Pendapatan Bruto GoTo Melonjak 53%, Bagaimana dengan Kerugiannya?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Langkah Gojek dan Tokopedia melakukan kombinasi bisnis dengan membentuk PT GoTo Gojek Tokopedia Tbk ( GOTO ) berdampak dalam penguatan fundamental bisnis dan kinerja perseroan . Melalui integrasi optimal dari tiga pilar bisnis on demand, e-commerce, dan fintech.
Berdasarkan data GoTo, pada kuartal I-2022 pendapatan bruto perseroan naik 53% secara year on year (yoy) menjadi Rp5,2 triliun. Sementara pada periode yang sama, pendapatan bersih mencapai Rp1,5 triliun, naik 7,14% dari sebelumnya Rp1,4 triliun.
Melonjaknya pendapatan sejalan dengan keberhasilan perseroan meningkatkan take rate dari 3,5% menjadi 3,7%, yang didorong oleh monetisasi pada segmen e-commerce dan on-demand yang lebih baik. Sebagai catatan, take rate adalah biaya yang dikenakan atas transaksi yang dilakukan di platform dan hal ini menjadi salah satu sumber pemasukan bagi perusahaan berbasis teknologi.
Andre Soelistyo, CEO Grup GoTo, mengatakan sepanjang 2021, perusahaan secara konsisten menjalankan rencana bisnis dengan baik, sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan di setiap lini bisnis dan peningkatan margin secara keseluruhan.
“Pembentukan GoTo, dari kombinasi Gojek dan Tokopedia, menempatkan kami dalam posisi yang lebih baik lagi untuk melayani konsumen. Seiring dengan komitmen semakin memperdalam integrasi bisnis, kami mampu meningkatkan efisiensi operasional, menghadirkan peluang bisnis dengan pendekatan multiplatform serta berinvestasi bagi pertumbuhan dan profitabilitas GoTo,” kata Andre dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (31/5/2022).
Jika dibandingkan dengan angka take rate perusahaan sejenis, seperti Alibaba untuk bisnis e-commerce, Uber dan Grab untuk bisnis on demand, GoTo dinilai masih memiliki ruang yang cukup besar untuk meningkatkan kembali take rate ke depannya, sehingga hal ini dapat berdampak positif pada kenaikan pendapatan bruto dan menguatkan jalur menuju profitabilitas.
Tren penguatan bisnis GoTo sejatinya sudah terlihat sejak tahun lalu. Di tengah pemulihan ekonomi yang positif, pada tahun 2021 pendapatan bruto GoTo tumbuh 45% yoy mencapai Rp17,1 triliun dari Rp11,85 triliun. Sehingga pendapatan bersih perseroan naik 7% menjadi Rp5,16 triliun dari Rp4,82 triliun.
Pada tahun 2021, Gross Transaction Value (GTV) perusahaan menembus Rp461,60 triliun, naik 40% dibandingkan dengan Rp330,18 triliun di 2020. Dari jumlah GTV ini, kontribusi bisnis on-demand services (mobilitas, pesan-antar makanan dan bahan kebutuhan pokok, dan logistik) mencapai Rp50,31 triliun, naik 25,21% dari Rp40,18 triliun.
Segmen e-commerce menyumbang transaksi senilai Rp230,59 triliun, tumbuh 45,82% dari Rp158,13 triliun. Sementara pilar financial technology (fintech) menyumbang transaksi GTV sebanyak Rp214,91 triliun, melesat 80% dari sebelumnya Rp119,52 triliun.
Kenaikan GTV di ekosistem GoTo terus terjadi pada tahun ini. Hingga kuartal I-2022 angka GTV GoTo mencapai Rp139,54 triliun, tumbuh 45,04% daripada Rp96,21 triliun di kuartal I-2021.
GTV adalah metrik operasional yang mencakup jumlah nilai transaksi dari on-demand services; jumlah nilai produk dan jasa yang tercatat di platform marketplace e-commerce, dan nilai pembayaran yang diproses via platform fintech, tapi tidak termasuk nilai transaksi antar entitas di perusahaan yang dieliminasi saat konsolidasi.
Terkait kerugian, dalam laporan keuangan konsolidasian interim yang tidak diaudit, GoTo mencatat rugi periode berjalan pada kuartal I-2022 sebesar Rp6,61 triliun. Angka itu meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,95 triliun.
Namun, menurut Andre Soelistyo, kenaikan rugi GoTo karena data pembanding laporan keuangan kuartal I-2021 disajikan tanpa Tokopedia. Gojek baru resmi bergabung dengan Tokopedia pada Mei 2021, membandingkan kinerja GoTo kuartal I-2022 dengan kuartal I-2021 kurang tepat.
