PM Malaysia Mundur, Ringgit Jatuh ke Level Terendah
loading...
A
A
A
JAKARTA - Tan Sri Muhyiddin Yassid resmi mengundurkan diri sebagai perdana menteri (PM) Malaysia setelah kehilangan kepercayaan dari parlemen, Senin (16/8/2021).
Pihak oposisi menilai Muhyiddin melanggar konstitusi, terutama saat dirinya terlibat selisih pendapat dengan Raja Malaysia Sultan Abdullah, ihwal pemberlakuan status darurat di Malaysia. Kendati demikian, Muhyiddin masih menjadi PM sementara sambil menunggu pemimpin baru terpilih.
Pengunduran diri ini memicu sejumlah pergerakan ekonomi di Negeri Jiran. Mata uang Ringgit terpantau jatuh di level terendahnya sepanjang tahun ini. Ringgit turun sekitar 0,1 persen menyentuh 4,24 per dolar Amerika Serikat (AS), terendah sejak Juli 2020. Sedangkan indeks saham acuan juga terperosok 0,4 persen.
"Masalahnya adalah tidak adanya penggantian yang jelas yang justru meningkatkan ketidakpastian lebih lanjut dan itu berarti akan terjadi stagnansi ekonomi," kata Trinh Nguyen, Ekonom Senior Natixis di Hong Kong, dilansir Reuters, Senin (16/8/2021).
Penurunan mata uang Ringgit dinilai masih terus berlanjut imbas dari ketidakstabilan politik yang berlarut-larut. “Krisis politik yang sedang berlangsung saat ini, sangat sulit untuk melihat Malaysia meningkatkan tren pertumbuhan yang berbeda. Itu berarti akan semakin jauh tertinggal dari rekan-rekan regional seperti Vietnam,” urainya.
Seperti diketahui, Muhyiddin belum memiliki pengganti yang jelas. Kabinetnya yang ikut serta mengundurkan diri hari ini, membuat investor khawatir kebuntuan politik dapat menunda limit batas utang negara dan menghambat pengeluaran yang dibutuhkan ketika badai pandemi Covid-19 mengamuk di negara beribukota Kuala Lumpur itu.
Persepsi investor terhadap kestabilan politik Malaysia dipandang perlu mengingat asing memegang 40 persen dari utang negara di Malaysia. Dana asing dilaporkan telah kabur karena pandemi dan ketidakstabilan politik dalam negeri. Hal ini kemudian mengganggu langkah perencanaan ekonomi pemerintah dan menunda upaya reformasi pajak.
Untuk diketahui, indeks bursa Malaysia FBM KLCI turun -2,21 poin atau 0,15% menjadi 1,502,9 pada hari ini, melansir The Edge Market (16/8). Menilik laporan berita Bernama (16/8), penutupan ini masih berada di atas level psikologis 1500. Sementara itu, total nilai transaksi terpantau meningkat menjadi 5,03 miliar ringgit dari penutupan sebelumnya Jumat yang mencapai 3,56 miliar ringgit.
Diketahui arus modal asing keluar selama 2 tahun lebih berturut-turut mencapai 8% sepanjang tahun, tertinggal dari negara tetangga yakni Indonesia, Thailand, dan Singapura yang masing-masing justru meningkat 1 persen, 5 persen, dan 11 persen.
"Ketidakpastian kemungkinan akan membebani kinerja aset mata uang lokal dan ringgit dalam waktu dekat," kata analis Citi sembari menyebut imbal hasil 10-tahun saat ini sekitar 3,23 persen dapat menguat di atas 3,4 persen dalam beberapa pekan mendatang.
Investor dinilai membutuhkan kepastian pemimpin Malaysia yang stabil ketika prospek ekonomi sedang diuji pandemi. Ketidakjelasan politik yang berlarut-larut dapat membuat ekonomi merosot.
Sebelumnya Raja Sultan Abdullah mengatakan bahwa Pemilu bukanlah pilihan terbaik, tetapi dirinya tidak menjelaskan siapa calon yang akan diusung. "Kami, pada tingkat makro cukup optimis, tetapi dalam situasi seperti ini memang perlu segera diselesaikan untuk mempertahankannya," kata Mohamed Faiz Nagutha, ekonom Asean di Bank of America Securities di Singapura.
Tak Separah Era Mahathir
Sementara itu, analis FSMOne Malaysia menyebut keterpurukan ekonomi saat pengunduran diri PM Muhyiddin tidak separah pada zaman PM Mahathir. "Sebagai perbandingan, peristiwa 'Langkah Sheraton' yang terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret 2020, yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan (Mahathir Mohammad) dan koalisi Pakatan Harapan, lalu pengangkatan Tan Sri Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri ke-8 Malaysia, merupakan kejutan yang jauh lebih besar bagi pasar dibandingkan dengan ini,” kata FSMOne di situsnya hari ini (16/8).
Saat Mahathir mundur, bursa Malaysia KLCI terpantau turun -2,69 persen pada 24 Februari 2020. Selanjutnya, market bergerak sideways sampai Muhyiddin terpilih.
FSMOne meyakini bahwa sentimen negatif telah terjadi pada awal 2021 meskipun diperparah berkat krisis politik dalam negeri. "Namun kami memperkirakan pasar akan terus bergejolak sampai situasi politik stabil mirip apa yang terjadi pada 2020," ucapnya.
