Mengerikan Praktik Pinjol Bodong di India: Ancamannya Tebar Foto Telanjang Istri dan Video Porno

Rabu, 08 Juni 2022 - 19:23 WIB
loading...
Mengerikan Praktik Pinjol Bodong di India: Ancamannya Tebar Foto Telanjang Istri dan Video Porno
Pinjol bodong di India mulai mencemaskan warga di sana. Foto/Ilustrasi/GettyImages
A A A
JAKARTA - Praktik pinjaman online ilegal alias bodong tak hanya menyerang Indonesia. Negara-negara berkembang lainnya juga menjadi sasaran pinjol bodong .



Salah satunya menimpa India . Di negara dengan jumlah penduduk terbanyak kedua di dunia ini, praktik pinjol bodong kian marak.

Sebuah studi yang dilakukan Reserve Bank of India (RBI antara 1 Januari 2020 dan 31 Maret 2021 mengungkap, ada 600 aplikasi pinjaman online yang terindentifikasi bodong. Selama periode itu, Negara Bagian Maharashtra mencatat jumlah pengaduan tertinggi terkait dengan aplikasi pinjaman yang diadukan ke RBI mencapai 572 aduan.

"Aplikasi ini menjanjikan pinjaman tanpa kerumitan, uang cepat, dan orang-orang terpikat ke dalamnya, tidak menyadari bahwa ponsel mereka diretas, data mereka dicuri, dan privasi mereka terganggu," kata Yashasvi Yadav, inspektur jenderal polisi khusus, Maharashtra Departemen Siber, dikutip dari BBC, Rabu (8/6/2022).

Menurut Yadap praktik pinjaman obline adalah penipuan yang menyebar karena begitu banyak orang di India tidak memenuhi syarat untuk pinjaman (bank resmi) dengan mudah mendapatkan kucuran dana pinjol ilegal.

Menariknya, seperti yang diungkapkan oleh Yadap, seringkali aplikasi dijalankan melalui server di China. Padahal, penipu itu sendiri biasanya berlokasi di sejumlah wilayah India. Dia mengatakan banyak penipu telah ditangkap dengan melacak rekening bank dan nomor telepon mereka.

Praktik pinjol bodong di India kini menghantui mereka yang telah terjebak. Sebut saja Raj yang pernah mengalaminya. Ketika Raj mengambil pinjaman sebesar USD110 sekitar Rp1,6 juta (kurs Rp14.500) pada bulan Maret, dia pikir duit itu akan menyelesaikan masalah keuangannya dengan cepat. Alih-alih menjadi tenang, sebaliknya pinjaman itu justru membuat hidupnya jauh dan jauh lebih buruk.

Pria yang tinggal di Pune itu telah terpikat ke salah satu dari banyak penipuan pinjaman digital di India. Seperti kebanyakan orang, Raj tertarik dengan proses persetujuan pinjaman yang cepat dan mudah. Yang harus dia lakukan hanyalah mengunduh aplikasi ke ponselnya dan memberikan salinan kartu identitasnya untuk memenuhi syarat.

Dia dengan cepat menerima sejumlah uang--tetapi hanya setengah dari jumlah yang dia minta. Hanya tiga hari kemudian perusahaan mulai menuntut dia membayar kembali tiga kali lipat dari jumlah yang mereka pinjamkan kepadanya.

Hutangnya melonjak saat dia mengambil pinjaman dari aplikasi keuangan lain untuk melunasi yang pertama. Akhirnya, Raj berutang lebih dari USD6.000 (Rp87 juta) yang tersebar di 33 aplikasi yang berbeda.

Banyak orang yang menjalankan aplikasi itu mulai mengancamnya karena pembayaran, tetapi dia terlalu takut untuk melapor ke polisi. Orang-orang yang menjalankan aplikasi memperoleh akses ke semua kontak di ponselnya dan foto-fotonya, dan telah mengancam akan mengirim foto telanjang istrinya ke semua orang di ponselnya.

