Digitalisasi Pertamina Turut Andil Pastikan Distribusi BBM Tepat Sasaran
loading...
A
A
A
JAKARTA - Sistem digital dalam pengolahan minyak dari kilang Pertamina hingga pendistribusiannya ke SPBU merupakan salah satu instrumen penting pengelolaan kilang yang modern dan antipenyelewengan. Badan Pengatur Hilir Migas (BPH Migas) menilai penggunaan sistem digital turut andil memastikan efisiensi operasi serta pendistribusian yang tepat sasaran.
"Iya, bisa dipantau secara real time)," kata Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrachman di Jakarta, Senin (12/9/2022).
Menurut Saleh, digitalisasi akan sangat memberikan dampak signifikan jika dikombinasikan dengan implementasi penggunaan aplikasi MyPertamina di SPBU. Menurutnya hal ini akan langsung mencegah terjadinya penyelewengan penggunaan BBM bersubsidi, mulai dari pengolahan hingga titik akhir pendistribusian ke masyarakat.
Dia berharap digitalisasi yang dilakukan serta pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru bisa memastikan ketahanan pasokan BBM di Tanah Air. "Sistem digitalisasi SPBU dengan MyPertamina itu akan bisa mengurangi atau mencegah penyelewengan," ujarnya.
Pertamina telah memiliki sistem pemantauan data mulai dari produksi di hulu hingga distribusi BBM ke masyarakat lewat Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC). Sistem ini bisa memantau aliran dari fluida ataupun gas. Dalam konteks BBM, sistem ini memantau p-roduksi dari kilang, kemudian penyaluran produk ke Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM).
Jumlah BBM yang akan disalurkan ke kendaraan pengangkut juga akan dilakukan secara otomatis sesuai dengan jumlah yang dimasukkan lewat sistem. Semua data ini terpantau lewat PIEDCC. Pengawasan juga dilakukan di laut saat pengangkutan BBM menggunakan kapal. Saat ini, Pertamina memiliki sekitar 258 kapal yang beroperasi dan semuanya terdata dengan baik dan terpantau secara langsung lewat PIEDCC.
Sistem PIEDCC merupakan upaya Pertamina dalam mengantisipasi dan mencegah terjadinya kehilangan jumlah BBM yang tidak wajar, baik mulai dari produksi di kilang, distribusi oleh truk tangki maupun kapal, hingga masuk ke SPBU dan diterima oleh masyarakat. Langkah ini juga merupakan upaya untuk efisiensi dalam produksi dan distribusi BBM.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai implementasi digitalisasi rantai distribusi penyaluran BBM dari kilang hingga SPBU dan ke masyarakat merupakan suatu keharusan. "Saya kira digitalisasi adalah suatu keniscayaan. Perkembangan yang tidak mungkin bisa dihindari," tandasnya.
Menurut dia, digitalisasi rantai pendistribusian BBM dari kilang jadi kunci untuk memastikan bahwa BBM diproduksi dan disalurkan dengan tepat. "Saya kira manfaatnya cukup besar. Segala sesuatunya jadi lebih tercatat dan terpetakan dengan baik," ujar Komaidi.
Lihat Juga: Elnusa Petrofin Dukung Ketahanan Energi Pertamina Patra Niaga Saat Satgas Nataru 2024/2025
"Iya, bisa dipantau secara real time)," kata Anggota Komite BPH Migas Saleh Abdurrachman di Jakarta, Senin (12/9/2022).
Menurut Saleh, digitalisasi akan sangat memberikan dampak signifikan jika dikombinasikan dengan implementasi penggunaan aplikasi MyPertamina di SPBU. Menurutnya hal ini akan langsung mencegah terjadinya penyelewengan penggunaan BBM bersubsidi, mulai dari pengolahan hingga titik akhir pendistribusian ke masyarakat.
Dia berharap digitalisasi yang dilakukan serta pengembangan kilang dan pembangunan kilang baru bisa memastikan ketahanan pasokan BBM di Tanah Air. "Sistem digitalisasi SPBU dengan MyPertamina itu akan bisa mengurangi atau mencegah penyelewengan," ujarnya.
Pertamina telah memiliki sistem pemantauan data mulai dari produksi di hulu hingga distribusi BBM ke masyarakat lewat Pertamina Integrated Enterprise Data and Command Center (PIEDCC). Sistem ini bisa memantau aliran dari fluida ataupun gas. Dalam konteks BBM, sistem ini memantau p-roduksi dari kilang, kemudian penyaluran produk ke Terminal Bahan Bakar Minyak (TBBM).
Jumlah BBM yang akan disalurkan ke kendaraan pengangkut juga akan dilakukan secara otomatis sesuai dengan jumlah yang dimasukkan lewat sistem. Semua data ini terpantau lewat PIEDCC. Pengawasan juga dilakukan di laut saat pengangkutan BBM menggunakan kapal. Saat ini, Pertamina memiliki sekitar 258 kapal yang beroperasi dan semuanya terdata dengan baik dan terpantau secara langsung lewat PIEDCC.
Sistem PIEDCC merupakan upaya Pertamina dalam mengantisipasi dan mencegah terjadinya kehilangan jumlah BBM yang tidak wajar, baik mulai dari produksi di kilang, distribusi oleh truk tangki maupun kapal, hingga masuk ke SPBU dan diterima oleh masyarakat. Langkah ini juga merupakan upaya untuk efisiensi dalam produksi dan distribusi BBM.
Direktur Eksekutif Reforminer Institute Komaidi Notonegoro menilai implementasi digitalisasi rantai distribusi penyaluran BBM dari kilang hingga SPBU dan ke masyarakat merupakan suatu keharusan. "Saya kira digitalisasi adalah suatu keniscayaan. Perkembangan yang tidak mungkin bisa dihindari," tandasnya.
Menurut dia, digitalisasi rantai pendistribusian BBM dari kilang jadi kunci untuk memastikan bahwa BBM diproduksi dan disalurkan dengan tepat. "Saya kira manfaatnya cukup besar. Segala sesuatunya jadi lebih tercatat dan terpetakan dengan baik," ujar Komaidi.
Lihat Juga: Elnusa Petrofin Dukung Ketahanan Energi Pertamina Patra Niaga Saat Satgas Nataru 2024/2025
(fai)