Wall Street Ambrol 2% Dipicu Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS

Rabu, 29 September 2021 - 10:14 WIB
loading...
Wall Street Ambrol 2% Dipicu Kenaikan Imbal Hasil Obligasi AS
Perdagangan di bursa saham Amerika Serikat (AS) atau Wall Street. Foto/Ist
A A A
JAKARTA - Bursa pasar saham Wall Street di Amerika Serikat (AS) kemarin berakhir terperosok ke jurang dalam aksi jual besar-besaran yang didorong oleh kenaikan yield Treasury AS. Hal ini memicu kekhawatiran investor atas inflasi yang terus-menerus dan negosiasi plafon utang yang kontroversial di Washington.

Pada Selasa (28/9/2021) waktu setempat, indeks Dow Jones Industrial Average ditutup melemah 569,38 poin atau 1,63% menjadi 34.299,99. Indeks S&P 500 kehilangan 90,48 poin atau 2,04% ke 4.352,63 dan indeks Nasdaq Composite turun 423,29 poin atau 2,83% ke posisi 14.546,68.

Ketiga indeks saham utama Amerika Serikat (AS) itu turun hampir 2% lebih, dengan saham teknologi yang sensitif terhadap suku bunga dan saham yang berdekatan dengan teknologi menjadi beban karena investor kehilangan selera terhadap aset berisiko.



Persentase tersebut merupakan penurunan satu hari terbesar indeks S&P 500 sejak Mei, dan terbesar untuk Nasdaq sejak Maret silam. Bahkan, indeks S&P 500 dan Nasdaq Composite juga berada di jalur untuk penurunan bulanan terbesar sejak September 2020.

Setengah dari komponen pada indeks S&P 500 ditutup 10% lebih di bawah level tertinggi dalam 52 minggu. Itu termasuk 63 saham yang jatuh 20% atau lebih. Di antara 11 sektor utama pada indeks S&P 500, semua kecuali sektor energi berakhir melemah, dengan sektor layanan teknologi dan sektor komunikasi yang mengalami penurunan persentase paling tajam.

Sektor layanan komunikasi anjlok 2,8%, persentase penurunan satu hari terbesar di sektor ini sejak Januari. Sementara itu, indeks pertumbuhan S&P ditutup pada level terendah sejak Juli dan mencatat penurunan persentase satu hari terbesar sejak Februari.

"Gambaran besarnya adalah lonjakan imbal hasil yang tiba-tiba dalam seminggu terakhir, yang telah menyebabkan mentalitas 'jual dulu, ajukan pertanyaan kemudian'," Ryan Detrick, ahli strategi pasar senior di LPL Financial di Charlotte, North Carolina dikutip Reuters, Rabu (28/9/2021).



"(Tapi) ada banyak faktor yang membebani sentimen hari ini," tambah Detrick. Negosiasi di Washington dengan plafon utang dan tagihan pengeluaran dan potensi pajak yang lebih tinggi telah membebani jiwa investor secara keseluruhan dan telah menyebabkan aksi jual yang cukup besar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.5920 seconds (0.1#10.140)