbeda dengan percobaan pertama, kali ini mereka tampil lebih baik dan mencatat sejumlah prestasi. Pasangan itu bahkan meraih medali emas di nomor ganda putri perorangan dalam ajang Asian Games 2014 yang diselenggarakan di Incheon, Korea Selatan.
Greysia/Nitya pun mendapat kepercayaan untuk mewakili Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Mereka pun keluar sebagai juara grup C setelah meraih kemenangan penuh atas tim Malaysia, Inggris dan Hong Kong.
Namun sayang, mereka kemudian dijegal pasangan China Tang Yuanting/Yu Yang pada laga perempat final. Mereka terpaksa pulang dengan tangan hampa.
Sempat Ingin Pensiun
Setelah Olimpiade Rio, Greysia pada 2017 ditinggal pasangan mainnya, Nitya karena mengalami cedera serius pada bagian bahu sehingga terpaksa gantung raket. Greys yang mengetahui hal itu merasa down dan ingin pensiun. Namun, pihak keluarga dan juga sang pelatih, Eng Hian, memintanya agar terus bermain dan membimbing para pemain muda.
Greys pun menuruti permintaan itu dan terus bersabar. Kesabaran Greysia pun lantas membuahkan hasil yang baik. Pada awal 2017, dia pun bertemu dengan Apriyani Rahayu yang saat itu baru mulai bermain di level senior dan berlatih di Pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur.
Apriyani, bungsu dari empat bersaudara dan satu-satunya anak perempuan dari pasangan Amiruddin Pora dan Siti Jauhar, mulai mendalami dunia bulu tangkis saat bergabung dengan klub Pelita Bakrie Jakarta pada 2011.
Setelah tiga tahun, perempuan kelahiran Konawe, Sulawesi Tenggara, 29 April 1998 yang akrab disapa Apri itu hijrah ke klub Jaya Raya Jakarta pada 2015. Dia pun mengalami peristiwa pahit pada tahun yang sama.
Saat bertanding di kejuaraan Dunia Junior 2015 yang digelar di Lima, Peru, Apri sempat dipanggil keluar lapangan dan ia mendapat kabar duka bahwa sang ibu meninggal dunia. Mendengar kabar tersebut, Apri pun mencoba menahan dukanya untuk sementara dan melanjutkan pertandingan.
Bahkan, Apri pun sukses menggondol medali perunggu di nomor perorangan ganda campuran, berpasangan dengan Fachriza Abimanyu. Di level junior, Apri mencatat sejumlah prestasi, baik sebagai pemain ganda putri maupun ganda campuran.
Apri pun kerap bergonta ganti pasangan, mulai dari Rosyita Eka Putri dan Jauza Fadhila Sugiarto di nomor ganda putri, serta Fachriza Abimanyu, Rinov Rivaldy, Agripinna Prima Rahmanto Putra dan Panji Akbar Sudrajat di nomor ganda putra.
Memasuki 2017, dia pun bergabung dengan tim senior bulu tangkis Indonesia sebagai spesialis ganda putri dan langsung dipasangkan dengan Greysia Polii. Greysia-Apriyani memulai debut mereka di kejuaraan beregu Piala Sudirman 2017, kemudian menyabet gelar juara pertama mereka di ajang Thailand Open 2017 dan disusul French Open 2017.
Dari situ, penampilan mereka kian kompak dan berbagai gelar juara berhasil diraih, di antaranya India Open 2018, Thailand Open 2018, SEA Games 2019, India Open 2019, Indonesia Masters 2020, Spain Masters 2020 dan Thailand Open 2020.
“Di usia saya yang sudah tidak lagi muda, tiba-tiba saja Apriyani muncul. Semuanya berjalan begitu cepat. Kami memenangkan banyak kejuaraan. Saya bersyukur sekali. Saya sudah menunggu kehadirannya begitu lama,” ujar Greysia.
Penantian Panjang
Penantian yang begitu panjang, membuat Greysia yang berpasangan dengan Apriyani lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Mereka harus mendaki jalan terjal dan berliku untuk bisa sampai ke laga puncak.
Satu demi satu lawan pun mereka berhasil singkirkan, mulai dari penyisihan grup. Di grup A, mereka mengalahkan pasangan Malaysia Chow Mei Kuan-Lee Meng Yean (21-14, 21-17), Chloe Birch-Lauren Smith asal Inggris (21-11, 21-13) dan wakil tuan rumah sekaligus ganda putri nomor satu dunia Yuki Fukushima-Sayaka Hirota (24-22, 13-21, 21-8).
