Menko Airlangga Beberkan Pentingnya Presidensi G20 Indonesia
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sudah tiga Presidensi G20 diselenggarakan pada saat pandemi Covid-19 melanda dunia, dan Presidensi G20 Indonesia ini merupakan periode yang krusial untuk proses pemulihan ekonomi global, di tengah pandemi yang masih terus mengancam. Saat ini dunia masih menghadapi berbagai persoalan, antara lain kepanikan global akibat munculnya mutasi varian virus Omicron, masih adanya ketimpangan akses vaksin, perubahan iklim yang berdampak pada bencana alam dan terjadinya gangguan dan disrupsi pada rantai pasok (supply chain disruption).
"Pandemi yang tidak kunjung usai membuat ketidapastian dan ketimpangan ekonomi, dan menurunnya produktivitas. Saat ini kita juga melihat perbedaan kemampuan antar-negara dalam mengatasi pandemi dan memulihkan ekonomi, yang menyebabkan pemulihan ekonomi global tidak merata," kata Airlangga Hartarto, saat acara Sherpa Meeting Presidensi G20 secara virtual, Selasa (7/12/2021).
Menurut Airlangga, pemulihan pandemi dan ekonomi global yang tidak merata, menyebabkan semakin tingginya kemiskinan dan tidak tercapainya target SDGs 2030. Pembukaan kembali ekonomi masih sulit dilakukan karena ancaman gelombang pandemi akibat munculnya varian baru Omicron. Beberapa negara kembali menutup wilayahnya, mobilitas masyarakat yang sudah mulai bergerak, terancam kembali terganggu.
Di sinilah peran kolaborasi global, di mana melalui forum G20 akan menata kembali arsitektur kesehatan global, yang menjadi syarat perlu untuk pemulihan ekonomi. Sebagai forum premier kerja sama ekonomi multilateral, G20 saat ini harus menghasilkan langkah-langkah nyata dan terobosan besar, untuk mempercepat pemulihan bersama dan menjadi lebih kuat.
Presidensi G20 merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam kancah global, guna menjawab berbagai tantangan internasional. Tentunya kepentingan nasional juga menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, yaitu mewujudkan pemulihan ekonomi yang inklusif, berdaya-tahan, dan berkesinambungan.
Sejalan dengan kondisi saat ini, Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger” atau ”Pulih Bersama”. Melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama melakukan pemulihan kondisi kesehatan yang tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
"G20 harus mampu menangani berbagai permasalahan struktural yang menghambat efisiensi dan produktivitas, serta mendorong perluasan inklusi ekonomi," kata Airlangga.
Sebagai gambaran kondisi pemulihan kesehatan di Indonesia, sejalan dengan target WHO untuk vaksinasi dosis ke-2, yaitu 40% dari jumlah penduduk, maka Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 113 juta jiwa (41,8% dari total jumlah penduduk Indonesia) atau sekitar 54,3% dari sasaran pada akhir tahun 2021. Adapun posisi saat ini, capaian vaksinasi dosis-2 sejumlah 99,6 juta jiwa atau sekitar sekitar 37% dari total jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 47,8% dari sasaran.
Airlangga melanjutkan, Presiden memberikan arahan agar Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022 mengusung 3 topik utama, yaitu (1) Arsitektur Kesehatan Global: upaya Indonesia untuk memperkuat dan menyusun kembali tata kelola dan arsitektur kesehatan global pasca pandemi. Mendorong ASEAN, terutama Indonesia menjadi transfer hub untuk pengembangan dan produksi vaksin.
Kedua, Transformasi berbasis Digital: membuat nilai-nilai ekonomi melalui teknologi digital serta mendorong digitalisasi sektor-sektor yang menjadi mesin pertumbuhan baru. Ketiga, Transisi Energi: memperluas akses terhadap teknologi yang bersih dan terjangkau, serta pembiayaan untuk mempercepat transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan.
Ketiga topik utama tersebut akan menjadi guidance untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih pro-rakyat, lebih konkret, dan dapat diterapkan.
Presidensi G20 Indonesia 2022 diharapkan akan berkontribusi dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional dan global, termasuk memperjuangkan negara-negara kecil dan berkembang. Melalui Presidensi G20, mengajak negara anggota G20, negara undangan dan organisasi internasional, untuk merumuskan aksi-aksi nyata bagi pemulihan ekonomi global.
Selain itu, kehadiran para delegasi diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia, baik secara langsung (seperti menumbuhkan kembali sektor akomodasi, perhotelan, transportasi, UMKM, dan sektor-sektor terkait lainnya), maupun secara tidak langsung dengan meningkatnya kepercayaan para investor kepada Indonesia.
