Laporan BI: KPR Kini jadi Andalan Bank Syariah

Jum'at, 29 Mei 2020 - 14:53 WIB
loading...
Laporan BI: KPR Kini...
Laporan BI, Keuangan Ekonomi Syariah 2019
A A A
JAKARTA - Pekan lalu, menjelang perayaan Hari Raya Idul Fitri 1441H Bank Indonesia (BI) mempublikasikan Laporan Ekonomi dan Keuangan Syariah 2019 (20/5). Selain menampilkan berbagai macam indikator ekonomi dan keuangan Syariah sepanjang 2019 dalam laporan ini juga ditampilkan Blueprint Ekonomi dan Keuangan Syariah versi BI Menariknya dalam laporan BI tesebut, pertumbuhan ekonmi syariah Indonesia di 2019 lebih tinggi ketimbang pertumbuhan ekonomi nasional.

Tahun lalu, pertumbuhan pertumbuhan ekonomi nasional tercatat 5,02%. Sementara pertumbuhan kinerja ekonomi syariah secara umum mencapai 5,72%. Pertumbuhan ekonomi syariah yang lebih tingi dari pertumbuhan PDB ini terkadi karena ditopang oleh sektor makanan halal, yang memiliki kontribusi terbesar sektor halal value chain (HVC). Sektor prioritas dalam ekosistem HVC antara lain mencakup sektor pertanian, makanan halal, fesyen muslim, pariwisata ramah muslim (PRM), serta energi baru dan terbarukan (EBT).

BI menyatakan, ke depan dalam jangka pendek pada 2020, sejalan dengan perekonomian secara umum, dampak pandemi COVID 19 akan menyebabkan penurunan kinerja sektor prioritas ekonomi syariah. Dampak terberat diperkirakan akan terjadi pada sektor PRM sejalan dengan sektor pariwisata secara umum. Sektor usaha syariah lainnya, seperti sektor pertanian, makanan halal dan fesyen muslim, diperkirakan akan lebih berdaya tahan.

Berbagai upaya untuk mendukung daya tahan usaha ekonomi syariah akan terus digulirkan, termasuk dalam mendorong peran keuangan sosial syariah. Dalam mendorong pertumbuhan ekonomi dan keuangan syariah membutuhkan strategi pengembangan yang komprehensif dan terintegrasi. Untuk itu BI pun telah membuat Blueprint Ekonomi dan Keuangan Syariah. Cetak biru ini memiliki visi mendukung Indonesia sebagai pusat ekonomi dan keuangan syariah global.

Dalam Blueprint tersebut,BI membuat tiga pilar utama yang bakal menopang ekonomi syariah Indonesia ke depan. Pilar Pertama, Pemberdayaan Ekonomi Syariah yang menitikberatkan pada pengembangan usaha syariah melalui penguatan kemitraan seluruh kelompok pelaku usaha, dari UMKM syariah termasuk unit usaha pesantren sampai usaha besar, dalam ekosistem halal value chain (HVC). Pilar Kedua, Pendalaman Pasar Keuangan Syariah untuk meningkatkan manajemen likuiditas Pilar Ketiga terkait Riset, Asesmen dan Edukasi, termasuk sosialisasi yang bertujuan untuk meningkatkan literasi serta kompetensi masyarakat dalam memenuhi kebutuhan kedua pilar lainnya.

Jika dari sisi pertumbuhan ekonomi syraiah lebih unggul dari pertumbuhan PDB , maka hal yang sama juga terjadi dari pembiayaan. BI melaporkan pembiayaan yang diberikan industri jasa keuangan syariah, pada tahun lalu tumbuh menjadi Rp408,89 triliun, dibandingkan tahun 2018 sebesar Rp372,59 triliun. Itu artinya ada pertumbuhan sebesar 9,74% . Berdasarkan catatan OJK secara nasional sepanjang 2019 penyaluran kredit perbankan hanya tumbuh 6,08%. ternyata pertumbuhan penyaluran pembiayaan syariah lebih tinggi dari pertumbuan kredit perbankan.

Pembiayaan perbankan syraiah masih memiliki porsi terbesar dengan 89,60% dibandingkan porsi pembiayaan yang disalurkan oleh pelaku industri jasa keuangan syariah lainnya. Total outstanding pembiayaan perbankan syariah yang terdiri dari Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS) dan Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) pada akhir 2019 mencapai Rp366 triliun. Porsi pembiayaan tersebut mencapai 6,36% dari total kredit perbankan sepanjang tahun 2019 sebesar Rp5.759 triliun.

