Upaya Mengukur Kekuatan Ikatan Brand dengan Konsumen
loading...
A
A
A
JAKARTA - Data Asosiasi Penyedia Jasa Internet Indonesia (APJII) 2020 menyebutkan bahwa jumlah pengguna internet di Indonesia pada kuartal II 2020 mencapai 196.71 juta orang atau naik sebesar 14,92% dibandingkan 2018 yang mencapai 171.17 juta.
Dengan kenaikan jumlah pengguna ini, penetrasi internet di Indonesia pada kuartal II 2020 menjadi 73,7% (dari total jumlah penduduk 266.91 juta) atau naik hampir 10% dibandingkan penetrasi pada 2018 yang masih di sekitar 64,8%. Ditambah lagi, mereka pada umumnya adalah early adopter yang dapat menjadi influencer bagi konsumen lainnya.
Di sisi lain, pandemik 2020-2021 telah menjadi momentum bagi brand untuk memperkuat kanal digital mereka dan mendorong eksistensinya di dunia maya dengan tujuan akhir mencapai bottom line atau kinerja brand dan pemasaran.
Dengan meningkatnya pengguna internet, customer atau consumer engagement (salah satu ukuran kinerja brand) selalu menjadi perhatian para pengelola dan pemilik brand karena berkorelasi dengan kinerja pemasaran. Untuk mengukur itu, MIX MarComm (lembaga riset marketing) dan Ivosights (agensi pemilik Ripple10 Digital Listening Tools) meranking kekuatan ikatan merek-merek di 16 kategori produk atau industri agar dapat menjadi acuan level kinerja masing-masing brand di industrinya.
Pengukuran brand engagement ini dilakukan dengan warganet di kanal digital masing-masing brand karena saat ini populasi warganet semakin besar, mencapai lebih dari 73% populasi penduduk Indonesia.
Menurut Lis Hendriani, Pemimpin MIX MarComm, salah satu indikator brand engagement di dunia maya adalah ketika kalangan warganet sering menyebut brand di laman media sosial mereka maupun di laman media sosial brand (melakukan conversation), ketika mereka beramai-ramai merespons positif setiap unggahan brand di akun media sosial brand (memberikan applause), atau ketika mereka dengan sukarela membagikan percakapan positif tentang brand kepada para follower-nya (melakukan amplification).
“Pada tahun ini, MIX MarComm mencoba memperluas pengukuran brand engagement ke industri lain, terutama ke industri yang kinerjanya selalu diukur oleh SWA Group, melalui survei tahunan Indonesia Best Brand Award (IBBA),” papar Lis, Jumat (20/5/2022).
Pada “Indonesia Most Engaging Brand 2022”, ada sekitar 150 brand dari 16 industri yang diukur tingkat engagement-nya dengan warganet. Pemilihan brand di masing-masing industri ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa mereka terindikasi sebagai Top-10 Indonesia Best Brand 2021 dan atau mereka adalah peraih Top-10 Brand Engagement pada tahun sebelumnya.
Untuk menunjukkan level Brand Engagement sebuah merek di antara merek-merek kompetitornya, dibuat peringkat dengan melakukan peng-indeks-an Brand Engagement di masing-masing kategori. “Diharapkan Brand Engagement Index ini dapat menjadi barometer tingkat bonding merek-merek di Indonesia dengan khalayak sasaran masing-masing,” harap Lis.
Pemeringkatan Brand Engagement dilakukan melalui tiga proses. Pertama, melalui pengukuran Ripple10 Digital Listening Tools yang dilakukan selama Januari-Februari 2022. Kedua, melalui monitoring akun official media sosial Instagram, Facebook, Twitter, dan YouTube masing-masing brand.
Ketiga, melalui pemantauan Website selama satu bulan (Februari 2022). Pemantauan yang dilakukan pada rentang waktu Januari-Februari 2022 ini diharapkan dapat merepresentasikan pengelolaan interaksi brand dengan warganet dalam periode yang lebih panjang.
