Bos BJB Syariah Buka-bukaan Strategi Bank Digital
loading...
A
A
A
BANDUNG - Transformasi digital merupakan strategi yang umum dilakukan perbankan di Indonesia dalam satu atau dua tahun terakhir. Bank kecil hingga bank besar berlomba-lomba mendigitalisasi layanan dan proses ataupun mengubah diri menjadi bank digital.
Namun, kompetisi di antara layanan digital tidak membuat PT Bank BJB Syariah gentar. Bahkan secara terang-terangan BJB Syariah telah menyiapkan strategi ampuh dalam menghadirkan bank digital.
Anak usaha bank bjb ini telah menyiapkan roadmap dalam transformasi bank digital. Tidak mau ikut-ikutan dengan bank digital lainnya, BJB Syariah mengincar sektor yang belum tersentuh layanan digitalisasi, yakni haji dan umrah.
“Ini sangat besar manfaatnya bagi umat islam. Ketika layanan haji di digitalkan, masyarakat semakin mudah mendaftar dan memantau terus nomor antrian keberangkatan haji. Mereka juga bisa menjadikan BJBS Digital untuk menabung keperluan hajinya secara rutin,” ujar Direktur Utama BJB Syariah Indra Falatehan saat berdiskusi dengan media di Bandung, Kamis (31/3/2022).
Indra menjabarkan sektor ini sengaja dipilih karena belum ada bank syariah yang menghadirkan layanan digital haji dan umrah yang berkualitas. Sama seperti konvensional, layanan digital di bank syariah masih mengincar masyarakat menengah ke atas di perkotaan.
Padahal ada sekitar 1 juta jamaah umrah dan lebih dari 200 ribu jamaah haji dari Indonesia per tahun. Dari sisi umrah, Indonesia adalah negara nomor 2 setelah Pakistan yang paling banyak memberangkatkan jamaah umrah. Adapun Jawa Barat adalah provinsi penyumbang jamaah umrah terbesar.
Sistem bank digital BJB Syariah ini nantinya akan terhubung dengan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) milik Kementerian Agama. Jadi setelah mendaftar Siskohat online, nasabah tinggal membayar di aplikasi BJB Syariah.
Setelah itu akan muncul antrean haji dengan informasi lainnya, seperti masa tunggu dan kapan perkiraan waktu berangkat. Melalui aplikasi yang sama, nasabah juga bisa melakukan setoran tabungan haji hingga lunas. Sistem yang sama juga akan diterapkan untuk umrah.
Indra menjabarkan digitalisasi haji dan umrah ini akan dimulai dengan meluncurkan pembukaan rekening tabungan secara online atau digital onboarding. Layanan ini masih dalam proses perizinan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ditargetkan meluncur dalam waktu dekat.
“Kalau sudah dapat izin digital onboarding tentu kolaborasi dengan ekosistem yang berkaitan dengan muslim tentu bisa lebih mudah,” ujarnya.
Persiapan IPO
Untuk mendukung strategi besar ini, BJB Syariah membutuhkan modal yang tidak sedikit. Untuk itu, perseroan sedang menyiapkan penawaran umum perdana saham (IPO/Initial Public Offering) pada Semester II-2022.
"IPO masih dalam persiapan namun kami menargetkan bisa terlaksana secepatnya pada tahun ini. Kami akan mempertimbangkan banyak hal, termasuk kondisi pasar," tegas Indra.
Indra optimistis IPO akan disambut positif oleh investor. Bahkan ada investor besar yang akan menyuntikan modal ke BJB Syariah. "Kami harus mampu menaikkan jumlah permodalan agar lebih kompetitif dan lebih ekspansi, tegasnya.
Keyakinan Indra didasari atas kinerja 2021 yang cemerlang. BJB Syariah berhasil mencetak laba bersih sebelum pajak sebesar Rp86,7 miliar pada kinerja keuangan 2021. Ini merupaja rekor laba bersih terbesar yang pernah diraih BJB Syariah sejak berdiri pada 2010 lalu.