Berkat kerja keras yang begitu panjang, Greysia-Apriyani lolos ke perempat final sebagai juara grup, dan sesuai hasil undian, mereka bertemu dengan pemeringkat ketujuh dunia asal China Du Yue-Li Yin Hui. Dengan penuh percaya diri, mereka melewati tantangan itu dan memetik kemenangan 21-15, 20-22, 21-17. Selanjutnya di semifinal, mereka membungkam unggulan keempat asal negeri ginseng Lee Sohee-Shin Seungchan dengan keunggulan 21-19, 21-17.
Saat itu, Greysia-Apriyani sudah mencetak sejarah sebagai ganda putri pertama yang lolos hingga ke babak final Olimpiade. Tinggal selangkah lagi untuk menciptakan sejarah baru sebagai peraih medali emas Olimpiade pertama dari sektor ganda putri.
Impian itu terwujud setelah mereka menumbangkan pasangan rangking dua dunia asal China Chen Qing Chen-Jia Yi Fan di partai final. Greysia-Apriyani merebut gelar juara Olimpiade, dan medali emas kini sudah aman dalam genggaman mereka.
“Saya berpasangan dengan Kak Greys empat tahun lalu. Perjalanan panjang, di mana saya belajar untuk mendewasakan diri, dan hari ini kami mendapatkan semuanya. Ini berkah dari Allah dan doa dari keluarga serta masyarakat Indonesia. Medali ini untuk orang tua saya dan juga kakak saya semua,” ungkap Apriyani.
Berulang kali Greysia-Apriyani mengucap syukur atas kemenangan tersebut dan meluapkannya lewat tawa lepas, senyum lebar serta air mata bahagia mereka. Kini lengkap sudah koleksi medali emas Olimpiade tim bulu tangkis Indonesia dari semua sektor. Mari berharap agar tradisi emas ini terus berlanjut sampai Olimpiade-Olimpiade berikutnya.
"Halo Greysia, saya terharu dari perjuangan tahun 2021 pada grand final. Kalian mampu melawati tatangan," kata Menteri BUMN Erick Thohir seperti yang dikutip, Selasa (3/8/2021).
Sementara, Greysia dan Apriyani terlihat begitu senang dan menujukan mendali emas itu kepada Menteri BUMN. Ternyata, Erick Thohir punya andil dalam hal ini. Selama ini Erick yang selalu menyemangati Greysia Polii ketika gagal di sebuah turnamen. Terlebih, Erick merupakan chef de mission Tim Indonesia di London, dimana Greysia juga ikut di Olimpiade London, namun gagal mendapakan emas. "Makasih pak, bapak yang selalu bilang sama saya jangan menyerah," ujar Greysia Polii kepada Erick Thohir.
Greysia juga mengungkit kenangannya ketika Erick yang selalu menyemangati dirinya ketika gagal menoreh prestasi. "Bapak waktu 2012 selalu bilang sama saya, maju untuk 2016. Ketika 2016, waktu itu bapak juga yang bilang sama saya 'jangan berhenti dulu Greys, 2020 masih ada," kata Greys.
Erick pun langsung menyanbut dengan bertepuk tangan dengan senyum mengembang ketika Greysia mengungkapkan itu. "Dan ini pak hadiahnya buat bapak," ujar Greysia sambil mengangkat medali emasnya.
Erick pun lantas menyela dan memuji permainan Greys selama bertanding dan berhasil mengalahkan lawannya dari negeri Tirai Bambu. "Luar biasa permainnya. Top. Top. Selamat. Sampai ketemu di Jakarta. Nanti kita kasih hadiah," ujar Erick Thohir.
Greysia-Apriyani meraih mahkota juara ajang paling bergengsi sejagad itu setelah mengalahkan pasangan China Chen Qing Chen lewat kemenangan straight game 21-19, 21-15 di lapangan 1 Musashino Forest Sport Plaza, Tokyo, Jepang.
Greysia-Apriyani bukan hanya menjadi penyumbang medali emas pertama bagi Indonesia di Olimpiade Tokyo, tetapi juga mencetak sejarah baru bagi dunia bulu tangkis di tanah air sebagai ganda putri pertama yang meraih emas di Olimpiade.
