Di Tengah Tekanan Global, Pemerintah Optimistis Ekonomi Indonesia Mampu Bertahan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Pemerintah optimistis Indonesia mampu bertahan di tengah tekanan resesi global . Beberapa indikator ekonomi terus menunjukkan tren positif dengan berbagai kebijakan penting yang diambil pemerintah.
Menurut Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara , saat ini pemulihan ekonomi memberi tantangan baru bagi banyak negara termasuk Indonesia. Jika setahun lalu negara-negara menghadapi risiko akibat pandemi, sekarang bergeser menjadi risiko tekanan ekonomi global karena ada tekanan inflasi akibat banyak faktor, seperti kurangnya suplai dan perang.
"Ini doble pressure sehingga banyak negara mengambil sikap dengan menaikkan suku bunga. Tapi ketika kebijakan moneter ketat, maka akan terjadi turbulensi. Ekonomi negara yang tidak mampu akan goyah. Apalagi kalau tekanan inflasi global berkepanjangan sehingga ekonomi melemah. Saat ini ekonomi AS tumbuh negatif, Tiongkok sudah 0,4%, padahal selama ini double digit," kata dia pada acara MNC Forum LXV secara daring, Kamis (4/8/2022).
Situasi yang saat ini terjadi, menyebabkan harga komoditas naik atau turun secara cepat seperti harga gas, batu bara, minyak dunia, CPO, gandum, kedelai, dan lainnya. Belum lagi tekanan inflasi di AS akan memaksa The Fed menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga diperkirakan akan menimbulkan turbulensi.
"Fenomena ini yang harus disikapi tak hanya pemerintah, tapi dunia usaha. Indonesia beruntung ada tren peningkatan beberapa variabel ekonomi sejak bulan lalu. Pemulihan ekonomi terus berlangsung. PMI kita di atas 50 artinya terus bertumbuh. Tapi tetap harus waspada," jelas dia.
Bank Indonesia juga saat ini masih mempertahankan suku bunga. Dengan suku bunga saat ini dia berharap akan terus mendorong pemulihan ekonomi. Karena kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap capital flow.
Beberapa tren positif lainnya misalnya google mobilitas yang menunjukan angka cukup baik, impor bahan baku masih baik, konsumsi listrik double digit, kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan masih 70%, artinya masih ada ruang untuk naik.
"Ini leading indikator yang diharapkan jadi basis Indonesia ke depan. Ekspor baik sekali, neraca perdagangan surplus. Tapi kita harus jaga dan waspada harga-harga, karena bisa naik dan turun sangat cepat," ujar dia.
Kendati ekonomi Indonesia optimistis mampu bertahan, namun Indonesia juga dipastikan akan terpengaruh kondisi global. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi dari 5,4% menjadi 5,3%, atau turun 0,1%. Angka tersebut masih cukup baik, ketimbang revisi pertumbuhan ekonomi global yang cukup dalam dari 3,6% menjadi 3,2%. Tahun depan juga turun dari 3,6% jadi 2,9%.
Lihat Juga: Dukung Ekonomi Nasional dan MBG, Kementerian Koperasi Gelar Cooperatives Business Forum 2024
Menurut Wakil Menteri Keuangan Suahasil Nazara , saat ini pemulihan ekonomi memberi tantangan baru bagi banyak negara termasuk Indonesia. Jika setahun lalu negara-negara menghadapi risiko akibat pandemi, sekarang bergeser menjadi risiko tekanan ekonomi global karena ada tekanan inflasi akibat banyak faktor, seperti kurangnya suplai dan perang.
"Ini doble pressure sehingga banyak negara mengambil sikap dengan menaikkan suku bunga. Tapi ketika kebijakan moneter ketat, maka akan terjadi turbulensi. Ekonomi negara yang tidak mampu akan goyah. Apalagi kalau tekanan inflasi global berkepanjangan sehingga ekonomi melemah. Saat ini ekonomi AS tumbuh negatif, Tiongkok sudah 0,4%, padahal selama ini double digit," kata dia pada acara MNC Forum LXV secara daring, Kamis (4/8/2022).
Situasi yang saat ini terjadi, menyebabkan harga komoditas naik atau turun secara cepat seperti harga gas, batu bara, minyak dunia, CPO, gandum, kedelai, dan lainnya. Belum lagi tekanan inflasi di AS akan memaksa The Fed menaikkan suku bunga. Kenaikan suku bunga diperkirakan akan menimbulkan turbulensi.
"Fenomena ini yang harus disikapi tak hanya pemerintah, tapi dunia usaha. Indonesia beruntung ada tren peningkatan beberapa variabel ekonomi sejak bulan lalu. Pemulihan ekonomi terus berlangsung. PMI kita di atas 50 artinya terus bertumbuh. Tapi tetap harus waspada," jelas dia.
Bank Indonesia juga saat ini masih mempertahankan suku bunga. Dengan suku bunga saat ini dia berharap akan terus mendorong pemulihan ekonomi. Karena kenaikan suku bunga akan berdampak terhadap capital flow.
Beberapa tren positif lainnya misalnya google mobilitas yang menunjukan angka cukup baik, impor bahan baku masih baik, konsumsi listrik double digit, kapasitas produksi manufaktur dan pertambangan masih 70%, artinya masih ada ruang untuk naik.
"Ini leading indikator yang diharapkan jadi basis Indonesia ke depan. Ekspor baik sekali, neraca perdagangan surplus. Tapi kita harus jaga dan waspada harga-harga, karena bisa naik dan turun sangat cepat," ujar dia.
Kendati ekonomi Indonesia optimistis mampu bertahan, namun Indonesia juga dipastikan akan terpengaruh kondisi global. Target pertumbuhan ekonomi Indonesia direvisi dari 5,4% menjadi 5,3%, atau turun 0,1%. Angka tersebut masih cukup baik, ketimbang revisi pertumbuhan ekonomi global yang cukup dalam dari 3,6% menjadi 3,2%. Tahun depan juga turun dari 3,6% jadi 2,9%.
Lihat Juga: Dukung Ekonomi Nasional dan MBG, Kementerian Koperasi Gelar Cooperatives Business Forum 2024
(uka)