Santri Lirboyo Berpenghasilan Rp1 Miliar di Usia 27 Tahun, Intip Rahasianya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pria asal Blitar, Anas Fajar Rizki berhasil mengantongi Rp1 miliar di usia 27 tahun dari usaha yang dijalaninya mulai dari tahun 2015. Adapun usaha yang ditekuni Anas diantaranya jual Ikan Koi dan tanaman.
Dikutip dari video wawancara Anas dalam akun YouTube PecahTelur, Anas yang saat ini berusia 31 tahun menjelaskan kisahnya sebelum berhasil sukses meraih Rp1 miliar , di mana dia memulai usaha dengan berjualan kripik singkong.
"Saya dulu lulusan SMP, saya lulusan tahun 2005. Setelah itu saya mondok di Kediri, tepatnya di Pondok Lirboyo. Saya juga pernah usaha kripik singkong di pinggir jalan di Kota Kediri. Setelah saya sekolah biasanya saya jualan di Pasar Campurejo itu selama dua tahun, (jualan kripik) itu sebelum nikah sampai setelah menikah satu tahun," ujar Anas dikutip dari akun YouTube PecahTelur, Minggu (17/10/2021).
Anas menambahkan, setelah tidak lagi menjual kripik singkong, dirinya beralih ke bisnis menjual tanaman. Bisnis ini dimulai setelah istrinya melahirkan anak pertamanya, dimana saat itu dia selama satu bulan penuh tidak bekerja sama sekali dan mencari cari kesibukan dengan memposting tanaman di Facebook.
"Saya rasa, hasilnya kok sama ini dengan kripik? waktu itu kripik penghasilan per bulan Rp1 juta sampai Rp2 juta. Untuk makan dan bensin mungkin saya bisa menyelengi istri saya tiap minggu saya kasih uang Rp100 ribu, kadang Rp50 ribu saya jatahin tiap minggu. Kripik saya berhenti yaudah saya fokus ke tanaman, karena dengan waktu saya cocok ga harus stand by di Kediri, online di Facebook, kita posting kalau ada pesanan baru ada teman-teman yang siap membantu," kata dia.
Terkait alasan menjual produk dari Facebook, dia menyebut saat itu market place belum ramai digandrungi masyarakat. Melalui Facebook, dia mendapatkan beberapa pelanggan, bahkan salah satunya pelanggan dari Papua yang memesan bibit nanas sejumlah 200.000 sekaligus menjadi proyek pertamanya.
Setelah enam bulan dari pesanan bibit nanas tersebut, dia menabungkan uangnya dan saat usia anaknya memasuki 4 bulan dia berhasil membeli mobil pertamanya untuk kebutuhan pulang-pergi dari Blitar ke Kediri.
Setelah itu, bisnis tanamannya pun mulai meluas seperti ada proyek tanaman untuk penghijauan, penanaman pohon di jalan tol, pengiriman tanaman ke Kabupaten Masohi, Maluku Tengah, dimana pada tahun 2017 Bupati Masohi langsung datang untuk memesan tanaman.
"Saya disuruh carikan aja, dan beberapa bulan kemudian pesanan dari beliau terus sampai satu tahun penuh saya kalkulasi bisa dapat untuk celengan rumah atau bangun rumah ini yang saya tempati. Jadi rumah ini hasil dari proyek di Kabupaten Masohi tahun 2017 selama satu penuh, dua bulan sekali kirim," kata dia.
"Mendapat aset Rp1 miliar itu usia 27 tahun sekitar 2017an itu, dari beberapa proyek tanaman, dari Masohi, Papua, dan dari orderan yang besar-besar," kata dia.
Anas menyebut, sejak tahun 2019 dirinya mulai fokus ke market place, dimana orderan dalam satu hari bisa mencapai 500 atau 700 packing. Menurutnya, penjualannya bernominal kecil dan memungkinkan untungnya kecil, tetapi pesanan yang didapatnya dalam jumlah besar.
Awal masa pandemi Covid-19 di Indonesia sekaligus menandai dirinya memulai bisnis Ikan Koi dengan mendirikan Duta Koi Farm. Dirinya memonitor bisnis dari Blitar sekaligus menjadi proses marketing. Sementara itu, di Kediri merupakan proses packing dan produksi.
"Sebenarnya saya dari dulu pingin punya usaha yang di rumah terus, nungguin istri, di rumah nyantai, usaha saya kan di Kediri, saya PP. ya meskipun ga setiap hari tapi menurut saya waktu dengan keluarga kurang, saya cari-cari terus usaha apa yang bisa dipasarkan di Blitar," tuturnya.