Perjalanan Greysia Polii
Wanita kelahiran Jakarta pada 11 Agustus 1987 ternyata merupakan anak dari pasangan berdarah Minahasa, Willy Polii dan Evie Pakasi. Greysia yang akrab disapa Greys itu tinggal di Jakarta hingga ayahnya meninggal dunia saat ia berusia dua tahun. Greys kemudian pindah ke Manado dan menghabiskan masa kecilnya di sana.
Di Manado Grey ternyata mulai tertarik untuk bermain bulu tangkis akibat pengaruh dari sang kakak, Deyana Lomban, yang juga mantan atlet ganda putri bulu tangkis Indonesia. Bakat bulu tangkis Greysia mulai terlihat ketika ia berusia enam tahun. Pada 1995, Greys beserta dan ibunya pindah ke Jakarta untuk mendapatkan pelatihan dan kesempatan bermain bulu tangkis yang lebih baik. Greysia pun bergabung dengan klub bulu tangkis PB Jaya Raya Jakarta.
Seiring dengan bakatnya yang terus berkembang, Greys akhirnya bergabung dengan tim nasional Indonesia pada 2003 sebagai pemain ganda putri, dan memulai debutnya bersama Jo Novita di Piala Uber 2004.
Kemudian pada 2008, karena usia Jo yang tak lagi muda, Greys berganti pasangan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Namun, pasangan tersebut belum menunjukkan prestasi. Greys pun lagi-lagi berganti pasangan dengan Meiliana Jauhari, dan lewat berbagai gelar juara, mereka masuk dalam peringkat 10 besar dunia.
Karena menunjukan prestasi yang gemilang, Greys pun lantas dipercaya sebagai wakil Indonesia dalam perhelatan Olimpiade London 2012 dan bergabung di grup C bersama Korea Selatan, Australia dan Afrika Selatan.
Selanjutnya, pada Mei 2013, Greys kembali dipasangkan dengan Nitya Krishinda Maheswari. Berbeda dengan percobaan pertama, kali ini mereka tampil lebih baik dan mencatat sejumlah prestasi. Pasangan itu bahkan meraih medali emas di nomor ganda putri perorangan dalam ajang Asian Games 2014 yang diselenggarakan di Incheon, Korea Selatan.
Greysia/Nitya pun mendapat kepercayaan untuk mewakili Indonesia di Olimpiade Rio de Janeiro 2016. Mereka pun keluar sebagai juara grup C setelah meraih kemenangan penuh atas tim Malaysia, Inggris dan Hong Kong.
Namun sayang, mereka kemudian dijegal pasangan China Tang Yuanting/Yu Yang pada laga perempat final. Mereka terpaksa pulang dengan tangan hampa.
Sempat Ingin Pensiun
Setelah Olimpiade Rio, Greysia pada 2017 ditinggal pasangan mainnya, Nitya karena mengalami cedera serius pada bagian bahu sehingga terpaksa gantung raket. Greys yang mengetahui hal itu merasa down dan ingin pensiun. Namun, pihak keluarga dan juga sang pelatih, Eng Hian, memintanya agar terus bermain dan membimbing para pemain muda.
Greys pun menuruti permintaan itu dan terus bersabar. Kesabaran Greysia pun lantas membuahkan hasil yang baik. Pada awal 2017, dia pun bertemu dengan Apriyani Rahayu yang saat itu baru mulai bermain di level senior dan berlatih di Pelatnas PBSI di Cipayung, Jakarta Timur.
Apriyani, bungsu dari empat bersaudara dan satu-satunya anak perempuan dari pasangan Amiruddin Pora dan Siti Jauhar, mulai mendalami dunia bulu tangkis saat bergabung dengan klub Pelita Bakrie Jakarta pada 2011.
Setelah tiga tahun, perempuan kelahiran Konawe, Sulawesi Tenggara, 29 April 1998 yang akrab disapa Apri itu hijrah ke klub Jaya Raya Jakarta pada 2015. Dia pun mengalami peristiwa pahit pada tahun yang sama.
Saat bertanding di kejuaraan Dunia Junior 2015 yang digelar di Lima, Peru, Apri sempat dipanggil keluar lapangan dan ia mendapat kabar duka bahwa sang ibu meninggal dunia. Mendengar kabar tersebut, Apri pun mencoba menahan dukanya untuk sementara dan melanjutkan pertandingan.
