Pelopor Green Banking, BNI Agresif Salurkan Pembiayaan Hijau
loading...
A
A
A
JAKARTA - PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI (kode saham: BBNI) serius memperkuat bisnisnya ke arah compliance terhadap upaya-upaya bersama serta mengglobal dalam melindungi lingkungan hidup.
Pertimbangan compliance terhadap ketentuan regulator, terhadap upaya perlindungan lingkungan hidup, hingga pada ketentuan internal tanpa meninggalkan pertimbangan bisnis itu membuat BNI bertahan sekaligus terus melakukan ekspansi berkualitas hingga saat ini.
"Sebagai pelopor dari green banking, kami terus mencari peluang ekspansi segmen hijau sambil proaktif mengajak nasabah dan investor untuk lebih tertarik pada pengembangan segmen ekonomi berkelanjutan ini," ujar Corporate Secretary BNI Mucharom, menjawab keraguan sebagian pihak atas komitmen BNI dalam menegakan nilai kehati-hatian.
Sejak Januari hingga Maret 2022 BNI cukup agresif mengucurkan pembiayaan hijau ke berbagai segmen. Hal tersebut terlihat dari portofolio hijau BNI (bank only) per Maret 2022 yang mencapai Rp170,5 triliun, tumbuh 21,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Mucharom memaparkan nilai portofolio hijau tersebut setara dengan 28,9 persen dari total portofolio kredit perseroan. Dari jumlah tersebut mayoritas adalah kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Portofolio hijau kami cukup ekspansif, awal tahun ini pertumbuhannya 21,8%. Penopangnya yaitu terbanyak dari kredit di UMKM dan ini dikarenakan program pendampingan yang dilakukan BNI memberikan dampak positif ke ekosistem masyarakat,” katanya.
Dia merinci, pembiayaan untuk UMKM dan pemberdayaan sosial ekonomi memiliki porsi terbesar yakni mencapai Rp115,2 triliun. Kemudian, pengelolaan sumber daya alam hayati dan tata guna lahan yang berkelanjutan sebesar Rp14,9 triliun, pembiayaan ke sektor energi baru terbarukan (EBT) senilai Rp10,3 triliun. Berikutnya, pembiayaan untuk pencegahan polusi senilai Rp6,8 triliun, dan pembiayaan hijau lainnya Rp23,3 triliun.
“BNI juga aktif menjalin kerja sama dengan debitur energi baru terbarukan (EBT) dan pencegahan polusi. Eksposur pembiayaan EBT ini Rp 10,3 triliun dan Rp 6,3 triliun untuk pencegahan polusi. Pembiayaan untuk pengolahan air bersih dan pengelolaan limbah mencapai Rp 23,3 triliun,” tuturnya.
Mucharom berpendapat energi fosil memang masih dibutuhkan masyarakat Indonesia. Namun, BNI sebagai bagian dari perkembangan EBT akan meningkatkan portofolio pembiayaan hijaunya. Karena BNI merupakan pioneer geen banking, sehingga perbaikan infrastruktur energi dan lingkungan masih perlu ditingkatkan.
Di sisi lain, BNI juga masih memiliki portofolio kredit kepada kelapa sawit dan juga batu bara. Perseroan memiliki persyaratan khusus kepada debitur untuk dapat diberikan kredit. Total penyaluran kredit kepada perusahaan minyak kelapa sawit hanya 10 persen dari total kredit BNI secara bank only. Sedangkan untuk penyaluran kredit kepada sektor batu bara hanya 2 persen terhadap total kredit BNI.
Selain agresif menyalurkan pembiayaan hijau, BNI menerapkan prinsip tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (environmental social governance/ESG) dalam operasional perusahaan yang diwujudkan dalam budaya perusahaan hijau. Di mana BNI memperoleh Green Building Certification dari The Green Building Council Indonesia (GBCI) dengan Gold Certification untuk Menara BNI and Platinum Certification untuk Plaza BNI.
“Kinerja pembiayaan hijau yang positif serta didukung kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, serta praktik tata kelola perusahaan yang unggul, mendorong peningkatan rating ESG BNI dari MSCI menjadi A sejak November 2021,” ucapnya.
