Co-firing PLTU, PLN Targetkan Efisiensi Biaya Operasi Rp13,7 Miliar

Selasa, 28 Juni 2022 - 15:57 WIB
loading...
Co-firing PLTU, PLN Targetkan Efisiensi Biaya Operasi Rp13,7 Miliar
Ilustrasi PLTU. FOTO/dok.SINDOnews
A A A
JAKARTA - PT PLN (Persero) dengan mengadopsi teknologi co-firing bukan semata untuk mengakselerasi pemenuhan target bauran energi sebesar 23 persen pada 2025. Teknologi yang memanfaatkan biomassa sebagai substitusi bahan baku pembangkit ini juga diharapkan dapat menggerakkan roda perekonomian sebagai bagian dari ekonomi sirkular.

Hingga 2025, PLN menargetkan untuk mengimplementasikan cofiring kepada 52 pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) sebagai salah satu upaya jangka pendek mengurangi emisi karbon. Namun, bagi PLN, teknologi co-firing ini juga mengajak masyarakat terlibat aktif dalam penanaman tanaman biomassa, maupun mengelola sampah rumah tangga untuk dijadikan campuran bahan bakar pembangkit PLTU.



Direktur Utama PLN Darmawan Prasodjo, menjelaskan melalui Program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PLN pun telah menyiapkan lima program pemberdayaan masyarakat pengelolaan sampah menjadi bahan baku co-firing. Program sampah menjadi energi ini merupakan bentuk strategi TJSL berbasis creating share value di bidang lingkungan yang mengubah sampah menjadi bahan bakar jumputan padat.

“Di antara inovasi lain yang ada, co-firing ini memiliki keunggulan memberikan dampak di sisi sosial ekonomi karena mampu memberdayakan masyarakat. Jadi bukan hanya PLN saja, masyarakat juga ikut berperan aktif menjaga keberlangsungan bumi kita tercinta,” ujarnya, Selasa (28/6/2022).

Program sampah menjadi energi ini telah disiapkan di lokasi tersebar, yakni Bengkayang Kalimantan Barat, Cilegon Banten, Pangkalan Susu Sumatera Utara, Tenayan Riau, dan Balikpapan Kalimantan Timur. Sebelumnya, program TJSL pengelolaan sampah menjadi energi ini telah dilaksanakan di Ende, NTT dan Pulau Tinggi, Bangka Belitung.

Darmawan mengatakan program co-firing tidak memerlukan investasi untuk pembangunan pembangkit baru dan hanya mengoptimalkan biaya operasional untuk pembelian biomassa. Dengan kemudahan tersebut, PLN juga dapat meningkatkan perekonomian masyarakat di sekitar sebagai penyuplai bahan baku pembangkit.

"Di satu sisi, program ini akan membantu Pemda maupun Pemkot untuk mengatasi permasalahan sampah di daerah. Bagi masyarakat, akan meningkatkan pendapatan dan menyerap tenaga kerja dari pengelolaan sampah," kata Darmawan.

Bagi PLN, program co-firing merupakan bagian dari transformasi PLN untuk mendukung program peningkatan bauran energi baru terbarukan 23 persen hingga 2025. Dia pun menjabarkan, dari data yang dikumpulkan oleh PLN, manfaat implementasi co-firing pada 52 PLTU milik PLN dapat mengurangi emisi gas rumah kaca sebesar 11 juta ton CO2e.



Dari program yang telah berjalan tercatat program co-firing berhasil mengurangi masalah sampah di negeri ini sampai 59.649 ton. Dari sisi pemberdayaan masyarakat, Program ini telah menyerap 2.032 tenaga kerja dengan penerima manfaat mencapai 5.231 orang. Alhasil, masyarakat dapat merasakan peningkatan pendapatan mencapai Rp1,1 miliar.

Di sisi lain, PLN juga mendapatkan efisiensi dari ekonomi kerakyatan co-firing tersebut karena membantu penurunan biaya operasi sebesar Rp13,7 miliar.

"Tentunya, upaya ini juga sesuai dengan pemenuhan Sustainable Development Goals (SDGs) poin 1 tanpa kemiskinan, 3 kehidupan sehat dan sejahtera, 7 energi yang bersih dan terjangkau, 8 pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, serta 13 memerangi perubahan iklim dan dampaknya," imbuh Darmawan.

(nng)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1584 seconds (0.1#10.140)