“Secara keseluruhan, Engagement Index dihitung berdasarkan agregate penilaian Ripple10 (bobot 25%), kinerja Facebook, YouTube, Twitter, dan Instagram (masing-masing bobotnya 15%), dan kinerja Website (bobot 15%),” urai Lis.
Dengan kenaikan jumlah pengguna ini, penetrasi internet di Indonesia pada kuartal II 2020 menjadi 73,7% (dari total jumlah penduduk 266.91 juta) atau naik hampir 10% dibandingkan penetrasi pada 2018 yang masih di sekitar 64,8%. Ditambah lagi, mereka pada umumnya adalah early adopter yang dapat menjadi influencer bagi konsumen lainnya.
Di sisi lain, pandemik 2020-2021 telah menjadi momentum bagi brand untuk memperkuat kanal digital mereka dan mendorong eksistensinya di dunia maya dengan tujuan akhir mencapai bottom line atau kinerja brand dan pemasaran.
Dengan meningkatnya pengguna internet, customer atau consumer engagement (salah satu ukuran kinerja brand) selalu menjadi perhatian para pengelola dan pemilik brand karena berkorelasi dengan kinerja pemasaran. Untuk mengukur itu, MIX MarComm (lembaga riset marketing) dan Ivosights (agensi pemilik Ripple10 Digital Listening Tools) meranking kekuatan ikatan merek-merek di 16 kategori produk atau industri agar dapat menjadi acuan level kinerja masing-masing brand di industrinya.
Pengukuran brand engagement ini dilakukan dengan warganet di kanal digital masing-masing brand karena saat ini populasi warganet semakin besar, mencapai lebih dari 73% populasi penduduk Indonesia.
Menurut Lis Hendriani, Pemimpin MIX MarComm, salah satu indikator brand engagement di dunia maya adalah ketika kalangan warganet sering menyebut brand di laman media sosial mereka maupun di laman media sosial brand (melakukan conversation), ketika mereka beramai-ramai merespons positif setiap unggahan brand di akun media sosial brand (memberikan applause), atau ketika mereka dengan sukarela membagikan percakapan positif tentang brand kepada para follower-nya (melakukan amplification).
“Pada tahun ini, MIX MarComm mencoba memperluas pengukuran brand engagement ke industri lain, terutama ke industri yang kinerjanya selalu diukur oleh SWA Group, melalui survei tahunan Indonesia Best Brand Award (IBBA),” papar Lis, Jumat (20/5/2022).
Pada “Indonesia Most Engaging Brand 2022”, ada sekitar 150 brand dari 16 industri yang diukur tingkat engagement-nya dengan warganet. Pemilihan brand di masing-masing industri ini dilakukan dengan pertimbangan bahwa mereka terindikasi sebagai Top-10 Indonesia Best Brand 2021 dan atau mereka adalah peraih Top-10 Brand Engagement pada tahun sebelumnya.
Untuk menunjukkan level Brand Engagement sebuah merek di antara merek-merek kompetitornya, dibuat peringkat dengan melakukan peng-indeks-an Brand Engagement di masing-masing kategori. “Diharapkan Brand Engagement Index ini dapat menjadi barometer tingkat bonding merek-merek di Indonesia dengan khalayak sasaran masing-masing,” harap Lis.
Pemeringkatan Brand Engagement dilakukan melalui tiga proses. Pertama, melalui pengukuran Ripple10 Digital Listening Tools yang dilakukan selama Januari-Februari 2022. Kedua, melalui monitoring akun official media sosial Instagram, Facebook, Twitter, dan YouTube masing-masing brand.
Ketiga, melalui pemantauan Website selama satu bulan (Februari 2022). Pemantauan yang dilakukan pada rentang waktu Januari-Februari 2022 ini diharapkan dapat merepresentasikan pengelolaan interaksi brand dengan warganet dalam periode yang lebih panjang.
“Secara keseluruhan, Engagement Index dihitung berdasarkan agregate penilaian Ripple10 (bobot 25%), kinerja Facebook, YouTube, Twitter, dan Instagram (masing-masing bobotnya 15%), dan kinerja Website (bobot 15%),” urai Lis.
(uka)