Selain Sri Lanka, 4 Negara Asia ini Juga Pernah Berutang ke China

Senin, 08 Agustus 2022 - 15:00 WIB
loading...
Selain Sri Lanka, 4 Negara Asia ini Juga Pernah Berutang ke China
Sedikitnya ada empat negara Asia yang pernah berutang ke China. Berbicara tentang pinjaman luar negeri, China disebut sebagai kreditur terbesar di dunia. Foto DOK SINDOnews
A A A
JAKARTA - Sedikitnya ada empat negara Asia yang pernah berutang ke China . Berbicara tentang pinjaman luar negeri , China disebut sebagai kreditur terbesar di dunia. China tak segan untuk meminjamkan sejumlah dana untuk berbagai proyek yang dikerjakan negara lain.

Di satu sisi, China lebih suka dilihat sebagai mitra pembangunan. Hanya saja, sebagian negara menyebut Negeri Tirai Bambu sebagai pemasang perangkap utang yang menyasar negara-negara kecil, termasuk di kawasan Asia.

Baca juga : Negara-negara Ini Disebut-sebut Jadi Korban Jebakan Utang China

Berikut beberapa negara di Asia yang pernah berutang ke China :

1. Pakistan

Pakistan merupakan sebuah negara yang berada di kawasan Asia Selatan. Sama halnya dengan negara berkembang lainnya, Pakistan memiliki kaitan yang cukup lekat dengan China, khususnya dalam hal ekonomi.

Dikutip dari Asia Times, laporan IMF awal tahun 2022 lalu menyebut negara ini telah berutang kepada China sekitar $18,4 Miliar. Jumlah ini dikatakan menjadi salah satu kontribusi tertinggi untuk utang Pakistan. Angka tersebut setara dengan 20 persen dari total luar negeri Pakistan yang mencapai $92,3 Miliar.

Dalam hal ini, IMF memproyeksikan PDB Pakistan akan tumbuh sebesar 4 persen selama tahun fiskal berjalan. Namun, selain itu IMF juga memperkirakan total utang luar negeri Pakistan akan bertambah menjadi $103 Miliar pada akhir tahun fiskal berikutnya.

2. Maladewa

Jebakan utang China telah membayangi ekonomi Maladewa sejak beberapa tahun yang lalu. Seperti yang diketahui, Beijing menjadi telah mendanai berbagai proyek yang dimiliki Maladewa di masa pemerintahan Abdullah Yameen.

Salah satu diantaranya adalah proyek jembatan empat jalur sepanjang 2,1 km. Proyek tersebut dibangun dengan biaya sekitar USD 200 Juta dari China. Dikutip dari Economic Times, Ketua Parlemen Maladewa Mohamed Nasheed khawatir dengan besaran utang yang dimiliki negara ke China.

Per 2020, Maladewa berhutang sekitar USD 1,1 hingga 1,4 Miliar ke China. Angka tersebut tentu cukup besar untuk ukuran negara dengan PDB sekitar USD 4,9 Miliar. Lebih lanjut, Nasheed khawatir Maladewa akan mengalami nasib serupa seperti Sri Lanka yang terperangkap oleh utang China.

Seperti yang diketahui, Maladewa sangat bergantung pada sektor pariwisata. Sedangkan, dunia sempat dilanda pandemi Covid-19 yang membuat negara ini kehilangan sebagian besar pemasukannya dari bidang tersebut.

3. Laos

Tetangga Indonesia ini tengah menghadapi krisis setelah membangun kereta api berkecepatan tinggi yang didanai China. Sinyal bahaya sudah mulai terlihat pada Laos. Dari mata uang negara yang kehilangan sepertiga nilainya dari Dolar AS, Inflasi yang mencapai 23 persen pada bulan Juni, hingga kelangkaan bahan bakar yang melanda.

Dikutip dari Asia Times, utang luar negeri Laos telah membengkak menjadi lebih dari USD14 Miliar atau sekitar 88 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Setengah dari besaran tersebut diketahui berasal dari Utang China.

China sebagai kreditur utama Laos telah membiayai proyek Kereta Api senilai USD5,9 Miliar. Proyek tersebut merupakan pendorong utama program Belt and Road Initiative (BRI) China di kawasan Asia Tenggara.

Jumlah pasti utang Laos ke China masih bisa diperdebatkan. Bank Dunia menyebut besarannya hampir setengah dari utang resmi negara sebesar USD14,5 miliar, yang akan menempatkannya sekitar USD 7,2 miliar.

Namun, AidData menempatkannya pada angka USD12,2 miliar, angka yang mencakup beberapa kesepakatan yang tidak diungkapkan secara publik.

Baca juga : Presiden Tanzania: Persyaratan Utang China hanya Bisa Diterima oleh Pria Mabuk

4. Tajikistan

Tajikistan menjadi negara Asia berikutnya yang pernah berutang ke China. Sebagai contoh, dalam pembangunan gedung parlemen baru, China memberi sekitar USD120 juta dari total USD250 Juta total estimasi biaya pembangunannya.

Dikutip dari Eurasianet, dari USD3,3 miliar utang Tajikistan kepada kreditur internasional pada awal tahun 2022, 60 persen diantaranya atau sekitar USD1,98 miliar merupakan utang kepada Bank Ekspor-Impor China yang dikelola negara, yang lebih dikenal sebagai Eximbank.

Selain itu, Tajikistan juga dikenal membayar utangnya dengan barang atau aset yang dimilikinya. Sebagai contoh adalah proyek pembangkit listrik 400 megawatt di Dushanbe.

Tajikistan hanya menyumbang sekitar USD17,4 juta untuk proyek bernilai USD 349 juta. Sisanya sendiri dibayarkan oleh perusahaan China TBEA. Untuk melunasi hutang tersebut, Tajikistan memberikan konsesi kepada TBEA untuk mengembangkan tambang emas Kumarg dan Duoba Timur. Jika tambang tersebut tidak mengandung cukup emas, maka Tajikistan akan memberikan izin pengembangan untuk aset lainnya.
(bim)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.4091 seconds (0.1#10.140)