Menko Luhut Apresiasi Produksi Padi di Food Estate Sumba

Sabtu, 19 Maret 2022 - 17:27 WIB
loading...
Menko Luhut Apresiasi...
Menko Maritim dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan (kiri) dan Mentan Syahrul Yasin Limpo (dua kiri) melakukan dialog interaktif dengan petani dan penyuluh melalui Agriculture War Room dipandu Kepala BPPSDMP Dedi Nursyamsi (kanan).
A A A
JAKARTA - Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan mengapresiasi realisasi produksi padi Food Estate Sumba di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Keberhasilan ini tak lepas dari kerja keras petani dan penyuluh pertanian di Kabupaten Sumba.

“Saya kira Mentan Syahrul sudah habis-habisan mendukung peningkatan produksi pertanian dan menyejahterakan petani, karena itu adalah keinginan dari pemerintah,” kata Menko Luhut pada dialog interaktif dengan Ribka Buru, penyuluh pertanian Sumba Tengah melalui Agriculture War Room Kementerian Pertanian (AWR Kementan), Jakarta, Jumat (18/3/2022).

(Baca juga:Food Estate Perlu Teknologi yang Tepat)

Luhut mengapresiasi kinerja Ribka Buru bersama petani, penyuluh dan stakeholders di Food Estate Sumba untuk meningkatkan produksi padi. “Saya lihat sekarang produksi padi naik lima hingga enam ton per hektare (Food Estate Sumba) yang tadinya cuma tiga sampai empat ton per ha. Itu sebabnya kita dari laporan data BPS (Badan Pusat Statistik) masalah beras tidak kurang,” kata Menko Luhut.

Menurut Luhut, pemerintah akan menyediakan bibit unggul agar pendapatan petani meningkat, sehingga tingkat kemiskinan turun dan petani tambah sejahtera. “Itu pesan Presiden Joko Widodo kepada saya. Pokoknya pertanian harus didorong, makanya saya datang ke kantornya Mentan,” tukas Luhut.

(Baca juga:Food Estate Diutamakan di Lahan Mineral)

Sementara itu, Menteri Pertanian (Mentan) Syahrul Yasin Limpo mengatakan, produksi padi memang menjadi program prioritas Kementerian Pertanian (Kementan) selama dua tahun ini. Terbukti, meski Indonesia diterjang badai pandemi yang sangat dahsyat, sektor pertanian tetap tumbuh dengan baik.

“Dalam dua tahun ini, kami konsentrasikan kerja kami pada ketahanan pangan, khususnya padi. Dua tahun ini yang lain turun, hanya pertanian yang tumbuh. Ekspor kita naik terus, bahkan sampai Rp625,04 triliun atau naik 38,68%,” kata Mentan.

(Baca juga:Food Estate Kalteng Jadi Percontohan Pertanian Modern)

Dia menambahkan Nilai Tukar Petani (NTP) Indonesia selama dua tahun ini juga tumbuh bahkan tembus 108,83. “Ini hanya terjadi jaman orde baru. Itulah kerja kita semua pakai data,” kata Syahrul.

Dalam kesempatan tersebut Ribka Buru melaporkan pertanaman padi di Food Estate Sumba akan panen pada April 2022 mendatang. “Khusus wilayah binaan saya, varietas padi yang akan dipanen adalah Inpari 32 pada hamparan seluas 30 ha,” kata Ribka secara virtual melalui AWR.

Ribka mengakui terjadi peningkatan produktivitas padi setelah adanya program Food Estate Sumba. “Produktivitas untuk tahun kemarin kita peroleh 4,5 hingga 5 ton per ha. Sebelum food estate, hanya di kisaran 2,5 hingga 3 ton per ha,” katanya.

Fungsi AWR

Sebelum menyapa petani dan penyuluh, Kepala Badan Penyuluh dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Dedi Nursyamsi terlebih dahulu menjelaskan tujuan dan fungsi AWR Kementan.

“Secara harfiah, AWR adalah ruangan peperangan pertanian, tapi maksud peperangan di sini adalah untuk membangun pertanian nasional,” kata Dedi kepada Menko Marves Luhut.

Dedi mengatakan, AWR yang berpusat di Jakarta ini terhubung ke Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) selaku Komando Strategis Pembangunan Pertanian (KostraTani) yang saat ini tercatat 5.996 KostraTani pada setiap kecamatan di seluruh Indonesia.

Kemudian, Dedi Nursyamsi menguraikan tentang Lima Peran AWR. Pertama, sebagai pusat data dan informasi terkait luasan tanam komoditas pertanian dari level nasional hingga level yang paling rendah yaitu desa.

AWR ini, katanya lagi, juga sebagai pusat gerakan pembangunan pertanian. “Gerakan pembangunan pertanian ini ada di kecamatan. Mentan Syahrul sering menyebutnya sebagai KostraTani,” kata Dedi.

Peran ketiga, sebagai pusat pembelajaran, melalui AWR, Kementan melakukan pelatihan dan pendidikan penyuluhan secara virtual. “Akhir bulan lalu kami latih 1,6 juta petani dan penyuluh dari sini,” katanya.

Keempat, AWR berperan sebagai pusat konsultasi agribisnis pertanian terkait bagaimana menghubungkan petani dengan off taker, dengan integrator, dan dengan bank untuk mendapatkan Kredit Usaha Rakyat (KUR).

“Terakhir, peran AWR untuk membangun jejaring kerja sama dengan stakeholder yang lain, mulai dari penyedia sarana prasarana, pupuk, benih, alsintan hingga eksportir,” kata Dedi.
(dar)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0945 seconds (0.1#10.140)