Sayangnya, bank yang berhasil menembus total aset Rp10,36 triliun pada tahun lalu ini terkena one shock effect pada bottom line, yakni pajak tangguhan senilai Rp64,85 miliar. Akibatnya, laba bersih setelah pajak tergerus hingga tersisa Rp21,9 miliar. Meski tergerus pajak tangguhan, laba bersih tersebut masih meningkat cukup fantastis, naik 494% dibandingkan dengan 2020.
"Setelah pajak tangguhan kita pulihkan, kami akan kembali ke masuk jalur cepat dalam menghasilkan profit. Kami cukup optimistis, apalagi kondisi ekonomi semakin pulih. Kemampuan kami menghasilkan laba di 2021 menunjukkan fundamental bisnis kami sangat baik," ujar Indra.
Indra tidak sesumbar karena dari sisi topline, BJB Syariah meraup pendapatan setelah distribusi bagi hasil 2021 sebesar Rp463,16 miliar, meningkat 29,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Melesatnya topline dipengaruhi oleh penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp6,43 triliun, tumbuh 11,33% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp5,77 triliun.
Tidak hanya itu, BJB Syariah berhasil menekan biaya dana yang tercatat Rp257,5 miliar pada 2021, turun 17,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan biaya dana ini terjadi ketika DPK melesat 18,6% menjadi Rp7,88 triliun pada 2021 dibandingkan dengan 2020 yang tercatat Rp6,64 triliun.
Alhasil dengan pembiayaan yang meningkat dan penurunan biaya maka Net Imbalan BJB Syariah meningkat dari 5,14% pada 2020 menjadi 5,61% pada 2021. Kinerja yang kinclong masih ditambah kemampuan BJB Syariah menurunkan rasio pembiayaan bermasalah (net performing financing/NPF) bruto dari 5,28% menjadi 3,42%.
Lihat Juga: Lantik Pengurus AMSI Jatim, Wamen Komdigi: Transformasi Digital Ubah Cara Masyarakat Mengakses Informasi
Namun, kompetisi di antara layanan digital tidak membuat PT Bank BJB Syariah gentar. Bahkan secara terang-terangan BJB Syariah telah menyiapkan strategi ampuh dalam menghadirkan bank digital.
Anak usaha bank bjb ini telah menyiapkan roadmap dalam transformasi bank digital. Tidak mau ikut-ikutan dengan bank digital lainnya, BJB Syariah mengincar sektor yang belum tersentuh layanan digitalisasi, yakni haji dan umrah.
“Ini sangat besar manfaatnya bagi umat islam. Ketika layanan haji di digitalkan, masyarakat semakin mudah mendaftar dan memantau terus nomor antrian keberangkatan haji. Mereka juga bisa menjadikan BJBS Digital untuk menabung keperluan hajinya secara rutin,” ujar Direktur Utama BJB Syariah Indra Falatehan saat berdiskusi dengan media di Bandung, Kamis (31/3/2022).
Indra menjabarkan sektor ini sengaja dipilih karena belum ada bank syariah yang menghadirkan layanan digital haji dan umrah yang berkualitas. Sama seperti konvensional, layanan digital di bank syariah masih mengincar masyarakat menengah ke atas di perkotaan.
Padahal ada sekitar 1 juta jamaah umrah dan lebih dari 200 ribu jamaah haji dari Indonesia per tahun. Dari sisi umrah, Indonesia adalah negara nomor 2 setelah Pakistan yang paling banyak memberangkatkan jamaah umrah. Adapun Jawa Barat adalah provinsi penyumbang jamaah umrah terbesar.
Sistem bank digital BJB Syariah ini nantinya akan terhubung dengan Sistem Informasi dan Komputerisasi Haji Terpadu (Siskohat) milik Kementerian Agama. Jadi setelah mendaftar Siskohat online, nasabah tinggal membayar di aplikasi BJB Syariah.