Lebih lanjut Mucharom menjelaskan, rating A yang diraih BNI saat ini menjadi yang tertinggi di antara perbankan Indonesia, sekaligus menegaskan posisi BNI sebagai pioner dalam implementasi keuangan berkelanjutan. BNI juga menerapkan sistem administrasi kantor bebas kertas atau e-office. CM
Pertimbangan compliance terhadap ketentuan regulator, terhadap upaya perlindungan lingkungan hidup, hingga pada ketentuan internal tanpa meninggalkan pertimbangan bisnis itu membuat BNI bertahan sekaligus terus melakukan ekspansi berkualitas hingga saat ini.
"Sebagai pelopor dari green banking, kami terus mencari peluang ekspansi segmen hijau sambil proaktif mengajak nasabah dan investor untuk lebih tertarik pada pengembangan segmen ekonomi berkelanjutan ini," ujar Corporate Secretary BNI Mucharom, menjawab keraguan sebagian pihak atas komitmen BNI dalam menegakan nilai kehati-hatian.
Sejak Januari hingga Maret 2022 BNI cukup agresif mengucurkan pembiayaan hijau ke berbagai segmen. Hal tersebut terlihat dari portofolio hijau BNI (bank only) per Maret 2022 yang mencapai Rp170,5 triliun, tumbuh 21,8 persen secara tahunan (year on year/yoy).
Mucharom memaparkan nilai portofolio hijau tersebut setara dengan 28,9 persen dari total portofolio kredit perseroan. Dari jumlah tersebut mayoritas adalah kredit usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
“Portofolio hijau kami cukup ekspansif, awal tahun ini pertumbuhannya 21,8%. Penopangnya yaitu terbanyak dari kredit di UMKM dan ini dikarenakan program pendampingan yang dilakukan BNI memberikan dampak positif ke ekosistem masyarakat,” katanya.
Dia merinci, pembiayaan untuk UMKM dan pemberdayaan sosial ekonomi memiliki porsi terbesar yakni mencapai Rp115,2 triliun. Kemudian, pengelolaan sumber daya alam hayati dan tata guna lahan yang berkelanjutan sebesar Rp14,9 triliun, pembiayaan ke sektor energi baru terbarukan (EBT) senilai Rp10,3 triliun. Berikutnya, pembiayaan untuk pencegahan polusi senilai Rp6,8 triliun, dan pembiayaan hijau lainnya Rp23,3 triliun.
“BNI juga aktif menjalin kerja sama dengan debitur energi baru terbarukan (EBT) dan pencegahan polusi. Eksposur pembiayaan EBT ini Rp 10,3 triliun dan Rp 6,3 triliun untuk pencegahan polusi. Pembiayaan untuk pengolahan air bersih dan pengelolaan limbah mencapai Rp 23,3 triliun,” tuturnya.
Mucharom berpendapat energi fosil memang masih dibutuhkan masyarakat Indonesia. Namun, BNI sebagai bagian dari perkembangan EBT akan meningkatkan portofolio pembiayaan hijaunya. Karena BNI merupakan pioneer geen banking, sehingga perbaikan infrastruktur energi dan lingkungan masih perlu ditingkatkan.
Di sisi lain, BNI juga masih memiliki portofolio kredit kepada kelapa sawit dan juga batu bara. Perseroan memiliki persyaratan khusus kepada debitur untuk dapat diberikan kredit. Total penyaluran kredit kepada perusahaan minyak kelapa sawit hanya 10 persen dari total kredit BNI secara bank only. Sedangkan untuk penyaluran kredit kepada sektor batu bara hanya 2 persen terhadap total kredit BNI.
Selain agresif menyalurkan pembiayaan hijau, BNI menerapkan prinsip tata kelola lingkungan, sosial, dan perusahaan (environmental social governance/ESG) dalam operasional perusahaan yang diwujudkan dalam budaya perusahaan hijau. Di mana BNI memperoleh Green Building Certification dari The Green Building Council Indonesia (GBCI) dengan Gold Certification untuk Menara BNI and Platinum Certification untuk Plaza BNI.
“Kinerja pembiayaan hijau yang positif serta didukung kepedulian sosial dan lingkungan yang tinggi, serta praktik tata kelola perusahaan yang unggul, mendorong peningkatan rating ESG BNI dari MSCI menjadi A sejak November 2021,” ucapnya.
Lebih lanjut Mucharom menjelaskan, rating A yang diraih BNI saat ini menjadi yang tertinggi di antara perbankan Indonesia, sekaligus menegaskan posisi BNI sebagai pioner dalam implementasi keuangan berkelanjutan. BNI juga menerapkan sistem administrasi kantor bebas kertas atau e-office. CM
(ars)