Tanamkan jiwa entrepreneurship di kalangan santri

Rabu, 04 Juli 2012 - 10:50 WIB
Tanamkan jiwa entrepreneurship di kalangan santri
Tanamkan jiwa entrepreneurship di kalangan santri
A A A
KENDATI berdiri di luar ruangan,Nasrudin (30) tampak antusias dan bersemangat mendengarkan berbagai pengalaman dan tips yang dipaparkan oleh pengusaha nasional Aunur Rofiq, penulis buku ”Negeri 5 Menara” Ahmad Fuadi,Pemenang I Wirausaha Muda Mandiri (WMM) 2010 Ahmad Abdul Hadi dan Finalis WMM 2009 Firmansyah Budi.

Nasrudin, yang baru setahun menekuni usaha sate buah di Magelang, mengaku sangat terkesan dengan pengalaman Ahmad Fuadi yang memiliki pedoman hidup sama dengan dirinya. ”Man jadda wajada yang memiliki arti ‘Siapa yang bersungguh-sungguh, akan berhasil’ menjadi rangkaian kata yang memiliki kekuatan dahsyat dalam menjalani hidup saya,” ujarnya kepada SINDO saat mengikuti workshop sehari WMM Goes to Pesantren di Pondok Pesantren (Ponpes) Asrama Perguruan Islam (API) Tegalrejo, Magelang, Jawa Tengah, beberapa waktu lalu.

Nasrudin yang juga alumnus santri Pesantren Entrepreneur (Partner) angkatan ke- 4 Pesantren API Tegalrejo mengaku, sebelum menjadi santri di Partner ia tidak berani berwirausaha karena tidak mempunyai keberanian, keterampilan, dan modal. ”Tapi sejak nyantri di Partner, saya memiliki keberanian untuk mulai berwirausaha dan memanfaatkan peluang bisnis yang tersedia. Atas dasar hal tersebut, saya pun memberanikan diri untuk menjalankan usaha ‘Sate Buah Sedunia’ di Magelang,” ceritanya dengan semangat.

Hal senada juga diungkapkan Faiz (20), santri Pesantren API Tegalrejo asal Jepara,Jawa Tengah. ”Motivasi saya untuk berwirausaha bangkit setelah mengikuti pemaparan pemilik Cokro Tela Cake Firmansyah Budi.Terlebih saat diajak untuk memperhatikan perubahan yang terjadi pada rekan – rekan, saya kian terpacu untuk mencari peluang bisnis yang dapat dimanfaatkan kelak setelah menyelesaikan pendidikan di pesantren,”ucapnya.

Dalam pemaparannya,para narasumber tersebut sepakat jika kesuksesan bukanlah hanya sekadar keberuntungan, tapi didapatkan melalui kesungguhan dalam bekerja dan tetap istiqomah di jalan Allah SWT. ”Jangan pernah takut mempunyai cita-cita atau mimpi yang tinggi. Karena siapapun yang bersungguhsungguh pasti akan berhasil. Man jadda wajada,” seru Ahmad Fuadi dan disambut para santri dengan semangat, ”Man jadda wajada.”

Sedangkan pengusaha nasional Aunur Rofiq mengatakan, para santri harus jeli melihat peluang usaha yang ada dan jangan takut gagal.”Kegagalan itu bukan berarti mati. Kegagalan adalah sebuah awal dari kesuksesan, bagaimana Anda akan tahu kalau Anda akan sukses jika tidak tahu apa itu kegagalan,” ucapnya bersemangat.

Dalam workshop yang dihadiri Direktur Institutional Banking Bank Mandiri Abdul Rachman, Bupati Magelang Singgih Sanyoto, dan Pemimpin Pondok Pesantren API Tegalrejo KH M Yusuf Chudlori, para santri memperoleh materi mengenai peluang wirausaha yang sesuai dengan potensi yang ada di lingkungan sekitar pesantren. Mengangkat tema ”Kemandirian untuk Negeri Meneladani Jejak Wirausaha Rasulullah”, workshopWMM Goes to Pesantren yang melibatkan sekitar 500 santri Ponpes API Tegalrejo dan ponpes lain di sekitarnya ini telah membangkitkan semangat para santri untuk berwirausaha.

