RI Minta Pakai Mata Uang Lokal dalam Perdagangan dengan China, Ini Alasannya

Jum'at, 06 Agustus 2021 - 05:54 WIB
loading...
RI Minta Pakai Mata...
Foto/Ilustrasi
A A A
JAKARTA - Bank Indonesia (BI) telah resmi menandatangani kesepakatan dengan China untuk menggunakan local currency settlement (LCS) atau mata uang lokal dalam transaksi perdagangan maupun investasi.

Kepala Badan Pengkajian dan Pengembangan Perdagangan (BPPP) Kementerian Perdagangan, Kasan Muhri mengungkapkan, ada beberapa alasan Indonesia menjalin kesepakatan LCS dengan China.

Pertama, karena volume transaksi perdagangan Indonesia dengan China terus meningkat. Kedua, penggunaan mata uang perdagangan internasional belum banyak terjadi meskipun secara faktanya BI sudah melakukan beberapa kerja sama LCS ini dengan beberapa negara ASEAN.

“Dengan China ini menjadi suatu pertimbangan yang lebih besar dari nilai dan volume transaksinya,” kata Kasan dalam webinar Gambir Talk 2021, Kamis (5/8/2021).



Oleh karena itu, lanjut dia, adanya LCS ini sebagai bentuk upaya dalam mengurangi ketergantungan mata uang dolar sebagai penyelesaian transaksi perdagangan.

Dia menerangkan, penggunaaan LCS di Indonesia ini nanti diharapkan adanya efisiensi dalam biaya transaksi. Tak hanya itu, tujuan LCS ini sebagai pengembangan dan pendalaman pasar mata uang di luar dolar Amerika Serikat (USD). “LCS ini harapannya bagi para eksportir atau importir bisa membuka rekening mata uang lokal di negara mitra dagangnya,” tuturnya.

Disamping itu, Kasan menerangkan, dalam 5-10 tahun terakhir volume perdagangan Indonesia dengan China terus mengalami peningkatan baik dari sisi ekspor maupun impornya. Di mana China kini menjadi negara tujuan ekspor Indonesia terbesar dengan pangsa pasar mencapai lebih dari 20 persen.

"Saat ini China adalah negara tujuan ekspor kita terbesar, dengan pangsa cukup signifikan lebih dari 20 persen, tapi juga sumber impor dari China juga cukup besar. Jadi selain China menjadi tujuan ekspor tapi sekaligus negara asal impor untuk bahan baku dan penolong industri Indonesia" jelas Kasan.



Lebih lanjut, dia menyampaikan pada tahun 2020 transaksi ekspor dan Impor Indonesia dengan China meningkat cukup besar tercatat di angka USD71,4 miliar. Meskipun tahun lalu Indonesia masih tetap mengalami defisit, tetapi defisit tahun 2020 sudah tinggal setengahnya dari defisit yang terjadi di 2019 sebelum adanya pandemi Covid-19.

"Catatan yang kita miliki tahun 2019 yang lalu kita defisit dengan China hampir USD 17 miliar, lalu kemudian tahun 2020 defisit kita dengan China menyusut USD7,8 miliar,” paparnya.

Kasan mengatakan, pada paruh pertama tahun 2021 ini, Indonesia sudah mencatatkan transaksi ekspor dan Impor dengan China mendekati USD50 miliar.

"Artinya ini sudah naik dibandingkan dengan 2020 yang lalu. Dan juga yang menjadi catatan penting lainnya adalah investasi dari China ke Indonesia dengan adanya LCS ini, bagaimana dampaknya terhadap trade maupun investasi maupun hal yang lainnya," tandasnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0788 seconds (0.1#10.140)