Bahkan, Apri pun sukses menggondol medali perunggu di nomor perorangan ganda campuran, berpasangan dengan Fachriza Abimanyu. Di level junior, Apri mencatat sejumlah prestasi, baik sebagai pemain ganda putri maupun ganda campuran.
Apri pun kerap bergonta ganti pasangan, mulai dari Rosyita Eka Putri dan Jauza Fadhila Sugiarto di nomor ganda putri, serta Fachriza Abimanyu, Rinov Rivaldy, Agripinna Prima Rahmanto Putra dan Panji Akbar Sudrajat di nomor ganda putra.
Memasuki 2017, dia pun bergabung dengan tim senior bulu tangkis Indonesia sebagai spesialis ganda putri dan langsung dipasangkan dengan Greysia Polii. Greysia-Apriyani memulai debut mereka di kejuaraan beregu Piala Sudirman 2017, kemudian menyabet gelar juara pertama mereka di ajang Thailand Open 2017 dan disusul French Open 2017.
Dari situ, penampilan mereka kian kompak dan berbagai gelar juara berhasil diraih, di antaranya India Open 2018, Thailand Open 2018, SEA Games 2019, India Open 2019, Indonesia Masters 2020, Spain Masters 2020 dan Thailand Open 2020.
“Di usia saya yang sudah tidak lagi muda, tiba-tiba saja Apriyani muncul. Semuanya berjalan begitu cepat. Kami memenangkan banyak kejuaraan. Saya bersyukur sekali. Saya sudah menunggu kehadirannya begitu lama,” ujar Greysia.
Penantian Panjang
Penantian yang begitu panjang, membuat Greysia yang berpasangan dengan Apriyani lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Mereka harus mendaki jalan terjal dan berliku untuk bisa sampai ke laga puncak.
Satu demi satu lawan pun mereka berhasil singkirkan, mulai dari penyisihan grup. Di grup A, mereka mengalahkan pasangan Malaysia Chow Mei Kuan-Lee Meng Yean (21-14, 21-17), Chloe Birch-Lauren Smith asal Inggris (21-11, 21-13) dan wakil tuan rumah sekaligus ganda putri nomor satu dunia Yuki Fukushima-Sayaka Hirota (24-22, 13-21, 21-8).
Berkat kerja keras yang begitu panjang, Greysia-Apriyani lolos ke perempat final sebagai juara grup, dan sesuai hasil undian, mereka bertemu dengan pemeringkat ketujuh dunia asal China Du Yue-Li Yin Hui. Dengan penuh percaya diri, mereka melewati tantangan itu dan memetik kemenangan 21-15, 20-22, 21-17. Selanjutnya di semifinal, mereka membungkam unggulan keempat asal negeri ginseng Lee Sohee-Shin Seungchan dengan keunggulan 21-19, 21-17.
Saat itu, Greysia-Apriyani sudah mencetak sejarah sebagai ganda putri pertama yang lolos hingga ke babak final Olimpiade. Tinggal selangkah lagi untuk menciptakan sejarah baru sebagai peraih medali emas Olimpiade pertama dari sektor ganda putri.
Impian itu terwujud setelah mereka menumbangkan pasangan rangking dua dunia asal China Chen Qing Chen-Jia Yi Fan di partai final. Greysia-Apriyani merebut gelar juara Olimpiade, dan medali emas kini sudah aman dalam genggaman mereka.
“Saya berpasangan dengan Kak Greys empat tahun lalu. Perjalanan panjang, di mana saya belajar untuk mendewasakan diri, dan hari ini kami mendapatkan semuanya. Ini berkah dari Allah dan doa dari keluarga serta masyarakat Indonesia. Medali ini untuk orang tua saya dan juga kakak saya semua,” ungkap Apriyani.
Berulang kali Greysia-Apriyani mengucap syukur atas kemenangan tersebut dan meluapkannya lewat tawa lepas, senyum lebar serta air mata bahagia mereka. Kini lengkap sudah koleksi medali emas Olimpiade tim bulu tangkis Indonesia dari semua sektor. Mari berharap agar tradisi emas ini terus berlanjut sampai Olimpiade-Olimpiade berikutnya.
(nng)