BI juga mengatakan ada dua sektor besar yang dibiayai oleh bank syariah. Sektor Lapangan Usaha dan Rumah Tangga. Di sektor lapangan usaha pembiayan bank syariah terkonsentrasi pada sektor perdagangan sebesar 19%, konstruksi 16% dan sektor lainnya 16%. Untuk pembiayaan sektor Rumah Tangga lebih dari setengah pembiyaan perbankan syariah menyasar kepada pemilikan rumah alias KPR sebesar 54%. Disusul kemudian dengan pembiayaan untuk kepemilikan peralatan rumah tangga dan multiguna sebesar 36%.

Tunjuk Rumah


Di Beberapa bank syariah, KPR syariah masih jadi andalan untuk mendongkrak pertumbuhan kinerja. Sebut saja Bank Mandiri Syariah tahun ini menargetkan dapat menggenjot pertumbuhan KPR syariahnya sebesar 20%. Target ini lebih tinggi dari pertumbuhan KPR Mandiri Syariah di 2019 yang mencapai 12%.
Sementara itu BRISyariah di tahun 2020 ini mendapat kuota untuk menyalurkan KPR untuk 8.700 unit rumah dengan total plafond Rp 1,2 triliun. Jumlah ini meningkat dibanding tahun lalu, saat itu BRISyariah mampu menyalurkan pembiayaan untuk 6.898 unit rumah.

Bank syariah lainnya, BNI Syariah juga menargetkan mampu untuk meningkatkan pertumbuhan KPR nya sebesar 12%. Bank ini memiliki produk andalan BNI Griya iB Hasanah. Pada tiga bulan pertama tahun ini, BNI Syariah telah berhasil menyalurkan pembiayaan Rp 13,58 triliun, naik 11,86% dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Produk BNI Griya iB Hasanah ini sebenarnya ditujukan untuk kaum milenial yang belum memiliki hunian. Pasar milenial memang pasar yang cukup menjanjikan. catatan dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) memperkirakan, 81 juta generasi milenial belum memiliki hunian sendiri. Tentunya, ini merupakan pasar potensial bagi lembaga keuangan syariah, untuk menawarkan produk inovatif untuk menggaet kaum muda.

Direktur Bisnis Ritel & Jaringan BNI Syariah, Iwan Abdi mengatakan, Griya Swakarya iB Hasanah memang disiapkan untuk pasar milenial, sehingga memiliki beberapa inovasi. Diantaranya ada perbedaan yang jelas antara Bank Syariah dengan Bank Konvensional, yakni tanah dan bangunan yang ditawarkan merupakan aset milik bank.

BNI Griya Swakarya iB Hasanah memiliki model bisnis syariah dengan dasar akad murabahah atau jual beli. BNI Syariah terlebih dahulu menguasai aset properti yang akan dikelola, dibangun dan dijual. Dalam neraca, aset ini didudukan sebagai persedian bank.

Menurut Iwan, dengan bank bertindak sebagai developer sekaligus pemberi pembiayaan, maka harga properti yang ditawarkan menjadi lebih kompetitif . Ditambah lagi dengan promo bundling yang diberikan serta kemudahan proses pembiayaan.

Sekretaris Perusahaan BNI Syariah Bambang Sutrisno mengatakan memasuki tahun 2020 ada beberapa strategi yang dilakukan dalam meningkatkan pertumbuhan KPR. Diantaranya, memasarkan produk kepada segmen nasabah fixed income, sinergi dengan Bank BNI dalam strategi pemasaran dan kerjasama dengan institusi ASN, Kementerian, perusahaan BUMN dan swasta. Menjalin kerjasama dengan developer baik perorangan maupun berskala nasional, ikut memasarkan program subsidi pemerintah (FLPP).

Lalu, mengembangan fitur atau program promo menarik seperti Program Tunjuk Rumah, serta pemasaran melalui media sosial ataupun digital marketing. Bambang menjelaskan, Tunjuk Rumah adalah program yang ditujukan bagi calon nasabah terutama generasi milenial yang ingin mempunyai rumah idaman yang sesuai keinginan. Melalui program ini nasabah hanya perlu menunjuk salah satu rumah atau apartemen yang tersedia pada developer yang sudah bekerjasama dengan BNI Syariah.

Inovasi-inovasi yang muncul dari produk KPR syariah ini merupakan upaya agar masyarakat yang belum memiliki rumah, khususnya kaum milenial, agar dapat lebih mudah mengakses dan memanfaatkan fasilitas pembiayaan syariah untuk memiliki rumah.
(eko)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.3837 seconds (0.1#10.140)