Setelah itu akan muncul antrean haji dengan informasi lainnya, seperti masa tunggu dan kapan perkiraan waktu berangkat. Melalui aplikasi yang sama, nasabah juga bisa melakukan setoran tabungan haji hingga lunas. Sistem yang sama juga akan diterapkan untuk umrah.
Indra menjabarkan digitalisasi haji dan umrah ini akan dimulai dengan meluncurkan pembukaan rekening tabungan secara online atau digital onboarding. Layanan ini masih dalam proses perizinan di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan ditargetkan meluncur dalam waktu dekat.
“Kalau sudah dapat izin digital onboarding tentu kolaborasi dengan ekosistem yang berkaitan dengan muslim tentu bisa lebih mudah,” ujarnya.
Persiapan IPO
Untuk mendukung strategi besar ini, BJB Syariah membutuhkan modal yang tidak sedikit. Untuk itu, perseroan sedang menyiapkan penawaran umum perdana saham (IPO/Initial Public Offering) pada Semester II-2022.
"IPO masih dalam persiapan namun kami menargetkan bisa terlaksana secepatnya pada tahun ini. Kami akan mempertimbangkan banyak hal, termasuk kondisi pasar," tegas Indra.
Indra optimistis IPO akan disambut positif oleh investor. Bahkan ada investor besar yang akan menyuntikan modal ke BJB Syariah. "Kami harus mampu menaikkan jumlah permodalan agar lebih kompetitif dan lebih ekspansi, tegasnya.
Keyakinan Indra didasari atas kinerja 2021 yang cemerlang. BJB Syariah berhasil mencetak laba bersih sebelum pajak sebesar Rp86,7 miliar pada kinerja keuangan 2021. Ini merupaja rekor laba bersih terbesar yang pernah diraih BJB Syariah sejak berdiri pada 2010 lalu.
Sayangnya, bank yang berhasil menembus total aset Rp10,36 triliun pada tahun lalu ini terkena one shock effect pada bottom line, yakni pajak tangguhan senilai Rp64,85 miliar. Akibatnya, laba bersih setelah pajak tergerus hingga tersisa Rp21,9 miliar. Meski tergerus pajak tangguhan, laba bersih tersebut masih meningkat cukup fantastis, naik 494% dibandingkan dengan 2020.
"Setelah pajak tangguhan kita pulihkan, kami akan kembali ke masuk jalur cepat dalam menghasilkan profit. Kami cukup optimistis, apalagi kondisi ekonomi semakin pulih. Kemampuan kami menghasilkan laba di 2021 menunjukkan fundamental bisnis kami sangat baik," ujar Indra.
Indra tidak sesumbar karena dari sisi topline, BJB Syariah meraup pendapatan setelah distribusi bagi hasil 2021 sebesar Rp463,16 miliar, meningkat 29,6% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Melesatnya topline dipengaruhi oleh penyaluran pembiayaan yang mencapai Rp6,43 triliun, tumbuh 11,33% dari periode yang sama tahun lalu senilai Rp5,77 triliun.
Tidak hanya itu, BJB Syariah berhasil menekan biaya dana yang tercatat Rp257,5 miliar pada 2021, turun 17,5% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya. Penurunan biaya dana ini terjadi ketika DPK melesat 18,6% menjadi Rp7,88 triliun pada 2021 dibandingkan dengan 2020 yang tercatat Rp6,64 triliun.
Alhasil dengan pembiayaan yang meningkat dan penurunan biaya maka Net Imbalan BJB Syariah meningkat dari 5,14% pada 2020 menjadi 5,61% pada 2021. Kinerja yang kinclong masih ditambah kemampuan BJB Syariah menurunkan rasio pembiayaan bermasalah (net performing financing/NPF) bruto dari 5,28% menjadi 3,42%.
Lihat Juga: Lantik Pengurus AMSI Jatim, Wamen Komdigi: Transformasi Digital Ubah Cara Masyarakat Mengakses Informasi
(nng)