Indonesia Sudah Tak Impor Beras Selama Tiga Tahun, Ini Penyebabnya
loading...
A
A
A
JAKARTA - Presiden Joko Widodo ( Jokowi ) memastikan Indonesia dalam tiga tahun terakhir ini tidak lagi melakukan impor beras dari negara luar karena hasil produksi beras secara nasional mencapai 31 juta ton, melebihi kebutuhan konsumsi nasional yang 28 juta ton.
Pernyataan itu disampaikan Jokowi saat meninjau Bendungan Sindangheula bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Jumat (17/6/2022).
“Bendungan-bendungan di seluruh Tanah Air telah berpengaruh terhadap hasil produksi pangan kita. Hasil produksi beras secara nasional mencapai 31 juta ton, melebihi kebutuhan konsumsi nasional yang 28 juta ton. Karena itulah tiga tahun terakhir kita tidak mengimpor beras,” tulis Jokowi di akun twitter @jokowi dikutip Minggu, (19/06/2022)
Kepala negara menegaskan kehadiran bendungan di seluruh Tanah Air dinilai telah meningkatkan produktivitas pertanian dan dapat memberikan manfaat pengairan irigasi.
“Bendungan Sindangheula di Kab. Serang, ini saya resmikan tahun lalu. Keberadaan bendungan dapat memberikan manfaat pengairan irigasi bagi kurang lebih 1.289 ha sawah, sekaligus memacu produktivitas pertanian di wilayah sekitar,” tambahnya.
Pengamat pertanian Wayan Supadno mengatakan, langkah Jokowi membangun bendungan di beberapa daerah mulai terlihat dampaknya. Keberhasilan pemerintah menekan impor ini, kata Wayan, tidak lepas dari sistem yang dibangun beberapa tahun terakhir, yakni membangun bendungan sebagai "mesin raksasa" untuk irigasi ke sawah dan memacu produktivitas pertanian di daerah.
"Dengan adanya bendungan ini ada sebuah kepastian air untuk irigasi teknis ke persawahan, yang biasanya setahun sekali musim berendam saja, bisa dua sampai tiga kali,” kata Wayan Supadno Minggu (19/6/2022).
Lanjut Wayan, langkah Jokowi membangun bendungan di beberapa daerah itu sangat tepat. Ke depan, Indonesia bisa seperti China yang sejak 40 tahun lalu sudah gencar membangun bendungan, yang kemudian menjadi negara pengekspor beras ke beberapa negara.
“Benar itu, kita lihat RRC itu penduduknya 1,4 miliar, dia bisa sedikit impor pangan karena sekitar 40 tahun yang lalu itu banyak membangun bendungan," ungkapnya.
Menurut Praktisi Pertanian itu, Presiden Jokowi membangun bendungan-bendungan itu bukan hanya untuk saat ini, tetapi untuk jangka panjang. “Memang investasinya sangat besar sekali, tapi sangat bagus untuk jangka panjang di daerah-daerah yang selama ini frekuensi tanamnya sangat tinggi,” ujarnya.
Wayan Supadno yakin betul dengan dibangunnya bendungan oleh pemerintah, Indonesia bisa menjadi negara eksportir. Namun, kebijakan membangun bendungan ini tidak hanya dilakukan di wilayah Jawa saja, tetapi juga dilakukan di wilayah-wilayah yang berpotensi seperti di Kalimantan.
“Harusnya kita bisa jadi eksportir kalau mau tidak hanya di Serang saja, Jawa saja, tapi juga di Kalimantan yang berpotensi untuk menjadi sawah yang ada sumber airnya seperti di Serang, hendaknya dijadikan sawah, buat bendungan libatkan praktisi inovatif untuk menjadi developer swasta sawah, itu penting sekali,” yakinnya.
Pernyataan itu disampaikan Jokowi saat meninjau Bendungan Sindangheula bersama Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) yang terletak di Kabupaten Serang, Provinsi Banten, Jumat (17/6/2022).
“Bendungan-bendungan di seluruh Tanah Air telah berpengaruh terhadap hasil produksi pangan kita. Hasil produksi beras secara nasional mencapai 31 juta ton, melebihi kebutuhan konsumsi nasional yang 28 juta ton. Karena itulah tiga tahun terakhir kita tidak mengimpor beras,” tulis Jokowi di akun twitter @jokowi dikutip Minggu, (19/06/2022)
Kepala negara menegaskan kehadiran bendungan di seluruh Tanah Air dinilai telah meningkatkan produktivitas pertanian dan dapat memberikan manfaat pengairan irigasi.
“Bendungan Sindangheula di Kab. Serang, ini saya resmikan tahun lalu. Keberadaan bendungan dapat memberikan manfaat pengairan irigasi bagi kurang lebih 1.289 ha sawah, sekaligus memacu produktivitas pertanian di wilayah sekitar,” tambahnya.
Pengamat pertanian Wayan Supadno mengatakan, langkah Jokowi membangun bendungan di beberapa daerah mulai terlihat dampaknya. Keberhasilan pemerintah menekan impor ini, kata Wayan, tidak lepas dari sistem yang dibangun beberapa tahun terakhir, yakni membangun bendungan sebagai "mesin raksasa" untuk irigasi ke sawah dan memacu produktivitas pertanian di daerah.
"Dengan adanya bendungan ini ada sebuah kepastian air untuk irigasi teknis ke persawahan, yang biasanya setahun sekali musim berendam saja, bisa dua sampai tiga kali,” kata Wayan Supadno Minggu (19/6/2022).
Lanjut Wayan, langkah Jokowi membangun bendungan di beberapa daerah itu sangat tepat. Ke depan, Indonesia bisa seperti China yang sejak 40 tahun lalu sudah gencar membangun bendungan, yang kemudian menjadi negara pengekspor beras ke beberapa negara.
“Benar itu, kita lihat RRC itu penduduknya 1,4 miliar, dia bisa sedikit impor pangan karena sekitar 40 tahun yang lalu itu banyak membangun bendungan," ungkapnya.
Menurut Praktisi Pertanian itu, Presiden Jokowi membangun bendungan-bendungan itu bukan hanya untuk saat ini, tetapi untuk jangka panjang. “Memang investasinya sangat besar sekali, tapi sangat bagus untuk jangka panjang di daerah-daerah yang selama ini frekuensi tanamnya sangat tinggi,” ujarnya.
Wayan Supadno yakin betul dengan dibangunnya bendungan oleh pemerintah, Indonesia bisa menjadi negara eksportir. Namun, kebijakan membangun bendungan ini tidak hanya dilakukan di wilayah Jawa saja, tetapi juga dilakukan di wilayah-wilayah yang berpotensi seperti di Kalimantan.
“Harusnya kita bisa jadi eksportir kalau mau tidak hanya di Serang saja, Jawa saja, tapi juga di Kalimantan yang berpotensi untuk menjadi sawah yang ada sumber airnya seperti di Serang, hendaknya dijadikan sawah, buat bendungan libatkan praktisi inovatif untuk menjadi developer swasta sawah, itu penting sekali,” yakinnya.
(uka)