Tiga Strategi Mentan Atasi Masalah Pangan di New Normal

Jum'at, 05 Juni 2020 - 16:18 WIB
loading...
Tiga Strategi Mentan...
Mentan Syahrul Yasin Limpo menerangkan, berbagai pembatasan dalam menghadapi Covid-19 menyebabkan NTP mengalami penurunan, maka harus membangun stok penyangga atau buffer stock untuk 11 komoditas pangan. Foto/Dok
A A A
JAKARTA - Pandemi Covid-19 berdampak buruk terhadap seluruh sektor penting di Indonesia termasuk pangan, yang menjadi kebutuhan pokok masyarakat. Kementerian Pertanian (Kementan) juga terus berupaya melakukan penanganan dengan menyiapkan tiga strategi saat menghadapi New Normal.

Adapun, peningkatan nilai tukar petani (NTP) akan masif dilakukan dengan menaikkan harga jual gabah sehingga target penambahan NTP menjadi 103 poin, lebih tinggi dari beberapa waktu sebelumnya, atau sebesar 102,09 poin.

Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo menerangkan strategi pertama yaitu agenda SOS, atau emergency yang ditemukan ketika harga ayam sempat jatuh beberapa waktu lalu. "Bagi peternak, ayamnya akan dibeli oleh mitra dan difasilitasi penyimpanan berpendingin oleh pemerintah. Disini, kami telah berkoordinasi dengan mitra," ucap Syahrul Limpo di Jakarta, Jumat (5/6/2020).

Sambung dia menegaskan, penurunan NTP bukan disebabkan oleh hasil produksi petani tidak akurat namun karena dampak Covid-19 yang menyebabkan pelambatan transportasi, distribusi, dan pembatasan berbagai akselerasi kemasyarakatan (PSBB).

"Karena adanya berbagai pembatasan dalam menghadapi Covid-19 menyebabkan NTP mengalami penurunan, disini harus ada solusi penyikapan yaitu membangun stok penyangga atau buffer stock untuk 11 komoditas pangan, lalu pengembangan pasar dan toko tani, jaring pengaman sosial bagi petani, menjaga stabilitas harga," bebernya.

Strategi kedua agenda jangka menengah yaitu memaksimalkan ekspor dengan mengintervensi industri agriculture agar tidak memecat karyawannya. Juga relaksasi terhadap padat karya melalui pemberian bibit atau benih sehingga produksi komoditi tetap berjalan.

"Wilayah yang mengalami kekeringan dan minus kami support lewat bantuan sarana produksi, secara medical solution masalah Covid dapat diselesaikan dengan cepat namun untuk food security membutuhkan antisipasi paling cepat 2 tahun. Pertanian adalah solusi," tegasnya.

Kemudian agenda jangka panjang yaitu meningkatkan produksi pertanian, ekspor tiga kali lipat, penurunan gagal panen sebesar lima persen, mendorong pertumbuhan petani milenial 2,5 Juta orang.

Mentan Syahrul menerangkan, ekstensifikasi pangan di lahan rawa juga terus dikebut sambil mengoptimalkan lahan yang sudah ada atau sekitar 600 ribu hektare untuk 1,5 Juta Ton beras. "Infrastruktur juga telah disiapkan guna mendukung strategi tersebut," paparnya.

Sementara itu, apabila kedepannya masih ada kendala Kementerian Pertanian juga telah menyiapkan cara bertindak (CB) diantaranya mengidentifikasi kembali lahan rawa.

"Kita masuk ke Kalteng ada 160 ribu hektare lahan masih terbuka ini menjadi tantangan dan butuh intervensi, oleh sebab itu diperlukan transmigran petani yang siap bertani dalam berbagai kondisi," paparnya.

Selanjutnya intervensi bahan pangan lokal yaitu satu provinsi, satu panganan seperti sorgum, jagung, ubi kayu. Untuk itu, Kementan tengah menggelorakan program pekarangan pangan lestari. Saat ini, 3.836 kelompok ini yang sedang kita konsentrasikan.

Lalu cadangan beras dengan lumbung pangan masyarakat (LPM) berharap Provinsi, Kabupaten, Kota, Kecamatan memiliki LPM. Sampai sekarang ada 320 LPM yang siap menjadi sandaran saat kekeringan. saya sedang mencari penambahan keuangan dengan berkoordinasi bersama Menkeu dan mitra lainnya," pungkasnya.
(akr)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1518 seconds (0.1#10.140)