"Dulu itu pilihannya ada beberapa, yang pertama Koi, yang kedua alat musik itu juga pasarnya juga besar, cuma waktu itu saya memilih Koi untuk saya pasarkan. Pertama, makelar, di dunia Koi itu kan sudah umum minta-minta video, saya jualkan posting Facebook ternyata jalan ada hasilnya, bisa buat beli rokok," sambungnya.
Setelah cara tersebut berhasil, Anas mengajak beberapa kerabatnya yang telah berpengalaman untuk bersama-sama membangun bisnis Ikan Koi. Setelah membangun, pihaknya membidik target pasar penjualan ikan tersebut yang menurutnya penggemar Ikan Koi di rentang usia 30-60 tahun atau kelas menengah.
"Kita postingan di grup Koi dan ada beberapa langkah yang sudah saya jalankan tapi yang ga berhasil ada. Dulu di Koi ada yang mainnya iwak (ikan) apik tok, dulu ada yang mainnya grade A,B,C, ada yang mainnya iwak C tok, iwak pasar tok, ternyata sulit mencari iwak apik dan lama, tentunya dengan ada iwak apik pasti iwak elek, iwak apik mahal kenapa? karena langka. Akhirnya saya memutuskan menjual dari semua segmen atau sesuai permintaan. Yang pasti ikan koi bagus mahal dan yang grade biasa pasti murah, mulai harga Rp5.000 per ekor sampai harga Rp20 juta tergantung permintaan konsumen kami siap melayani," tuturnya.
Selain kisah suksesnya, Anas juga menceritakan perihal kisahnya sebelum sukses, dimana pada tahun 2015 dirinya belum memiliki apa-apa. Bahkan, saat istrinya mengandung anak pertama dan harus mengecek kandungan dirinya masih diberikan uang oleh orang tua karena kondisi keuangan yang minim.
"Pernah dikasih ijazah sama orang tua, baca amalan, waktu itu saya baca selama dua minggu setiap salat lima waktu. Itu yang dibaca surat al waqiah setiap ba'da subuh dan ba'da maghrib, malem jumat itu (baca) yasin lima kali, menurut saya itu salah satu kunci selain dari hati menjadi lebih tenang juga jadi sugesti semangat kita untuk berkarya," tuturnya.
Selain itu, dirinya juga menekankan pentingnya untuk menghormati orang tua karena menurutnya hal tersebut sangat penting dan berperan banyak untuk kehidupan.
"Sampai 2016 saya sudah punya sendiri dan sampai sekarang saya punya 40 karyawan yang banyak di Koi dan tanaman, internet market 4-5 orang, mobil kerja sama dengan orang," jelasnya.
Dikutip dari video wawancara Anas dalam akun YouTube PecahTelur, Anas yang saat ini berusia 31 tahun menjelaskan kisahnya sebelum berhasil sukses meraih Rp1 miliar , di mana dia memulai usaha dengan berjualan kripik singkong.
"Saya dulu lulusan SMP, saya lulusan tahun 2005. Setelah itu saya mondok di Kediri, tepatnya di Pondok Lirboyo. Saya juga pernah usaha kripik singkong di pinggir jalan di Kota Kediri. Setelah saya sekolah biasanya saya jualan di Pasar Campurejo itu selama dua tahun, (jualan kripik) itu sebelum nikah sampai setelah menikah satu tahun," ujar Anas dikutip dari akun YouTube PecahTelur, Minggu (17/10/2021).
Anas menambahkan, setelah tidak lagi menjual kripik singkong, dirinya beralih ke bisnis menjual tanaman. Bisnis ini dimulai setelah istrinya melahirkan anak pertamanya, dimana saat itu dia selama satu bulan penuh tidak bekerja sama sekali dan mencari cari kesibukan dengan memposting tanaman di Facebook.
"Saya rasa, hasilnya kok sama ini dengan kripik? waktu itu kripik penghasilan per bulan Rp1 juta sampai Rp2 juta. Untuk makan dan bensin mungkin saya bisa menyelengi istri saya tiap minggu saya kasih uang Rp100 ribu, kadang Rp50 ribu saya jatahin tiap minggu. Kripik saya berhenti yaudah saya fokus ke tanaman, karena dengan waktu saya cocok ga harus stand by di Kediri, online di Facebook, kita posting kalau ada pesanan baru ada teman-teman yang siap membantu," kata dia.
Terkait alasan menjual produk dari Facebook, dia menyebut saat itu market place belum ramai digandrungi masyarakat. Melalui Facebook, dia mendapatkan beberapa pelanggan, bahkan salah satunya pelanggan dari Papua yang memesan bibit nanas sejumlah 200.000 sekaligus menjadi proyek pertamanya.
