Mengintip Strategi Digitalisasi di Perusahaan Pengolah Air Laut jadi Air Bersih
loading...
A
A
A
JAKARTA - Air bersih merupakan salah satu kebutuhan utama bagi masyarakat maupun industri . Teknologi pengolahan air pun terus berkembang seiring pesatnya digitalisasi.
PT Krakatau Tirta Industri (KTI), anak perusahaan PT Krakatau Steel, memiliki sejumlah visi dalam menjalankan bisnisnya. Salah satunya adalah menyediakan air khususnya untuk industri.
Seiring kemajuan teknologi, perseroan juga mulai melakukan digitalisasi. PT KTI pun bercita-cita menjadi perusahaan digital yang juga ramah lingkungan.
Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri Alugoro Mulyo Wahyudi mengatakan, teknologi yang diterapkan PT KTI selama ini adalah mengolah air laut menjadi air bersih. Selain itu, perseroan juga mengolah limbah air dari industri untuk bisa digunakan lagi.
Dia menjelaskan, teknologi untuk mengolah kembali limbah air industri sehingga bisa digunakan lagi menggunakan membran yang berasal dari Amerika Serikat (AS).
Oleh karena itu, dalam waktu dekat pihaknya akan bertandang ke Negeri Paman Sam untuk mempelajari teknologi membrane tersebut.
“Teknologi terus berevolusi dan juga sudah masuk proses digitalisasi. Kami ingin PT KTI ini menjadi perusahaan digital dan bukan Flinstone Company,” tukasnya dalam acara Podcast Sofa Panas yang digelar PT Krakatau Sarana Properti, dikutip Senin (26/9/2022).
Menurut dia, PT KTI saat ini masih fokus menyediakan air untuk sektor industri. Namun, pihaknya juga melakukan program CSR dengan menyalurkan air bersih kepada masyarakat melalui PDAM.
“Kami memberikan air gratis melalui PDAM yaitu 140 liter per detik. Kami juga menjual murah air ke PDAM sebanyak 100 liter per detik. Artinya, kami memberikan supply air ke PDAM hampir 250 liter per detik. Ini sudah dilakukan sejak 10-15 tahun lalu,” bebernya.
Alugoro juga menekankan keinginan PT KTI untuk menjadi green company dengan selalu memberikan perhatian lebih terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, perusahaan yang berkantor di Cilegon, Banten, itu juga sudah meminta kepada petani yang berada di sepanjang daerah aliran sungai untuk tidak menebang pohon-pohon yang tinggi. Tak sekadar melarang, perseroan juga memberikan insentif pada petani.
“Kalau pohon-pohon tinggi di sekitar DAS ditebang maka air akan kotor dan semakin sulit untuk diolah sehingga perlu biaya lebih mahal lagi. Kami memberikan insentif kepada petani di sekitar DAS yang tidak menebang pohon yaitu Rp1,5 juta per hektare. Upaya kami ini membuahkan penghargaan Kalpataru pada 2013 lalu,” tuturnya.
Berdasarkan riset WHO dan LIPI, pada 2040 nanti dunia akan langka air bersih karena sejumlah faktor lain antara lain kerusakan lingkungan dan alih fungsi daerah serapan air menjadi perumahan, pabrik dan lain-lain.
Alugoro menambahkan, saat ini akses warga Cilegon terhadap air bersih baru mencapai 17%. Ini terjadi karena keterbatasan sumber air baku di kota tersebut.
Pemerintah sudah membangun Bendungan Sindangheula di Serang dan Bendungan Karian Barat di Lebak untuk mengatasi kesulitan air baku.
Ke depan, kata Alugoro, PT KTI ingin mengajukan kepada pemerintah untuk membangun pipa yang bisa menyalurkan air dari bendungan tersebut ke masyarakat dan juga industri.
PT Krakatau Tirta Industri (KTI), anak perusahaan PT Krakatau Steel, memiliki sejumlah visi dalam menjalankan bisnisnya. Salah satunya adalah menyediakan air khususnya untuk industri.
Seiring kemajuan teknologi, perseroan juga mulai melakukan digitalisasi. PT KTI pun bercita-cita menjadi perusahaan digital yang juga ramah lingkungan.
Direktur Utama PT Krakatau Tirta Industri Alugoro Mulyo Wahyudi mengatakan, teknologi yang diterapkan PT KTI selama ini adalah mengolah air laut menjadi air bersih. Selain itu, perseroan juga mengolah limbah air dari industri untuk bisa digunakan lagi.
Dia menjelaskan, teknologi untuk mengolah kembali limbah air industri sehingga bisa digunakan lagi menggunakan membran yang berasal dari Amerika Serikat (AS).
Oleh karena itu, dalam waktu dekat pihaknya akan bertandang ke Negeri Paman Sam untuk mempelajari teknologi membrane tersebut.
“Teknologi terus berevolusi dan juga sudah masuk proses digitalisasi. Kami ingin PT KTI ini menjadi perusahaan digital dan bukan Flinstone Company,” tukasnya dalam acara Podcast Sofa Panas yang digelar PT Krakatau Sarana Properti, dikutip Senin (26/9/2022).
Menurut dia, PT KTI saat ini masih fokus menyediakan air untuk sektor industri. Namun, pihaknya juga melakukan program CSR dengan menyalurkan air bersih kepada masyarakat melalui PDAM.
“Kami memberikan air gratis melalui PDAM yaitu 140 liter per detik. Kami juga menjual murah air ke PDAM sebanyak 100 liter per detik. Artinya, kami memberikan supply air ke PDAM hampir 250 liter per detik. Ini sudah dilakukan sejak 10-15 tahun lalu,” bebernya.
Alugoro juga menekankan keinginan PT KTI untuk menjadi green company dengan selalu memberikan perhatian lebih terhadap lingkungan.
Oleh karena itu, perusahaan yang berkantor di Cilegon, Banten, itu juga sudah meminta kepada petani yang berada di sepanjang daerah aliran sungai untuk tidak menebang pohon-pohon yang tinggi. Tak sekadar melarang, perseroan juga memberikan insentif pada petani.
“Kalau pohon-pohon tinggi di sekitar DAS ditebang maka air akan kotor dan semakin sulit untuk diolah sehingga perlu biaya lebih mahal lagi. Kami memberikan insentif kepada petani di sekitar DAS yang tidak menebang pohon yaitu Rp1,5 juta per hektare. Upaya kami ini membuahkan penghargaan Kalpataru pada 2013 lalu,” tuturnya.
Berdasarkan riset WHO dan LIPI, pada 2040 nanti dunia akan langka air bersih karena sejumlah faktor lain antara lain kerusakan lingkungan dan alih fungsi daerah serapan air menjadi perumahan, pabrik dan lain-lain.
Alugoro menambahkan, saat ini akses warga Cilegon terhadap air bersih baru mencapai 17%. Ini terjadi karena keterbatasan sumber air baku di kota tersebut.
Pemerintah sudah membangun Bendungan Sindangheula di Serang dan Bendungan Karian Barat di Lebak untuk mengatasi kesulitan air baku.
Ke depan, kata Alugoro, PT KTI ingin mengajukan kepada pemerintah untuk membangun pipa yang bisa menyalurkan air dari bendungan tersebut ke masyarakat dan juga industri.
(ind)