Untuk melunasi pinjamannya dia telah menjual semua perhiasan sang istri, tetapi dia mengatakan masih merasa ketakutan. "Saya tidak berpikir mereka akan membiarkan saya pergi. Saya takut akan hidup saya. Saya mendapat telepon dan pesan ancaman setiap hari," kata Raj.

Meski aparat India mengaku bisa memberantas pelaku pinjol bodong, namun pengakuan dari salah satu pemain sungguh mencengangkan. Kepada BBC salah seorang pelaku pinjol mengatakan relatif mudah untuk menghindari deteksi oleh pihak berwenang India.



"Pendiri aplikasi, atau orang-orang seperti kami yang bekerja untuk mereka, sangat sulit dilacak karena kami menggunakan semua kertas palsu untuk mendapatkan nomor ponsel. Kami beroperasi dari seluruh India. Sebagian besar dari kami tidak memiliki lokasi tetap untuk bekerja. Yang saya butuhkan hanyalah laptop dan koneksi telepon. Satu operator seperti saya memiliki lebih dari 10 nomor untuk digunakan untuk mengancam pelanggan," katanya.

Pelaku pinjol dilatih untuk menemukan orang-orang yang "mudah tertipu dan membutuhkan", yang kemudian dipinjamkan hanya setengah dari jumlah yang mereka minta. Kemudian, seperti dalam kasus Raj, penipu akan menuntut tiga kali lipat dari jumlah itu dibayar kembali. Jika korban gagal membayar, tekanan lebih cepat diterapkan.

"Langkah pertama adalah melecehkan. Kemudian mengancam. Kemudian permainan sebenarnya dimulai dengan memeras orang tersebut, karena kami memiliki detail telepon penerima pinjaman. Banyak yang tidak pergi ke pihak berwenang karena malu dan takut," kata seorang pelaku.

BBC sendiri melaporkan telah melihat pesan yang dikirim ke korban, termasuk ancaman untuk memberi tahu keluarga dan rekan kerja tentang utang korban. Namun ada juga yang lebih brutal, dengan ancaman membuat dan mendistribusikan video porno menggunakan gambar korban.

Pemerintah telah melakukan beberapa upaya untuk membasmi operator penipuan pinjaman. Pada Mei tahun lalu, Google didesak untuk meninjau aplikasi yang tersedia dari toko aplikasi Play-nya.

Google adalah komponen kunci, karena hampir semua orang India yang memiliki ponsel cerdas akan memiliki perangkat lunak operasinya, yang disebut Android, dan menggunakan layanan aplikasinya, Play. Tapi ketika menutup dari layanan tersebut. Pelaku pindah ke tempat lain, dan menggunakan pesan teks sederhana untuk beriklan.

Setelah mempelajari pinjaman digital, RBI telah meminta pemerintah untuk membuat undang-undang baru untuk membantu mengekang pinjaman ilegal. Ini termasuk agen pusat di RBI yang dapat memverifikasi aplikasi.

Pemerintah diperkirakan akan merespons dalam beberapa minggu mendatang. Tetapi setiap aturan baru akan datang terlambat bagi sebagian orang.

Sandeep Korgaonkar korban pinjol bodong, menurut keluarganya bunuh diri pada 4 Mei, karena ancaman dan pelecehan yang dia terima. Menurut saudaranya, Sandeep bahkan belum mengambil pinjaman, dia baru saja mengunduh aplikasi.

Segera setelah itu, para agen mulai menelepon rekan kerja Sandeep untuk memberi tahu mereka bahwa dia memiliki utang macet. Mereka juga memanipulasi gambarnya untuk membuat foto telanjang dan meneruskannya ke 50 rekannya.



"Pelecehan tidak berhenti, bahkan setelah dia mengajukan pengaduan polisi. Hidupnya menjadi seperti neraka, dia tidak bisa tidur atau makan," kata saudaranya.
(uka)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1317 seconds (0.1#10.140)