Pihak oposisi menilai Muhyiddin melanggar konstitusi, terutama saat dirinya terlibat selisih pendapat dengan Raja Malaysia Sultan Abdullah, ihwal pemberlakuan status darurat di Malaysia. Kendati demikian, Muhyiddin masih menjadi PM sementara sambil menunggu pemimpin baru terpilih.
Pengunduran diri ini memicu sejumlah pergerakan ekonomi di Negeri Jiran. Mata uang Ringgit terpantau jatuh di level terendahnya sepanjang tahun ini. Ringgit turun sekitar 0,1 persen menyentuh 4,24 per dolar Amerika Serikat (AS), terendah sejak Juli 2020. Sedangkan indeks saham acuan juga terperosok 0,4 persen.
"Masalahnya adalah tidak adanya penggantian yang jelas yang justru meningkatkan ketidakpastian lebih lanjut dan itu berarti akan terjadi stagnansi ekonomi," kata Trinh Nguyen, Ekonom Senior Natixis di Hong Kong, dilansir Reuters, Senin (16/8/2021).
Penurunan mata uang Ringgit dinilai masih terus berlanjut imbas dari ketidakstabilan politik yang berlarut-larut. “Krisis politik yang sedang berlangsung saat ini, sangat sulit untuk melihat Malaysia meningkatkan tren pertumbuhan yang berbeda. Itu berarti akan semakin jauh tertinggal dari rekan-rekan regional seperti Vietnam,” urainya.
Seperti diketahui, Muhyiddin belum memiliki pengganti yang jelas. Kabinetnya yang ikut serta mengundurkan diri hari ini, membuat investor khawatir kebuntuan politik dapat menunda limit batas utang negara dan menghambat pengeluaran yang dibutuhkan ketika badai pandemi Covid-19 mengamuk di negara beribukota Kuala Lumpur itu.
Persepsi investor terhadap kestabilan politik Malaysia dipandang perlu mengingat asing memegang 40 persen dari utang negara di Malaysia. Dana asing dilaporkan telah kabur karena pandemi dan ketidakstabilan politik dalam negeri. Hal ini kemudian mengganggu langkah perencanaan ekonomi pemerintah dan menunda upaya reformasi pajak.
Untuk diketahui, indeks bursa Malaysia FBM KLCI turun -2,21 poin atau 0,15% menjadi 1,502,9 pada hari ini, melansir The Edge Market (16/8). Menilik laporan berita Bernama (16/8), penutupan ini masih berada di atas level psikologis 1500. Sementara itu, total nilai transaksi terpantau meningkat menjadi 5,03 miliar ringgit dari penutupan sebelumnya Jumat yang mencapai 3,56 miliar ringgit.
Diketahui arus modal asing keluar selama 2 tahun lebih berturut-turut mencapai 8% sepanjang tahun, tertinggal dari negara tetangga yakni Indonesia, Thailand, dan Singapura yang masing-masing justru meningkat 1 persen, 5 persen, dan 11 persen.
"Ketidakpastian kemungkinan akan membebani kinerja aset mata uang lokal dan ringgit dalam waktu dekat," kata analis Citi sembari menyebut imbal hasil 10-tahun saat ini sekitar 3,23 persen dapat menguat di atas 3,4 persen dalam beberapa pekan mendatang.
Investor dinilai membutuhkan kepastian pemimpin Malaysia yang stabil ketika prospek ekonomi sedang diuji pandemi. Ketidakjelasan politik yang berlarut-larut dapat membuat ekonomi merosot.
Sebelumnya Raja Sultan Abdullah mengatakan bahwa Pemilu bukanlah pilihan terbaik, tetapi dirinya tidak menjelaskan siapa calon yang akan diusung. "Kami, pada tingkat makro cukup optimis, tetapi dalam situasi seperti ini memang perlu segera diselesaikan untuk mempertahankannya," kata Mohamed Faiz Nagutha, ekonom Asean di Bank of America Securities di Singapura.
Tak Separah Era Mahathir
Sementara itu, analis FSMOne Malaysia menyebut keterpurukan ekonomi saat pengunduran diri PM Muhyiddin tidak separah pada zaman PM Mahathir. "Sebagai perbandingan, peristiwa 'Langkah Sheraton' yang terjadi pada akhir Februari hingga awal Maret 2020, yang menyebabkan jatuhnya pemerintahan (Mahathir Mohammad) dan koalisi Pakatan Harapan, lalu pengangkatan Tan Sri Muhyiddin Yassin sebagai perdana menteri ke-8 Malaysia, merupakan kejutan yang jauh lebih besar bagi pasar dibandingkan dengan ini,” kata FSMOne di situsnya hari ini (16/8).
Saat Mahathir mundur, bursa Malaysia KLCI terpantau turun -2,69 persen pada 24 Februari 2020. Selanjutnya, market bergerak sideways sampai Muhyiddin terpilih.
FSMOne meyakini bahwa sentimen negatif telah terjadi pada awal 2021 meskipun diperparah berkat krisis politik dalam negeri. "Namun kami memperkirakan pasar akan terus bergejolak sampai situasi politik stabil mirip apa yang terjadi pada 2020," ucapnya.
(ind)