Alasan Produk Iphone Diproduksi di China, Hubungan Erat yang Tak Terpisahkan

Rabu, 07 September 2022 - 10:18 WIB
loading...
Alasan Produk Iphone Diproduksi di China, Hubungan Erat yang Tak Terpisahkan
Apple dan China memiliki ikatan yang erat selama hampir dua dekade dan sulit terpisahkan. Berikut alasan kenapa produk Apple seperti iPhone diproduksi di China. Foto/Dok Reuters
A A A
BEIJING - Apple dan China memiliki ikatan yang erat selama hampir dua dekade. Negara terpadat di dunia itu tidak hanya menyumbang sebagian besar manufaktur perangkat Apple mulai dari iPhone hingga Mac, tetapi juga sebagian besar penjualannya.

Namun di tahun 2022 ini, keretakan dalam hubungan saling menguntungkan antara keduanya mulai muncul. Sebagian besar gejolak yang terjadi dipicu oleh strategi "nol-Covid" China, hingga menyebabkan lockdown ketat pada sebagian besar wilayah di negari Tirai Bambu -julukan China-.



Akibatnya banyak pabrik menghentikan produksi, termasuk mitra manufaktur Apple Foxconn dan Pegatron dan bahkan telah mengganggu rantai pasokan global.

CEO Apple (AAPL), Tim Cook memperingatkan, saat laporan pendapatan perusahaan di bulan April bahwa kemacetan rantai pasokan China dapat menyebabkan pukulan pada bisnisnya senilai USD8 miliar pada kuartal berikutnya.

Ini bukan pertama kalinya ketergantungan Apple pada China membuat perusahaan sakit kepala. Setahun sebelum pandemi, Apple juga memperingatkan perlambatan penjualan iPhone di tengah perang dagang yang meningkat antara Amerika Serikat dan China.

Apple juga menghadapi pengawasan selama bertahun-tahun untuk kondisi kerja di beberapa fasilitas pemasoknya. Tetapi tidak peduli seberapa buruk situasinya, para ahli mengatakan raksasa teknologi itu tidak mungkin (dan mungkin tidak dapat) untuk melepaskan diri dari China.

"Tidak ada keraguan bahwa manufaktur teknologi ingin pindah dari China. Mereka tidak mampu menanggung risiko gangguan pasokan yang berkelanjutan, dan mereka ingin mendapatkan kontrol yang lebih baik atas kemampuan mereka untuk melayani pelanggan," kata CEO perusahaan rantai pasokan LMA Consulting Group, Lisa Anderson.

"Namun demikian, skala China tidak akan mudah untuk ditiru, sehingga transisi akan memakan waktu dan membutuhkan investasi," bebernya.

Sulit Ditandingi

Masa jabatan Cook di Apple bertepatan dengan pendalaman hubungan perusahaan dengan China. Cook bergabung dengan Apple pada tahun 1998, beberapa tahun sebelum perusahaan mulai memproduksi produknya di China.



Dia membantu membangun dan mengelola rantai pasokan globalnya sebagai COO sebelum naik ke posisi teratas pada tahun 2011. Dia telah melakukan beberapa kunjungan yang menjadi sorotan ke China sebagai CEO, menggambarkan pentingnya negara itu bagi Apple.

Namun, Apple mungkin melakukan lindung nilai terhadap beberapa taruhannya. The Wall Street Journal melaporkan, awal tahun ini bahwa perusahaan ingin meningkatkan produksi di negara-negara seperti Vietnam dan India, mengutip kebijakan Covid China yang ketat sebagai salah satu alasannya.

Apple tidak banyak berkomentar, tetapi Cook menekankan jejak manufaktur Apple yang lebih luas terkait pendapatan terbaru perusahaan. "Rantai pasokan kami benar-benar global, sehingga produk dibuat di mana-mana," katanya.

"Kami terus melihat optimalisasi. Kami belajar sesuatu setiap hari dan membuat perubahan," paparnya.

China bagaimanapun, telah menghabiskan bertahun-tahun mengembangkan kombinasi insentif produksi, SDM teknik lokal, dan ekosistem rantai pasokan kohesif yang akan sulit untuk ditiru di tempat lain.

