Transformasi Jadi Strategi BRI Hadapi New Normal
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Rakyat Indonesia Tbk menyiapkan berbagai langkah adaptasi demi menghadapi era New Normal sebagai dampak pandemi covid19. Transformasi merupakan cara yang disiapkan perusahaan untuk dapat bertahan dan tetap tumbuh di masa mendatang.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan sejak awal perseroan telah melakukan transformasi dan sudah dijalankan sejak tahun 2016. Objek dalam transformasi yang dilakukan menyasar dua area, yaitu secara digital dan culture. Namun pandemi yang terjadi akhirnya mempercepat transformasi tersebut.
Secara digital yang dikejar adalah proses bisnis yang lebih efisien dan juga pencarian model bisnis baru yang tetap bisa menciptakan nilai. "Dari sisi culture kami terus benahi struktur organisasi yang dapat mencapai aspirasi kami. Selain itu juga kami terus mencari kultur yang efektif demi mencapai target organisasi,” ujarnya.
BRI menggelar Virtual Halal bi Halal Bank BRI dengan pemimpin redaksi media massa, di Jakarta. Kegiatan Halal bi Halal secara daring dengan pemimpin redaksi media massa nasional ini merupakan kali pertama yang diselenggarakan oleh Bank BRI, seiring masih berlangsungnya masa pandemi Covid-19.
Lebih dari 50 pemimpin redaksi dari berbagai media baik cetak, televisi dan online, mengikuti kegiatan yang diharapkan memperkuat jalinan silaturahmi antara Bank BRI dengan media.
Sunarso menambahkan strategi BRI menghadapi The New Normal terbagi menjadi tiga hal utama, yakni pada pekerja dan jaringan, teknologi informasi (IT) dan digital serta bisnis proses.
Pertama, untuk pekerja dan jaringan BRI menerapkan flexy working, perubahan fungsi dan peran jaringan kantor BRI, coworking space dan penerapan protokol kesehatan di seluruh kantor BRI.
Kedua, dalam hal IT dan Digital perseroan menyiapkan kehandalan sistem dan jaringan serta keamanan sehingga masyarakat mudah dan aman bertransaksi perbankan BRI.
“Yang terakhir, BRI mengubah produk, bisnis proses dan operasional menyesuaikan perilaku masyarakat seperti dengan menghadirkan pinjaman digital dan simpanan digital dengan tetap tumbuh sehat melalui selective growth,” imbuhnya.
Komitmen BRI dalam menjaga kualitas bisnisnya dengan selective growth di tengah pandemi tercermin dari kinerja hingga akhir kuartal pertama 2020. Penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp930,7 triliun atau tumbuh 10,1% year on year, di mana pertumbuhan ini di atas rata rata industri perbankan nasional.
Di samping terus mengucurkan kredit, BRI juga gencar melakukan restrukturisasi pinjaman usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terdampak COVID-19. Hingga akhir Mei 2020 tercatat BRI telah melakukan restrukturisasi terhadap 2,3 juta pelaku UMKM dengan total pinjaman mencapai Rp140,24 Triliun.
“Dengan strategi yang telah disiapkan dan dengan pengelolaan manajemen risiko yang memadai, Bank BRI optimistis dapat melalui pandemi ini dengan tetap menjaga kualitas bisnis serta mencapai visi untuk menjadi The Most Valuable Bank and Home To The Best Talent,” papar Sunarso.
Disamping itu disiapkan revisi target pertumbuhan bisnis sebagai dampak pandemi covid19. Target pertumbuhan kredit tahun ini diharapkan mencapai 5%. Target perseroan diturunkan dari rencana kredit tahun ini tumbuh sebesar 10-11%.
Sunarso mengatakan penurunan target kredit tersebut akan diikuti dengan penurunan pendapatan bunga. BRI tetap akan menjaga net interest margin (NIM) di kisaran 5,5%. "Secara likuiditas kami akan tetap menjaga rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) di kisaran 90%," ujar Sunarso hari ini di Jakarta.
Kemudian untuk pendapatan non-bunga atau fee based income (FBI) dan biaya operasional atau operating expenditure (Opex) masing-masing dijaga sebesar 7% dan 9%."Sedangkan NPL atau rasio kredit bermasalah dijaga di kisaran 3% di tengah tekanan perekonomian. Hingga akhir Maret 2020, NPL BRI masih 3% jauh di bawah batas maksimal sebesar 5%," ujarnya.
Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan sejak awal perseroan telah melakukan transformasi dan sudah dijalankan sejak tahun 2016. Objek dalam transformasi yang dilakukan menyasar dua area, yaitu secara digital dan culture. Namun pandemi yang terjadi akhirnya mempercepat transformasi tersebut.
Secara digital yang dikejar adalah proses bisnis yang lebih efisien dan juga pencarian model bisnis baru yang tetap bisa menciptakan nilai. "Dari sisi culture kami terus benahi struktur organisasi yang dapat mencapai aspirasi kami. Selain itu juga kami terus mencari kultur yang efektif demi mencapai target organisasi,” ujarnya.
BRI menggelar Virtual Halal bi Halal Bank BRI dengan pemimpin redaksi media massa, di Jakarta. Kegiatan Halal bi Halal secara daring dengan pemimpin redaksi media massa nasional ini merupakan kali pertama yang diselenggarakan oleh Bank BRI, seiring masih berlangsungnya masa pandemi Covid-19.
Lebih dari 50 pemimpin redaksi dari berbagai media baik cetak, televisi dan online, mengikuti kegiatan yang diharapkan memperkuat jalinan silaturahmi antara Bank BRI dengan media.
Sunarso menambahkan strategi BRI menghadapi The New Normal terbagi menjadi tiga hal utama, yakni pada pekerja dan jaringan, teknologi informasi (IT) dan digital serta bisnis proses.
Pertama, untuk pekerja dan jaringan BRI menerapkan flexy working, perubahan fungsi dan peran jaringan kantor BRI, coworking space dan penerapan protokol kesehatan di seluruh kantor BRI.
Kedua, dalam hal IT dan Digital perseroan menyiapkan kehandalan sistem dan jaringan serta keamanan sehingga masyarakat mudah dan aman bertransaksi perbankan BRI.
“Yang terakhir, BRI mengubah produk, bisnis proses dan operasional menyesuaikan perilaku masyarakat seperti dengan menghadirkan pinjaman digital dan simpanan digital dengan tetap tumbuh sehat melalui selective growth,” imbuhnya.
Komitmen BRI dalam menjaga kualitas bisnisnya dengan selective growth di tengah pandemi tercermin dari kinerja hingga akhir kuartal pertama 2020. Penyaluran kredit BRI tercatat sebesar Rp930,7 triliun atau tumbuh 10,1% year on year, di mana pertumbuhan ini di atas rata rata industri perbankan nasional.
Di samping terus mengucurkan kredit, BRI juga gencar melakukan restrukturisasi pinjaman usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) yang terdampak COVID-19. Hingga akhir Mei 2020 tercatat BRI telah melakukan restrukturisasi terhadap 2,3 juta pelaku UMKM dengan total pinjaman mencapai Rp140,24 Triliun.
“Dengan strategi yang telah disiapkan dan dengan pengelolaan manajemen risiko yang memadai, Bank BRI optimistis dapat melalui pandemi ini dengan tetap menjaga kualitas bisnis serta mencapai visi untuk menjadi The Most Valuable Bank and Home To The Best Talent,” papar Sunarso.
Disamping itu disiapkan revisi target pertumbuhan bisnis sebagai dampak pandemi covid19. Target pertumbuhan kredit tahun ini diharapkan mencapai 5%. Target perseroan diturunkan dari rencana kredit tahun ini tumbuh sebesar 10-11%.
Sunarso mengatakan penurunan target kredit tersebut akan diikuti dengan penurunan pendapatan bunga. BRI tetap akan menjaga net interest margin (NIM) di kisaran 5,5%. "Secara likuiditas kami akan tetap menjaga rasio likuiditas atau loan to deposit ratio (LDR) di kisaran 90%," ujar Sunarso hari ini di Jakarta.
Kemudian untuk pendapatan non-bunga atau fee based income (FBI) dan biaya operasional atau operating expenditure (Opex) masing-masing dijaga sebesar 7% dan 9%."Sedangkan NPL atau rasio kredit bermasalah dijaga di kisaran 3% di tengah tekanan perekonomian. Hingga akhir Maret 2020, NPL BRI masih 3% jauh di bawah batas maksimal sebesar 5%," ujarnya.
(akr)