"Pertemuan Pertama Tingkat Sherpa G20 (sherpa track) ini merupakan pembuka dari rangkaian pertemuan Presidensi G20 Indonesia, dan akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7-8 Desember 2021, serta akan dilanjutkan dengan Pertemuan Pertama Tingkat Deputi Keuangan dan Bank Sentral (Finance Track) di Bali pada 9-10 Desember 2021," jelas Airlangga.
Melalui rangkaian pertemuan tersebut, Indonesia akan menyampaikan agenda prioritas yang akan diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia, baik pada Sherpa Track maupun Finance Track. Selain itu, diharapkan para anggota G20, negara undangan, dan organisasi internasional dapat memberikan inisatif konkret sehingga menghasilkan deliverables yang responsif terhadap tantangan global, actionable, dan terukur.
Dalam pertemuan Sherpa hari ini hadir pula organisasi African Union yang diwakili oleh Republik Demokratik Kongo. Peran dan keterlibatan Afrika sebagai kawasan dengan jumlah populasi lebih dari 1,3 miliar sangat penting dalam peran inklusif dari G20 terhadap pemulihan ekonomi global.
Forum G20 diharapkan menjadi wake up call bagi kita semua dan tidak menjadi “Menara Gading” yang tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi global. Sangat penting bagi G20 untuk menjadi troubleshooter atas ketidakpastian dan tantangan global.
Sebagai salah satu showcasing inisiatif konkret Indonesia dalam forum G20 ini, maka besok para Sherpa G20, akan mengunjungi Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0). Making Indonesia 4.0 menjadi salah satu isu yang diusulkan oleh Presidensi Indonesia, yaitu transformasi industri 4.0, Ekosistem Industri yang modern, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.
"PIDI 4.0 merupakan solusi satu atap dalam percepatan transformasi Industri 4.0 di Indonesia, dan menjadi jendela Indonesia 4.0 untuk dunia. PIDI 4.0 menawarkan 5 layanan utama dalam membantu Industri bertransformasi ke Industri 4.0 yaitu Showcase Center, Delivery Center, Capability Center, Ecosystem for Industry 4.0, dan Engineering and AI Center," tutup Airlangga.
"Pandemi yang tidak kunjung usai membuat ketidapastian dan ketimpangan ekonomi, dan menurunnya produktivitas. Saat ini kita juga melihat perbedaan kemampuan antar-negara dalam mengatasi pandemi dan memulihkan ekonomi, yang menyebabkan pemulihan ekonomi global tidak merata," kata Airlangga Hartarto, saat acara Sherpa Meeting Presidensi G20 secara virtual, Selasa (7/12/2021).
Menurut Airlangga, pemulihan pandemi dan ekonomi global yang tidak merata, menyebabkan semakin tingginya kemiskinan dan tidak tercapainya target SDGs 2030. Pembukaan kembali ekonomi masih sulit dilakukan karena ancaman gelombang pandemi akibat munculnya varian baru Omicron. Beberapa negara kembali menutup wilayahnya, mobilitas masyarakat yang sudah mulai bergerak, terancam kembali terganggu.
Di sinilah peran kolaborasi global, di mana melalui forum G20 akan menata kembali arsitektur kesehatan global, yang menjadi syarat perlu untuk pemulihan ekonomi. Sebagai forum premier kerja sama ekonomi multilateral, G20 saat ini harus menghasilkan langkah-langkah nyata dan terobosan besar, untuk mempercepat pemulihan bersama dan menjadi lebih kuat.
Presidensi G20 merupakan kesempatan bagi Indonesia untuk menunjukkan kepemimpinan Indonesia dalam kancah global, guna menjawab berbagai tantangan internasional. Tentunya kepentingan nasional juga menjadi perhatian Pemerintah Indonesia, yaitu mewujudkan pemulihan ekonomi yang inklusif, berdaya-tahan, dan berkesinambungan.
Sejalan dengan kondisi saat ini, Presidensi G20 Indonesia mengangkat tema “Recover Together, Recover Stronger” atau ”Pulih Bersama”. Melalui tema ini, Indonesia mengajak seluruh dunia untuk bersama-sama melakukan pemulihan kondisi kesehatan yang tentunya akan mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih kuat dan berkelanjutan.
"G20 harus mampu menangani berbagai permasalahan struktural yang menghambat efisiensi dan produktivitas, serta mendorong perluasan inklusi ekonomi," kata Airlangga.