Seperti yang dikatakan Cook dalam satu wawancara tahun 2015, "Anda dapat mengambil setiap alat dan produsen di Amerika Serikat dan mungkin meletakkannya di ruangan yang saat ini sedang kita duduki. Di China, Anda harus memiliki banyak lapangan sepak bola."

Wakil Presiden riset perangkat di perusahaan intelijen pasar IDC, Bryan Ma mengatakan, ada "tekanan yang meningkat untuk mendiversifikasi perakitan produk di luar China, tetapi melakukannya tidak akan mudah mengingat bahwa kedekatan dengan pemasok komponen adalah alasan utama untuk tinggal di China."

"Saya yakin vendor akan menjajaki opsi mereka, terutama ketika pemerintah memberikan insentif untuk lokal," tambah Ma.

"Tetapi jika seluruh rantai pasokan tidak bergerak bersama mereka, maka logistik memindahkan komponen ke fasilitas perakitan menjadi tantangan," jelasnya.

Pasar Utama

Hal-hal lain yang membuat Apple sulit keluar adalah kenyataan bahwa China adalah pasar terbesarnya di luar Amerika Serikat.

Apple saat ini menyumbang 18% dari pasar smartphone China dan China menyumbang hampir seperempat dari penjualan global Apple, menurut Amber Liu, seorang analis smartphone yang berbasis di Shanghai di perusahaan riset teknologi Canalys.

Singkatnya, China adalah "di mana sebagian besar pasar pertumbuhan berada," kata Gad Allon, direktur program manajemen dan teknologi di University of Pennsylvania yang penelitiannya berfokus pada rantai pasokan.

"Apple memiliki banyak alasan untuk tidak mengguncang 'perahu'," katanya, atau berisiko berakhir di sisi yang salah dari pemerintah China.

Sementara itu yang menjadi sinyal kekhawatiran terkait permintaan di negara itu, Apple minggu ini menawarkan diskon kepada pelanggan China senilai 600 yuan (USD89) untuk model iPhone terbarunya dengan waktu yang terbatas. Jarang bagi Apple untuk menawarkan promosi seperti itu.

Risiko Berkelanjutan

Penguncian Covid-19 atau lockdown yang ketat bukan satu-satunya potensi gangguan yang bisa dihadapi Apple di China.Ketegangan antara Beijing dan Washington atas Taiwan, pulau demokratis berpemerintahan sendiri yang telah lama diklaim China sebagai bagian dari wilayahnya, telah meningkat secara signifikan usai kunjungan Ketua DPR AS Nancy Pelosi ke pulau itu.

Taiwan juga merupakan basis bagi beberapa pemasok utama Apple, termasuk Foxconn, Pegatron, dan Wistron, dan telah menjadi pusat global untuk chip semikonduktor yang digunakan pada sebagian besar perangkat elektronik.

"Sementara lockdown Covid akan memaksa beberapa perusahaan untuk mendiversifikasi lokasi manufaktur mereka, kebijakan nol-Covid tidak akan secara permanen merusak status China," kata Paul Triolo, wakil presiden senior di perusahaan penasihat strategis Dentons Global advisors, kepada CNN Business.

Eskalasi besar di Taiwan, di sisi lain, "akan menjadi rambu yang jauh lebih penting dalam menentukan masa depan China sebagai pusat manufaktur."

"Setiap gangguan pada rantai pasokan Taiwan karena konfrontasi militer juga akan berdampak besar pada operasional Apple," bebernya.

Untuk saat ini, Apple tampaknya tidak punya pilihan selain tetap berada di jalurnya. "China telah menjadi lebih mahal dalam beberapa tahun, tetapi apa yang terjadi pada tahun lalu adalah menjadi lebih fluktuatif," kata Allon.

"Karena itu, tidak mungkin pada tahap ini untuk menemukan tempat-tempat yang memiliki keterampilan dan volume untuk dapat memberikan apa yang dibutuhkan Apple," tandasnya.

(akr)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2592 seconds (0.1#10.140)