Sebagian besar dari para santri mengaku tergugah setelah mendengar berbagai pemaparan yang disampaikan para pembicara tentang pengalaman dan tips mereka berwirausaha. Selain menggelar workshop, Bank Mandiri juga memberikan bantuan sebesar Rp200 juta kepada Ponpes API Tegalrejo untuk pembangunan Pesantren Entrepreneur API Tegalrejo.

Direktur Institutional Banking Bank Mandiri Abdul Rachman mengatakan,pondok pesantren merupakan lembaga pendidikan khas Indonesia dan telah mengakar di masyarakat, sehingga sudah saatnya pesantren dijadikan sebagai lokomotif pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat. ”Melalui workshop kewirausahaan bagi santri-santri Pondok Pesantren, diharapkan dapat meningkatkan keterampilan dan menumbuhkan sense of business di antara mereka sehingga akan tercipta wirausaha-wirausaha muda potensial,” kata Abdul Rachman.

Workshop sehari yang digelar di Ponpes API Tegalrejo ini merupakan bagian dari rangkaian program WMM Goes To Pesantren yang dilaksanakan Bank Mandiri bekerja sama dangan Pengurus Pusat Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Nahdlatul Ulama atau asosiasi pesantren NU di beberapa pondok pesantren Nahdlatul Ulama (NU) di TanahAir. Rencananya workshop ini akan digelar di Ponpes Aulia Cendikia, Palembang, Ponpes Manonjaya,Tasikmalaya,Ponpes Darussalam Martapura dan Ponpes Bago,Lombok.

Sebelumnya, beberapa kegiatan yang telah dilakukan dalam program WMM Goes to Pesantren antara lain adalah program pelatihan dan implementasi budidaya lele di delapan pesantren di wilayah Jawa Timur, pelaksanaan Training of Trainer pengurus Lembaga Ta’mir Masjid (LTM) NU dan pelaksanaan pesantren Entrepreneur Camp di Pesantren Al-Yasini Sidoarjo yang diikuti oleh 48 Pondok Pesantren di wilayah Jawa Timur.

Pemimpin Pondok Pesantren API Tegalrejo KH M Yusuf Chudlori atau yang akrab disapa dengan Gus Yusuf mengaku sangat senang dan berterima kasih kepada Bank Mandiri yang telah peduli dengan kemajuan pondok pesantren dan pemberdayaan para santri.

”Kendati identik dengan kesederhanaan dan terkesan jauh dari modernitas, ternyata pondok pesantren dinilai tidak hanya efektif sebagai sarana pendidikan agama tetapi juga berpotensi untuk mengembangkan jiwa entrepreneurship( kewirausahaan) di kalangan para santri. Dengan kemandirian,kepercayaan dan ke-istiqomahan yang didapat selama menjadi santri di pondok pesantren diharapkan hal tersebut dapat menjadi modal untuk berwirausaha sehingga pada akhirnya dapat menjadi lokomotif perekonomian masyarakat,”paparnya.

Kendati demikian dari ribuan pesantren di Indonesia yang melahirkan santri dengan bekal agama yang cukup,lanjut Gus Yusuf,hanya beberapa saja yang siap turut serta membangun ekonomi bangsa, terutama karena jarangnya bekal entrepreneurship yang ditanamkan di dalam jiwa dan mindset para santri.Padahal para santri termasuk generasi terdidik yang kelak menghadapi beragam tantangan hidup berikut kebutuhan-kebutuhannya.

Didasari pemikiran bahwa pemberdayaan pesantren menjadi lokomotif pemberdayaan ekonomi bagi masyarakat, maka sejak setahun lalu Ponpes API Tegalrejo mengadakan Pesantren Entrepreneur (Partner).” Sebelum kembali ke daerah asalnya para santri telah dipersiapkan dengan jiwa entrepreneurship sehingga diharapkan ke depan mereka mampu menjadi motor penggerak perekonomian di mana mereka tinggal.Hingga saat ini, Partner telah meluluskan 130 orang dalam tujuh angkatan pendidikan di mana sebagian besar lulusannya telah menjadi wirausaha,”imbuh Gus Yusuf.

Gus Yusuf pun berharap, berbagai bentuk perhatian dan kepedulian dunia usaha pada pondok pesantren dan santri dapat memacu semangat dan membuka peluang terciptanya wirausaha-wirausaha muda yang berakhlak dan bermoral tinggi.
(and)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7752 seconds (0.1#10.140)