Wall Street Hari Ini Dibuka Melemah, Tertekan Lonjakan Harga Migas
loading...
A
A
A
JAKARTA - Indeks acuan Wall Street hari ini dibuka melemah pada perdagangan Rabu (23/3/2022). Dow Jones Industrial Average (DJI) turun -58,62 poin atau -0,17% di 34.748,84, S&P 500 (SPX) dibuka lebih rendah sebesar -18,51 poin atau -0,41% di 4.493,10, serta Nasdaq Composite (IXIC) merosot -118,46 poin, atau 0,84% di 13.990,35.
Emiten yang paling aktif ditransaksikan antara lain Apple 0,80%, AMD -0,13%, Tesla 3,18%, Occidental 2,41%, dan NVIDIA -1,39%. Tiga top gainers utama ditempati oleh General Mills 4,55%, Tesla 3,18%, dan Valero Energy 2,00%, sedangkan top losers antara lain ResMed -8,66%, Adobe -7,74%, dan Signature Bank -4,81%.
Lonjakan harga minyak dan gas alam terus menjadi ancaman pasar modal Amerika Serikat di tengah prospek kelanjutan kenaikan suku bunga dan serangkaian kebijakan moneter yang ketat demi menahan gejolak inflasi. Tren bullish wall street yang sebelumnya terbentuk mulai dikhawatirkan bakal terkena dampak kenaikan suku bunga.
"Meskipun ada kritik atas kebijakan Fed, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa bank sentral AS tidak akan bisa mengatasi lonjakan inflasi," kata Mark Haefele, Chief Investment Officer, UBS Global Wealth Management, dilansir Reuters, Rabu (23/3/2022).
Mark mewaspadai potensi aksi jual investor atas emiten-emiten yang sudah overweight, dan membuka peluang bagi saham yang masih berpeluang untuk tumbuh. "Mengingat tingkat ketidakpastian yang masih tinggi, kami menilai ada posisi overweight dan underweight dari sejumlah saham tertentu di pasar modal," jelasnya.
Emiten yang paling aktif ditransaksikan antara lain Apple 0,80%, AMD -0,13%, Tesla 3,18%, Occidental 2,41%, dan NVIDIA -1,39%. Tiga top gainers utama ditempati oleh General Mills 4,55%, Tesla 3,18%, dan Valero Energy 2,00%, sedangkan top losers antara lain ResMed -8,66%, Adobe -7,74%, dan Signature Bank -4,81%.
Lonjakan harga minyak dan gas alam terus menjadi ancaman pasar modal Amerika Serikat di tengah prospek kelanjutan kenaikan suku bunga dan serangkaian kebijakan moneter yang ketat demi menahan gejolak inflasi. Tren bullish wall street yang sebelumnya terbentuk mulai dikhawatirkan bakal terkena dampak kenaikan suku bunga.
"Meskipun ada kritik atas kebijakan Fed, masih terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa bank sentral AS tidak akan bisa mengatasi lonjakan inflasi," kata Mark Haefele, Chief Investment Officer, UBS Global Wealth Management, dilansir Reuters, Rabu (23/3/2022).
Mark mewaspadai potensi aksi jual investor atas emiten-emiten yang sudah overweight, dan membuka peluang bagi saham yang masih berpeluang untuk tumbuh. "Mengingat tingkat ketidakpastian yang masih tinggi, kami menilai ada posisi overweight dan underweight dari sejumlah saham tertentu di pasar modal," jelasnya.
(nng)