Deretan Negara yang Berutang ke China, Nomor 3 Terpaksa Lepas Tanah 1.000 Km2
loading...
A
A
A
JAKARTA - Beberapa negara tercatat memiliki utang yang cukup besar ke China. Bahkan, ada negara yang nilai pinjamannya nyaris mencapai 25% produk domestik bruto (PDB).
Negara yang berutang ke China tersebar, mulai dari negara-negara yang terletak di Afrika, Asia dan Pasifik. Tak sedikit pula yang merasa terperangkap utang China tersebut. Berikut beberapa negara yang berutang ke China:
1. Maladewa
Maladwa adalah negara kepulauan di Samudera Hindia yang menjadi salah satu negara yang berutang ke China. Ketua Majelis Rakyat (Parlemen Maladewa) dan mantan Presiden Mohamed Nasheed mengatakan pada Desember 2019 bahwa Maldives berutang kepada China sebesar USD3,5 miliar (sekitar Rp50,05 triliun dengan kurs Rp14.300/USD) dalam bentuk pinjaman, termasuk USD1,5 miliar dalam bentuk pinjaman antar pemerintah, pinjaman swasta, dan jaminan negara.
Nasheed mengatakan bahwa perangkap utang China menjadi masalah ekonomi dan hak asasi manusia, serta masalah kedaulatan dan kebebasan bagi negara kepulauan itu. Menurutnya, biaya proyek yang meningkat, nilai utang di atas kertas jauh lebih besar daripada USD1,1 miliar yang telah diterima negara itu.
2. Pakistan
Negara yang juga berutang ke China berikutnya adalah Pakistan. Diketahui, Pakistan telah menerima USD42,7 miliar (sekitar Rp610,6 triliun) dalam bentuk bantuan sejak 1980, di mana USD33,4 miliar adalah pinjaman dan USD9,3 miliar adalah hibah.
Menurut data bank negara tersebut, utang Pakistan ke China adalah USD7,2 miliar pada tahun 2017; lalu meningkat menjadi USD19 miliar pada April 2018 dan USD30 miliar pada 2020. Pembengkakan utang itu terutama akibat pinjaman untuk mendanai proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC).
The New York Times melaporkan dimensi militer investasi yang muncul pada Desember 2018, menyebutnya sebagai jebakan utang yang buram dan tidak diatur dengan baik. Para ahli memperkirakan bahwa Pakistan akan membutuhkan hampir 40 tahun untuk membayar kembali utangnya ke China.
Sejumlah pakar juga mengatakan bahwa CPEC menempatkan kepentingan Pakistan di bawah kepentingan China, dan ketergantungan ekonomi Pakistan semakin meningkat pada China dapat menjadi ancaman bagi kedaulatan negara tersebut.
China dan Pakistan juga menandatangani perjanjian pada 2017 untuk membangun lima proyek pembangkit listrik tenaga air, dengan China menginvestasikan sebesar USD50 miliar.
Negara yang berutang ke China tersebar, mulai dari negara-negara yang terletak di Afrika, Asia dan Pasifik. Tak sedikit pula yang merasa terperangkap utang China tersebut. Berikut beberapa negara yang berutang ke China:
1. Maladewa
Maladwa adalah negara kepulauan di Samudera Hindia yang menjadi salah satu negara yang berutang ke China. Ketua Majelis Rakyat (Parlemen Maladewa) dan mantan Presiden Mohamed Nasheed mengatakan pada Desember 2019 bahwa Maldives berutang kepada China sebesar USD3,5 miliar (sekitar Rp50,05 triliun dengan kurs Rp14.300/USD) dalam bentuk pinjaman, termasuk USD1,5 miliar dalam bentuk pinjaman antar pemerintah, pinjaman swasta, dan jaminan negara.
Nasheed mengatakan bahwa perangkap utang China menjadi masalah ekonomi dan hak asasi manusia, serta masalah kedaulatan dan kebebasan bagi negara kepulauan itu. Menurutnya, biaya proyek yang meningkat, nilai utang di atas kertas jauh lebih besar daripada USD1,1 miliar yang telah diterima negara itu.
2. Pakistan
Negara yang juga berutang ke China berikutnya adalah Pakistan. Diketahui, Pakistan telah menerima USD42,7 miliar (sekitar Rp610,6 triliun) dalam bentuk bantuan sejak 1980, di mana USD33,4 miliar adalah pinjaman dan USD9,3 miliar adalah hibah.
Menurut data bank negara tersebut, utang Pakistan ke China adalah USD7,2 miliar pada tahun 2017; lalu meningkat menjadi USD19 miliar pada April 2018 dan USD30 miliar pada 2020. Pembengkakan utang itu terutama akibat pinjaman untuk mendanai proyek Koridor Ekonomi China-Pakistan (CPEC).
The New York Times melaporkan dimensi militer investasi yang muncul pada Desember 2018, menyebutnya sebagai jebakan utang yang buram dan tidak diatur dengan baik. Para ahli memperkirakan bahwa Pakistan akan membutuhkan hampir 40 tahun untuk membayar kembali utangnya ke China.
Sejumlah pakar juga mengatakan bahwa CPEC menempatkan kepentingan Pakistan di bawah kepentingan China, dan ketergantungan ekonomi Pakistan semakin meningkat pada China dapat menjadi ancaman bagi kedaulatan negara tersebut.
China dan Pakistan juga menandatangani perjanjian pada 2017 untuk membangun lima proyek pembangkit listrik tenaga air, dengan China menginvestasikan sebesar USD50 miliar.