Sebagai gambaran kondisi pemulihan kesehatan di Indonesia, sejalan dengan target WHO untuk vaksinasi dosis ke-2, yaitu 40% dari jumlah penduduk, maka Indonesia diperkirakan akan mencapai sekitar 113 juta jiwa (41,8% dari total jumlah penduduk Indonesia) atau sekitar 54,3% dari sasaran pada akhir tahun 2021. Adapun posisi saat ini, capaian vaksinasi dosis-2 sejumlah 99,6 juta jiwa atau sekitar sekitar 37% dari total jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 47,8% dari sasaran.
Airlangga melanjutkan, Presiden memberikan arahan agar Presidensi G20 Indonesia Tahun 2022 mengusung 3 topik utama, yaitu (1) Arsitektur Kesehatan Global: upaya Indonesia untuk memperkuat dan menyusun kembali tata kelola dan arsitektur kesehatan global pasca pandemi. Mendorong ASEAN, terutama Indonesia menjadi transfer hub untuk pengembangan dan produksi vaksin.
Kedua, Transformasi berbasis Digital: membuat nilai-nilai ekonomi melalui teknologi digital serta mendorong digitalisasi sektor-sektor yang menjadi mesin pertumbuhan baru. Ketiga, Transisi Energi: memperluas akses terhadap teknologi yang bersih dan terjangkau, serta pembiayaan untuk mempercepat transisi menuju energi yang lebih berkelanjutan.
Ketiga topik utama tersebut akan menjadi guidance untuk menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih pro-rakyat, lebih konkret, dan dapat diterapkan.
Presidensi G20 Indonesia 2022 diharapkan akan berkontribusi dalam mendukung pemulihan ekonomi nasional dan global, termasuk memperjuangkan negara-negara kecil dan berkembang. Melalui Presidensi G20, mengajak negara anggota G20, negara undangan dan organisasi internasional, untuk merumuskan aksi-aksi nyata bagi pemulihan ekonomi global.
Selain itu, kehadiran para delegasi diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perekonomian Indonesia, baik secara langsung (seperti menumbuhkan kembali sektor akomodasi, perhotelan, transportasi, UMKM, dan sektor-sektor terkait lainnya), maupun secara tidak langsung dengan meningkatnya kepercayaan para investor kepada Indonesia.
"Pertemuan Pertama Tingkat Sherpa G20 (sherpa track) ini merupakan pembuka dari rangkaian pertemuan Presidensi G20 Indonesia, dan akan diselenggarakan di Jakarta pada tanggal 7-8 Desember 2021, serta akan dilanjutkan dengan Pertemuan Pertama Tingkat Deputi Keuangan dan Bank Sentral (Finance Track) di Bali pada 9-10 Desember 2021," jelas Airlangga.
Melalui rangkaian pertemuan tersebut, Indonesia akan menyampaikan agenda prioritas yang akan diangkat dalam Presidensi G20 Indonesia, baik pada Sherpa Track maupun Finance Track. Selain itu, diharapkan para anggota G20, negara undangan, dan organisasi internasional dapat memberikan inisatif konkret sehingga menghasilkan deliverables yang responsif terhadap tantangan global, actionable, dan terukur.
Dalam pertemuan Sherpa hari ini hadir pula organisasi African Union yang diwakili oleh Republik Demokratik Kongo. Peran dan keterlibatan Afrika sebagai kawasan dengan jumlah populasi lebih dari 1,3 miliar sangat penting dalam peran inklusif dari G20 terhadap pemulihan ekonomi global.
Forum G20 diharapkan menjadi wake up call bagi kita semua dan tidak menjadi “Menara Gading” yang tidak sensitif terhadap kondisi ekonomi global. Sangat penting bagi G20 untuk menjadi troubleshooter atas ketidakpastian dan tantangan global.
Sebagai salah satu showcasing inisiatif konkret Indonesia dalam forum G20 ini, maka besok para Sherpa G20, akan mengunjungi Pusat Industri Digital Indonesia 4.0 (PIDI 4.0). Making Indonesia 4.0 menjadi salah satu isu yang diusulkan oleh Presidensi Indonesia, yaitu transformasi industri 4.0, Ekosistem Industri yang modern, ramah lingkungan, berkelanjutan dan berdaya saing tinggi.
"PIDI 4.0 merupakan solusi satu atap dalam percepatan transformasi Industri 4.0 di Indonesia, dan menjadi jendela Indonesia 4.0 untuk dunia. PIDI 4.0 menawarkan 5 layanan utama dalam membantu Industri bertransformasi ke Industri 4.0 yaitu Showcase Center, Delivery Center, Capability Center, Ecosystem for Industry 4.0, dan Engineering and AI Center," tutup Airlangga.
(uka)