Kisah Mantan Jagoan Senen yang Hijrah: Kini Punya Tambak Udang dengan Hasil Panen Tembus Triliunan Rupiah

Minggu, 06 Maret 2022 - 07:45 WIB
loading...
Kisah Mantan Jagoan Senen yang Hijrah: Kini Punya Tambak Udang dengan Hasil Panen Tembus Triliunan Rupiah
Muhammad Bang Mandor Iksan, preman hijrah yang jadi petambak udang. Foto/YoutubeHelmyYahyaBicara.
A A A
JAKARTA - Kisah Muhammad Iksan bukan sinetron. Kisah pria yang dipangggil Bang Mandor ini adalah nyata. Mantan preman jalanan Senen ini sekarang hidup sebagai seorang pengusaha tambak udang sukses dengan luas tambak 700 hektare.

Baca juga: Polisi Ciduk Preman Kampung yang Ajak Duel Pemilik Bengkel karena Tidak Dikasih Oli

Tak main-main, omzetnya kini sudah mencapai miliaran rupiah. Bang Mandor merupakan seorang pengusaha tambak asal Muaragembong, Bekasi. Di dalam tambaknya, terdapat lahan produksi udang vaname, rumput laut, dan bandeng.

Dalam satu klaster tambaknya yang terdiri dari 10 hektare, jumlah udang yang diproduksi kurang lebih 150 ton per siklus panen. Dalam satu klaster hasil panennya bisa mencapai Rp40 miliar-Rp50 miliar per tahun.

Jika luas lahan tambaknya mencapai 700 hektare maka Iksan memiliki sekitar 70 klaster tambak udang. Dari situ, kalau direken-reken secara kasar, maka hasil panennya bisa saja menembus Rp2,8 triliun hingga Rp3,5 triliun.

"Udang itu kalo kita lihat dari demand dan profit penghasilannya luar biasa. Ini sampai orang-orang budidaya itu mengistilahkan, tidak ada yang mengalahkan penghasilan bisnis budidaya udang kecuali bandar narkoba," ujar Iksan, dikutip dari channel Youtube Helmy Yahya Bicara pada Sabtu(5/3/2022).

Namun, dia mengakui bahwa memang perjalanan hidupnya pun tak mudah dengan banyak rintangan yang mengadang. Iksan menyebut bahwa dirinya dahulu sempat putus sekolah dan membantu orang tuanya berdagang asongan. Namun, sejak kecil, dirinya sudah familiar dengan tambak.

"Karena setiap pulang sekolah zaman SD, selalu sempat mampir ke tambak. Dulu juga pernah punya tambak kecil-kecilan," ungkapnya.

Sebelum mencapai kesuksesan seperti sekarang, Iksan mengaku bahwa pada awalnya dia keluar dari kampung karena kerap berkelahi. Tak tahan dengan situasi itu, dia memutuskan untuk keluar kampung dan melanjutkan hidupnya di Pasar Senen sebagai pengamen dan preman.

"Ya saya kabur dari kampung juga itu karena berantem mulu, ribut terus. Termasuk mungkin saya, salah satu laki-laki gatau yang lain ada cerita apa enggak, yang duel siang hari dengan senjata tajam di jalan raya. Alhamdulillah, mereka berdua yang lari," tuturnya.



Akibat ulahnya tersebut, Iksan kerap kali berurusan dengan polisi. Tak ayal, orang tuanya selalu dikunjungi aparat hukum. Akhirnya, dia pun memutuskan untuk keluar dari kampung.

"Jadi saya keluar dari kampung itu bawa gitar satu. Boleh pinjam sama teman, sama bawa uang seribu perak itu di tahun 1998-1999," tambah Iksan.

Namun, pindahnya dia ke Pasar Senen ternyata tidak membuat segalanya menjadi lebih mudah. Iksan bercerita, baru beberapa hari saja di sana, dia sudah dipukuli oleh preman di terminal.

"Saya beraniin diri terjun ke terminal. Hari pertama aman saya ngamen, hari kedua aman, hari ketiga babak belur digebukin anak-anak. Sampe gitar yang saya minjem bawa dari kampung itu habis buat nangkisin botol ama batu. Sampe akhirnya ada polisi lepas tembakan ke atas, baru akhirnya lerai," kata Iksan.

Ditempa pengalaman dan kehidupan yang keras selama bertahun-tahun lamanya, Iksan akhirnya tumbuh menjadi seorang preman besar di terminal, yang membuat dirinya berkuasa di banyak area.

Kendati demikian, Iksan mengaku bahwa dirinya mendapatkan pencerahan setelah perjalanan spiritualnya. Bertobat, Iksan akhirnya meninggalkan profesinya sebagai preman.



"Saya akhirnya mulai belajar bisnis dari menjadi pedagang asongan. Waktu hijrah itu selesai di seniman jalanan, saya ngasong pak dari situ saya belajar," tutupnya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2725 seconds (0.1#10.140)