Dorong Produk Farmasi TKDN Tinggi, Pemerintah Optimalkan Pembelian Produk Dalam Negeri

Rabu, 30 Maret 2022 - 08:55 WIB
loading...
Dorong Produk Farmasi TKDN Tinggi, Pemerintah Optimalkan Pembelian Produk Dalam Negeri
Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita (tiga dari kiri) memperlihatkan obat yang diproduksi di dalam negeri pada acara Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 di Nusa Dua Bali, Selasa (22/3/2022).
A A A
JAKARTA - Industri farmasi mengapresiasi upaya pemerintah yang mendukung gerakan Bangga Buatan Indonesia (BBI) melalui Business Matching untuk mengoptimalkan pembelian produk dalam negeri. Melalui upaya pemerintah ini, harapan industri farmasi untuk mendongkrak produksi obat dalam negeri dengan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) tinggi dapat terus ditingkatkan.

Dalam keterangan tertulisnya, Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita menargetkan nilai capaian penggunaan produk dalam negeri melalui pengadaan barang dan jasa sebesar 80%. “Kami harapkan komitmen yang sama dari pengguna wajib produk dalam negeri lainnya untuk menetapkan target capaian penggunaan produk dalam negeri,” kata Agus Gumiwang pada acara Business Matching Belanja Produk Dalam Negeri 2022 di Nusa Dua Bali, Selasa (22/3/2022).

Terkait dengan keikutsertaan industri farmasi dalam Business Matching, Menperin menambahkan bahwa acara Business Matching sebagai langkah inisiatif pemerintah ini akan menciptakan efek domino ekonomi untuk UMKM, para petani, dan pedagang bahan baku herbal.

(Baca juga:Saatnya Bangga Buatan Indonesia)

“Apabila setiap aktivitas ekonomi memberikan multiplier efek kepada UMKM, ini akan memiliki kontribusi yang sangat besar dalam perekonomian nasional,” kata Menperin.

Hal senada disampaikan Menteri Koordinator bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan. Menurutnya, anggaran pemerintah pusat terutama pada belanja barang dan belanja modal melalui APBN tahun 2022 sebesar Rp538,9 triliun.

Anggaran tersebut dapat digunakan sebesar-besarnya untuk belanja produk dalam negeri, yang belum termasuk belanja pemerintah daerah. “Harapan dari upaya ini adanya multiplier effect yang manfaatnya akan sangat terasa bagi kemajuan industri dan pertumbuhan ekonomi di dalam negeri juga bagi Industri Kecil dan Menengah,” ungkapnya.

(Baca juga:Kemendagri Dorong Gerakan Nasional Bangga Buatan Indonesia)

Sementara itu, Kepala Pusat Peningkatan Penggunaan Produksi Dalam Negeri (P3DN) Kementerian Perindustrian (Kemenperin) Nila Kumalasari menyampaikan harapannya agar kegiatan ini dapat meningkatkan pembelian dan penggunaan produk dalam negeri oleh instansi pemerintah.

“Melalui Business Matching ini, pelaku industri dalam negeri atau UMKM, IKM, dan Artisan akan mendapatkan jaminan pasar sehingga dapat mempersiapkan produksinya untuk bisa memenuhi kebutuhan pasar pemerintah,” ujarnya.

President Director PT Dexa Medica V. Hery Sutanto menyatakan apresiasinya atas upaya pemerintah dalam program Bangga Buatan Indonesia yang ditindaklanjuti dengan Business Matching. Menurutnya, kegiatan ini sangat membantu membangkitkan kemauan industri farmasi dalam memproduksi produk dalam negeri dengan TKDN yang tinggi.

(Baca juga:Program Bangga Buatan Indonesia Bisa Bangkitkan Ekonomi RI)

Kemudian, lanjut Hery, melalui business matching ini, potensi belanja pasar domestik untuk kebutuhan produk farmasi semakin terbuka lebar. “Komitmen yang dilakukan antara pemerintah, baik pusat maupun daerah untuk belanja produk farmasi dalam negeri berTKDN tinggi harapannya menjadi kebangkitan kemandirian farmasi nasional yang dampaknya tidak hanya untuk industri, tetapi kami juga bagi mitra binaan para petani yang membudidayakan bahan baku melalui produk Obat Modern Asli Indonesia (OMAI) yang diproduksi oleh Dexa Group,” ujar Hery.

Sementara itu, President Director PT Ferron Par Pharmaceuticals Krestijanto Pandji mengatakan, menurut catatan Kementerian Kesehatan (Kemenkes), dari konsumsi 10 molekul obat terbesar dalam negeri, baru empat obat yang mampu diproduksi dalam negeri yaitu Paracetamol, Clopidogrel, Omeprazole, dan Atorvastatin. Sementara itu Cefixime, Amlodipine, Candesartan Cilexetil, Bisoprolol, Lansoprazole, Ceftriaxone belum dapat diproduksi dalam negeri.

“Kami dari PT Ferron Par Pharmaceuticals, telah memproduksi salah satu molekul obat yang dikemukakan Kemenkes, yakni Omeprazolem” kata Krestijanto.

(Baca juga:Momentum Tepat Bangkitkan Industri Farmasi Lokal)

Dengan adanya produksi Omeprazole di dalam negeri, pihaknya mendukung peningkatan TKDN industri farmasi lainnya yang memproduksi obat jadi berbahan baku Omeprazole. “Ini salah satu upaya kami dari industri untuk mempercepat kemandirian farmasi nasional yang tidak henti mendapatkan dukungan dari pemerintah,” kata Krestijanto.

OMAI yang diproduksi oleh Dexa Group merupakan produk ber-TKDN tinggi karena mulai dari bahan baku, produsen bahan baku, peneliti dan proses penelitian, pengembangan, hingga distribusinya berasal dari Indonesia.

Saat ini, Dexa Group telah memproduksi 63% produk OMAI fitofarmaka dari 57 item fitofarmaka yang terdaftar dalam Nomor Izin Edar (NIE) Badan POM. Sementara Obat Herbal Terstandar (OHT) yang diproduksi Dexa Group mencapai 26% dari 125 NIE Badan POM.

Director of Research and Business Development PT Dexa Medica Raymond Tjandrawinata menyampaikan hilirisasi OMAI sebagai produk ber-TKDN tinggi bahkan ada yang mencapai 90%, sangat berpotensi menjadi substitusi impor bahan baku obat untuk kategori obat tertentu.

Saat ini OMAI Dexa Group telah diekspor ke mancanegara seperti Filipina, Kamboja, Nigeria, dan Myanmar. Apabila pemerintah terus mendorong hilirisasi produk OMAI, maka industri dan peneliti akan berlomba-lomba untuk meneliti, mengembangkan, dan memproduksi bahan baku alam Indonesia menjadi bahan baku obat, sehingga industri OMAI akan semakin maju dan terwujud kemandirian farmasi nasional.

“Jika biodiversitas alam Indonesia yang kaya ini bisa dimanfaatkan untuk bahan baku obat, maka kekhawatiran kita akan rantai pasok bahan baku, tingginya impor bahan baku obat, tidak akan terjadi lagi,” jelas Raymond.
(dar)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1578 seconds (0.1#10.140)