Raup Untung dari Restoran Apung, Kisah Sukses Rumaji Nelayan Lobster Binaan BRI di Teluk Ekas

Senin, 18 Oktober 2021 - 08:31 WIB
loading...
Raup Untung dari Restoran Apung, Kisah Sukses Rumaji Nelayan Lobster Binaan BRI di Teluk Ekas
Kisah sukses Rumaji membangun bisnis restoran apung Ekas Buana, di Lombok Timur. FOTO/SINDOnews/Zen Teguh
A A A
LOMBOK TIMUR - Perahu putih berkelir ungu itu anggun menyibak ombak Teluk Ekas, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat. Dari pantai berselimut pasir putih, boat kayu itu melaju ke tengah lautan yang dikelilingi bukit.

Tak sampai 10 menit perahu bersandar. Bukan di dermaga, melainkan sebuah restoran apung sederhana . Berdinding kayu dan bambu, terdapat beberapa bagian terbuka yang menjadikan mata leluasa memandang hamparan samudera. "Welcome to Ekas Buana Floating Restaurant and Suite," bunyi tulisan di sebuah papan yang terpajang di salah satu luar dinding.

Terdapat dua bagian restoran ini. Satu bagian difungsikan sebagai restoran lesehan . Sementara satu sisinya, lebih mirip rumah karena ada kamar, toilet dan dapur untuk memasak.



Di antara kedua bangunan, tersambung satu jembatan kecil. Di bawah jembatan yang panjangnya hanya dua langkah kaki itu terdapat jarring-jaring keramba. Isinya, lobster-lobster siap panen. Siang itu, Jumat (15/10/2021), lobster seukuran telapak tangan orang dewasa dipanen. Sekitar satu jam berikutnya, lobster segar itu telah berubah menjadi sajian menggiurkan.

Wisatawan tinggal pilih: lobster asam manis dengan toping mayones dan saus cabe atau masak mentega dengan citarasa pedas. Eit, buat yang tidak suka, lobster polos alias hanya direbus juga terhidang plus nasi hangat dan cumi krispi.

Raup Untung dari Restoran Apung, Kisah Sukses Rumaji Nelayan Lobster Binaan BRI di Teluk Ekas


Jurus Ampuh di Tengah Pandemi

Restoran Apung Ekas Buana dibangun oleh Rumaji, warga Dusun Ekas, Desa Ekas Buana, Kecamatan Jerowaru, Lombok Timur. Sebagaimana kebanyakan warga desa itu, Rumaji merupakan pembudidaya lobster.

Pekerjaan itu meneruskan orangtua. Kakaknya, Rumawe, yang juga kepala dusun, menekuni pula pekerjaan tersebut. Di luar lobster, Rumaji memiliki homestay alias rumah penginapan.

Asal tahu, Ekas Buana merupakan surga snorkeling dan surfing bagi para turis asing. Sebagian besar backpacker dari Prancis, Spanyol, Jerman dan lainnya. Tak heran Ekas Buana mahsyur di Eropa.

Peluang itulah yang ditangkap Rumaji. Semula bisnis itu menggiurkan. Namun apa daya pandemi Covid-19 datang. Wabah itu menjadi malapetaka baginya.

Begitu pandemi datang, penerbangan internasional tutup. Itu artinya, tak ada turis berkunjung. Sektor pariwisata memang terpukul telak. Tak sedikit yang kelimpungan.

"Praktis homestay saya nganggur, tidak ada turis menginap. Di sisi lain saya punya karyawan yang harus dibayar," tutur Rumaji kepada SINDOnews, baru-baru ini.

Pria 36 tahun ini mengakui, budidaya lobster memang masih terus berjalan alias tak terdampak. Tetapi keuntungan dari usaha itu tak bisa cepat. Jika ingin hasil besar, lobster mesti dipelihara hingga ukuran bernilai mahal.

Padahal, dia butuh dana operasional untuk membayar karyawan yang mengurusi homestay miliknya. Rumaji sejak awal bertekad tidak ingin melakukan PHK. Dari situlah tercetus untuk mendirikan restoran apung. Keinginan itu muncul setelah rombongan besar turis dari Prancis ingin merasakan sensasi tidur di rumah apung di tengah laut. "Akhirnya saya putuskan untuk membangun rumah, kemudian restoran apung," tutur bapak dari empat anak ini.

Raup Untung dari Restoran Apung, Kisah Sukses Rumaji Nelayan Lobster Binaan BRI di Teluk Ekas


Permodalan KUR

Terpaan pandemi Covid-19 membuat Rumaji cepat-cepat merealisasikan mimpinya. Berpondasikan drum Styrofoam, resto apung itu berdiri dengan lanskap cantik laut Teluk Ekas dan pesisir berlatar bukit.

Dia sangat bersyukur karena rencana mewujudkan bisnis kuliner itu berjalan mulus. Terlebih ketika itu permodalan dari perbankan sangat membantu.

"Saya ambil KUR (kredit usaha rakyat) dari Bank BRI Rp50 juta pada Januari 2020. Dana KUR itulah yang saya pakai untuk membangun restoran apung ini," kata Rumaji.



Rumaji yang merupakan nasabah Bank BRI sejak 10 tahun silam merasa keberadaan KUR itu sangat bermanfaat. Sekalipun budidaya lobster membawa untung, namun hantaman pandemi membuat dia harus berpikir luas. Selain dana operasional karyawan, restoran apung yang dibangun dari KUR itu juga membuatnya lebih safety.

"Karena ada dana operasional dari berjualan wisata ini. Kalau dari lobster kan harus nunggu untuk panen. Tidak mungkin benur atau lobster ukuran kecil yang kita jual. Butuh waktu sampai ukuran tertentu agar ada keuntungan besar," ucapnya.

Rumaji menuturkan, pasar terbesar bisnis kuliner dan wisata ini didominasi turis lokal. Saat ini seminggu rata-rata 40 orang berkunjung. Omzet per bulan dari restoran apung mencapai Rp40 juta.

Adapun pendapatan bersih berkisar Rp10 juta. Penghasilan ini cukup untuk menggaji 7 karyawan yang bekerja untuk mengurusi homestay, restoran apung, dan keramba jarring apung (KJA). Rumaji mengaku berkeinginan untuk memanfaatkan KUR Bank BRI lagi nanti setelah yang dipinjamnya saat ini telah lunas. Dalam benaknya, Rumaji ingin memperkuat modal untuk KJA.
(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2144 seconds (0.1#10.140)