"Hal ini kurang tepat karena laporan keuangan PT GoTo Gojek Tokopedia dan anak perusahaan periode kuartal I-2021 disajikan tanpa Tokopedia dikarenakan penggabungan dari Gojek dan Tokopdia baru selesai dilakukan bulan Mei 2021," katanya.
Berdasarkan data GoTo, pada kuartal I-2022 pendapatan bruto perseroan naik 53% secara year on year (yoy) menjadi Rp5,2 triliun. Sementara pada periode yang sama, pendapatan bersih mencapai Rp1,5 triliun, naik 7,14% dari sebelumnya Rp1,4 triliun.
Melonjaknya pendapatan sejalan dengan keberhasilan perseroan meningkatkan take rate dari 3,5% menjadi 3,7%, yang didorong oleh monetisasi pada segmen e-commerce dan on-demand yang lebih baik. Sebagai catatan, take rate adalah biaya yang dikenakan atas transaksi yang dilakukan di platform dan hal ini menjadi salah satu sumber pemasukan bagi perusahaan berbasis teknologi.
Andre Soelistyo, CEO Grup GoTo, mengatakan sepanjang 2021, perusahaan secara konsisten menjalankan rencana bisnis dengan baik, sehingga mampu menghasilkan pertumbuhan di setiap lini bisnis dan peningkatan margin secara keseluruhan.
“Pembentukan GoTo, dari kombinasi Gojek dan Tokopedia, menempatkan kami dalam posisi yang lebih baik lagi untuk melayani konsumen. Seiring dengan komitmen semakin memperdalam integrasi bisnis, kami mampu meningkatkan efisiensi operasional, menghadirkan peluang bisnis dengan pendekatan multiplatform serta berinvestasi bagi pertumbuhan dan profitabilitas GoTo,” kata Andre dalam keterangan resmi, dikutip Selasa (31/5/2022).
Jika dibandingkan dengan angka take rate perusahaan sejenis, seperti Alibaba untuk bisnis e-commerce, Uber dan Grab untuk bisnis on demand, GoTo dinilai masih memiliki ruang yang cukup besar untuk meningkatkan kembali take rate ke depannya, sehingga hal ini dapat berdampak positif pada kenaikan pendapatan bruto dan menguatkan jalur menuju profitabilitas.
Tren penguatan bisnis GoTo sejatinya sudah terlihat sejak tahun lalu. Di tengah pemulihan ekonomi yang positif, pada tahun 2021 pendapatan bruto GoTo tumbuh 45% yoy mencapai Rp17,1 triliun dari Rp11,85 triliun. Sehingga pendapatan bersih perseroan naik 7% menjadi Rp5,16 triliun dari Rp4,82 triliun.
Pada tahun 2021, Gross Transaction Value (GTV) perusahaan menembus Rp461,60 triliun, naik 40% dibandingkan dengan Rp330,18 triliun di 2020. Dari jumlah GTV ini, kontribusi bisnis on-demand services (mobilitas, pesan-antar makanan dan bahan kebutuhan pokok, dan logistik) mencapai Rp50,31 triliun, naik 25,21% dari Rp40,18 triliun.
Segmen e-commerce menyumbang transaksi senilai Rp230,59 triliun, tumbuh 45,82% dari Rp158,13 triliun. Sementara pilar financial technology (fintech) menyumbang transaksi GTV sebanyak Rp214,91 triliun, melesat 80% dari sebelumnya Rp119,52 triliun.
Kenaikan GTV di ekosistem GoTo terus terjadi pada tahun ini. Hingga kuartal I-2022 angka GTV GoTo mencapai Rp139,54 triliun, tumbuh 45,04% daripada Rp96,21 triliun di kuartal I-2021.
GTV adalah metrik operasional yang mencakup jumlah nilai transaksi dari on-demand services; jumlah nilai produk dan jasa yang tercatat di platform marketplace e-commerce, dan nilai pembayaran yang diproses via platform fintech, tapi tidak termasuk nilai transaksi antar entitas di perusahaan yang dieliminasi saat konsolidasi.
Terkait kerugian, dalam laporan keuangan konsolidasian interim yang tidak diaudit, GoTo mencatat rugi periode berjalan pada kuartal I-2022 sebesar Rp6,61 triliun. Angka itu meningkat dibanding periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,95 triliun.
Namun, menurut Andre Soelistyo, kenaikan rugi GoTo karena data pembanding laporan keuangan kuartal I-2021 disajikan tanpa Tokopedia. Gojek baru resmi bergabung dengan Tokopedia pada Mei 2021, membandingkan kinerja GoTo kuartal I-2022 dengan kuartal I-2021 kurang tepat.
"Hal ini kurang tepat karena laporan keuangan PT GoTo Gojek Tokopedia dan anak perusahaan periode kuartal I-2021 disajikan tanpa Tokopedia dikarenakan penggabungan dari Gojek dan Tokopdia baru selesai dilakukan bulan Mei 2021," katanya.
(uka)