Target Dana IPO Rp10 Triliun, Intip Persiapan PTPN III
loading...
A
A
A
JAKARTA - Holding Perkebunan Nusantara atau PTPN III menargetkan pendanaan baru melalui initial public offering ( IPO ) subholding kelapa sawit, PalmCo, sebesar Rp5 triliun-Rp10 triliun. Penawaran saham perdana tersebut direncanakan pada 2023 mendatang.
Baca juga: Holding Perkebunan Nusantara Luncurkan Institut Teknologi Sawit Indonesia, Cek Pilihan Prodinya
Direktur Utama PTPN Mohammad Abdul Ghani menjelaskan pihaknya terlebih dahulu mengkonsolidasikan seluruh aset berupa kebun kelapa sawit untuk dikelolah oleh PalmCo, sebelum IPO dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun depan.
"Hitung-hitungan saya Rp5 triliun hingga Rp10 triliun. Itu diproyeksikam dari IPO itu," ungkap Ghani saat ditemui wartawan di Kementerian BUMN, Senin (22/8/2022).
Holding Perkebunan Nusantara memang membidik pendirian tiga subholding. Selain PalmCo, dua subholding lain adalah Sugar Co dan Supporting Co.
"Proses ini sekarang sedang berlangsung. Pembentukan subholding PalmCo paling lambat Oktober tahun ini selesai, mengingat pembentukan subholding itu membutuhkan peraturan pemerintah," tutur dia.
Melalui tiga subholding ini, lanjut Ghani, PTPN III akan mengoptimalisasi asetnya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. Subholding Palm Co, PTPN mengintegrasikan industri hulu ke hilir kelapa sawit yang dimiliki perseroan. Proses ini menjadikan perusahaan sebagai perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan target luas areal sebesar 706.000 ha pada 2026.
Tak hanya itu, Palm Co mampu menghasilkan 1,8 juta ton olein per tahun dan 433.000 ton biodiesel per tahun. Olein yang dihasilkan diharapkan akan memenuhi kurang lebih 30% dari konsumsi minyak goreng domestik.
Untuk Sugar Co akan menjadi entitas yang mengkonsolidasikan 36 pabrik gula (PG) melalui kemitraan strategis. Entitas ini ditargetkan berkontribusi pada pencapaian swasembada gula nasional dengan target produksi gula pada 2026 sebanyak 1,8 juta ton per tahun.
Sedangkan Supporting Co difokuskan untuk mengelola bisnis Group PTPN. Selain komoditi gula dan kelapa sawit, subholding ini fokus pada penguatan komoditas teh dan kopi, hingga pengembangan model bisnis baru berbasis optimalisasi aset.
Baca juga: Holding Perkebunan Nusantara Luncurkan Institut Teknologi Sawit Indonesia, Cek Pilihan Prodinya
Direktur Utama PTPN Mohammad Abdul Ghani menjelaskan pihaknya terlebih dahulu mengkonsolidasikan seluruh aset berupa kebun kelapa sawit untuk dikelolah oleh PalmCo, sebelum IPO dilakukan di Bursa Efek Indonesia (BEI) di tahun depan.
"Hitung-hitungan saya Rp5 triliun hingga Rp10 triliun. Itu diproyeksikam dari IPO itu," ungkap Ghani saat ditemui wartawan di Kementerian BUMN, Senin (22/8/2022).
Holding Perkebunan Nusantara memang membidik pendirian tiga subholding. Selain PalmCo, dua subholding lain adalah Sugar Co dan Supporting Co.
"Proses ini sekarang sedang berlangsung. Pembentukan subholding PalmCo paling lambat Oktober tahun ini selesai, mengingat pembentukan subholding itu membutuhkan peraturan pemerintah," tutur dia.
Melalui tiga subholding ini, lanjut Ghani, PTPN III akan mengoptimalisasi asetnya dalam mendukung program ketahanan pangan nasional. Subholding Palm Co, PTPN mengintegrasikan industri hulu ke hilir kelapa sawit yang dimiliki perseroan. Proses ini menjadikan perusahaan sebagai perkebunan kelapa sawit terbesar di dunia dengan target luas areal sebesar 706.000 ha pada 2026.
Tak hanya itu, Palm Co mampu menghasilkan 1,8 juta ton olein per tahun dan 433.000 ton biodiesel per tahun. Olein yang dihasilkan diharapkan akan memenuhi kurang lebih 30% dari konsumsi minyak goreng domestik.
Untuk Sugar Co akan menjadi entitas yang mengkonsolidasikan 36 pabrik gula (PG) melalui kemitraan strategis. Entitas ini ditargetkan berkontribusi pada pencapaian swasembada gula nasional dengan target produksi gula pada 2026 sebanyak 1,8 juta ton per tahun.
Sedangkan Supporting Co difokuskan untuk mengelola bisnis Group PTPN. Selain komoditi gula dan kelapa sawit, subholding ini fokus pada penguatan komoditas teh dan kopi, hingga pengembangan model bisnis baru berbasis optimalisasi aset.
(uka)