Harga Tembus Rp20.000, Ini Cara Pemerintah Redam Mahalnya Minyak Goreng

Jum'at, 31 Desember 2021 - 14:36 WIB
loading...
Harga Tembus Rp20.000,...
Harga minyak goreng melambung melampaui harga acuan Kemendag. Foto/Dok MPI/Faisal Rahman
A A A
JAKARTA - Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi tak menampik bahwa sejumlah komoditas pangan mengalami kenaikan pada beberapa bulan terakhir hingga jelang tutup tahun 2021 ini. Dia menyebut beberapa komoditas yang merangkak naik antara lain minyak goreng, cabai dan telur.

Terkait naiknya harga minyak goreng, Mendag bersama jajaran di Kementerian Perdagangan (Kemendag) akan melakukan intervensi 11 juta liter minyak goreng yang akan digelontorkan di pasaran seharga Rp14.000 per liter.

"Ada beberapa yang memang naik yaitu minyak goreng, cabai dan telur. Minyak goreng kita sudah intervensi 11 juta liter akan kita gelontorkan di (harga) Rp14.000 supaya tercapai daya beli masyarakat," kata Lutfi, dikutip Jumat (31/12/2021).



Mendag menambahkan pihaknya juga telah berkoordinasi dengan Kementerian Koordinator bidang Perekonomian untuk merealisasikan pemberian subsidi minyak goreng dengan menggunakan dana pungutan Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDP KS).

"Kami sudah koordinasi dengan Kementerian Koordinator Perekonomian akan beri subsidi dari BPDP KS. Ini sedang dalam proses karena kita sudah uji coba mekanisme subsidi," urainya.

Sebagai informasi, harga minyak goreng terus merangkak naik dalam beberapa bulan terakhir hingga menyentuh Rp20.000 per liter. Angka ini melambung dari harga acuan minyak goreng kemasan sederhana di tingkat konsumen sesuai Peraturan Menteri Perdagangan No. 7 Tahun 2020, yaitu sebesar Rp11.000 per liter.

Sementara itu untuk telur, Lutfi menuturkan, jika dilihat dari Januari hingga Desember harganya masih di bawah harga acuan Kementerian Perdagangan di rata-rata Rp24.000/kg.



Menurut dia, kenaikan ini dipicu oleh geliat industri hotel, restoran dan katering yang mulai aktif memanfaatkan telur ayam sebagai bahan pangan untuk masakan. Pemicu lainnya adalah menipisnya stok yang telah digunakan untuk bantuan sosial sebelumnya.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2321 seconds (0.1#10.140)