Kuartal I 2020, Laba Bersih BNI Syariah Capai Rp214 Miliar
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT BNI Syariah mengantongi laba bersih senilai Rp214 miliar pada kuartal I 2020. Angka ini meningkat 58,1% dibandingkan kuartal I 2019 yang mencapai Rp135 miliar.
Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo, mengatakan dampak pandemi Covid-19 memang belum begitu terasa pada kuartal I tahun ini. Pihaknya tetap mengantisipasi dampak pandemi corona terhadap kinerja BNI Syariah ke depannya.
"Jadi kami antisipasi. Tentu dampak ini akan terasa, baik secara bisnis maupun kualitas aset. Mudah-mudahan bisa diminimalisasi sampai akhir tahun dan kami bisa making profit. Harapan kami begitu," kata Firman di Jakarta, Kamis (28/5/2020).
Sementara itu, aset BNI Syariah melesat 16,2% dari Rp44 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp51,13 triliun pada kuartal I 2020. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh dari Rp38,48 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp44,86 triliun pada kuartal I 2020. Tercatat pada periode Januari-Maret 2020, tabungan senilai Rp20,25 triliun, deposito Rp15,72 triliun, dan giro Rp8,89 triliun.
Kemudian, pembiayaan naik 9,8% dari Rp29,44 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp32,33 triliun pada kuartal I 2020. Firman mengatakan komposisi pembiayaan konsumtif sebesar 48,6% dan sisanya adalah produktif.
"Pembiayaan produktif lebih tinggi daripada konsumtif," katanya.
Namun, rasio pembiayaan bermasalah (non performance financing/NPF) BNI Syariah merangkak naik dari 2,9% pada kuartal I 2019 menjadi 3,3% pada kuartal I 2020. Pihaknya menyebut kenaikan angka NPF didorong oleh kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
"Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengelola. Setidaknya saat Covid-19, di bawah 4%. Syukur-syukur bisa di bawah 3,5%," pungkasnya.
Direktur Utama BNI Syariah, Abdullah Firman Wibowo, mengatakan dampak pandemi Covid-19 memang belum begitu terasa pada kuartal I tahun ini. Pihaknya tetap mengantisipasi dampak pandemi corona terhadap kinerja BNI Syariah ke depannya.
"Jadi kami antisipasi. Tentu dampak ini akan terasa, baik secara bisnis maupun kualitas aset. Mudah-mudahan bisa diminimalisasi sampai akhir tahun dan kami bisa making profit. Harapan kami begitu," kata Firman di Jakarta, Kamis (28/5/2020).
Sementara itu, aset BNI Syariah melesat 16,2% dari Rp44 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp51,13 triliun pada kuartal I 2020. Dana pihak ketiga (DPK) tumbuh dari Rp38,48 triliun pada kuartal I 2019 menjadi Rp44,86 triliun pada kuartal I 2020. Tercatat pada periode Januari-Maret 2020, tabungan senilai Rp20,25 triliun, deposito Rp15,72 triliun, dan giro Rp8,89 triliun.
Kemudian, pembiayaan naik 9,8% dari Rp29,44 triliun pada kuartal I 2020 menjadi Rp32,33 triliun pada kuartal I 2020. Firman mengatakan komposisi pembiayaan konsumtif sebesar 48,6% dan sisanya adalah produktif.
"Pembiayaan produktif lebih tinggi daripada konsumtif," katanya.
Namun, rasio pembiayaan bermasalah (non performance financing/NPF) BNI Syariah merangkak naik dari 2,9% pada kuartal I 2019 menjadi 3,3% pada kuartal I 2020. Pihaknya menyebut kenaikan angka NPF didorong oleh kesulitan ekonomi yang disebabkan oleh pandemi Covid-19.
"Kami berusaha semaksimal mungkin untuk mengelola. Setidaknya saat Covid-19, di bawah 4%. Syukur-syukur bisa di bawah 3,5%," pungkasnya.
(bon)