Setelah enam bulan dari pesanan bibit nanas tersebut, dia menabungkan uangnya dan saat usia anaknya memasuki 4 bulan dia berhasil membeli mobil pertamanya untuk kebutuhan pulang-pergi dari Blitar ke Kediri.
Setelah itu, bisnis tanamannya pun mulai meluas seperti ada proyek tanaman untuk penghijauan, penanaman pohon di jalan tol, pengiriman tanaman ke Kabupaten Masohi, Maluku Tengah, dimana pada tahun 2017 Bupati Masohi langsung datang untuk memesan tanaman.
"Saya disuruh carikan aja, dan beberapa bulan kemudian pesanan dari beliau terus sampai satu tahun penuh saya kalkulasi bisa dapat untuk celengan rumah atau bangun rumah ini yang saya tempati. Jadi rumah ini hasil dari proyek di Kabupaten Masohi tahun 2017 selama satu penuh, dua bulan sekali kirim," kata dia.
"Mendapat aset Rp1 miliar itu usia 27 tahun sekitar 2017an itu, dari beberapa proyek tanaman, dari Masohi, Papua, dan dari orderan yang besar-besar," kata dia.
Anas menyebut, sejak tahun 2019 dirinya mulai fokus ke market place, dimana orderan dalam satu hari bisa mencapai 500 atau 700 packing. Menurutnya, penjualannya bernominal kecil dan memungkinkan untungnya kecil, tetapi pesanan yang didapatnya dalam jumlah besar.
Awal masa pandemi Covid-19 di Indonesia sekaligus menandai dirinya memulai bisnis Ikan Koi dengan mendirikan Duta Koi Farm. Dirinya memonitor bisnis dari Blitar sekaligus menjadi proses marketing. Sementara itu, di Kediri merupakan proses packing dan produksi.
"Sebenarnya saya dari dulu pingin punya usaha yang di rumah terus, nungguin istri, di rumah nyantai, usaha saya kan di Kediri, saya PP. ya meskipun ga setiap hari tapi menurut saya waktu dengan keluarga kurang, saya cari-cari terus usaha apa yang bisa dipasarkan di Blitar," tuturnya.
"Dulu itu pilihannya ada beberapa, yang pertama Koi, yang kedua alat musik itu juga pasarnya juga besar, cuma waktu itu saya memilih Koi untuk saya pasarkan. Pertama, makelar, di dunia Koi itu kan sudah umum minta-minta video, saya jualkan posting Facebook ternyata jalan ada hasilnya, bisa buat beli rokok," sambungnya.
Setelah cara tersebut berhasil, Anas mengajak beberapa kerabatnya yang telah berpengalaman untuk bersama-sama membangun bisnis Ikan Koi. Setelah membangun, pihaknya membidik target pasar penjualan ikan tersebut yang menurutnya penggemar Ikan Koi di rentang usia 30-60 tahun atau kelas menengah.
"Kita postingan di grup Koi dan ada beberapa langkah yang sudah saya jalankan tapi yang ga berhasil ada. Dulu di Koi ada yang mainnya iwak (ikan) apik tok, dulu ada yang mainnya grade A,B,C, ada yang mainnya iwak C tok, iwak pasar tok, ternyata sulit mencari iwak apik dan lama, tentunya dengan ada iwak apik pasti iwak elek, iwak apik mahal kenapa? karena langka. Akhirnya saya memutuskan menjual dari semua segmen atau sesuai permintaan. Yang pasti ikan koi bagus mahal dan yang grade biasa pasti murah, mulai harga Rp5.000 per ekor sampai harga Rp20 juta tergantung permintaan konsumen kami siap melayani," tuturnya.
Selain kisah suksesnya, Anas juga menceritakan perihal kisahnya sebelum sukses, dimana pada tahun 2015 dirinya belum memiliki apa-apa. Bahkan, saat istrinya mengandung anak pertama dan harus mengecek kandungan dirinya masih diberikan uang oleh orang tua karena kondisi keuangan yang minim.
"Pernah dikasih ijazah sama orang tua, baca amalan, waktu itu saya baca selama dua minggu setiap salat lima waktu. Itu yang dibaca surat al waqiah setiap ba'da subuh dan ba'da maghrib, malem jumat itu (baca) yasin lima kali, menurut saya itu salah satu kunci selain dari hati menjadi lebih tenang juga jadi sugesti semangat kita untuk berkarya," tuturnya.
Selain itu, dirinya juga menekankan pentingnya untuk menghormati orang tua karena menurutnya hal tersebut sangat penting dan berperan banyak untuk kehidupan.
"Sampai 2016 saya sudah punya sendiri dan sampai sekarang saya punya 40 karyawan yang banyak di Koi dan tanaman, internet market 4-5 orang, mobil kerja sama dengan orang," jelasnya.
(nng)