Optimalkan Teknologi untuk Efisiensi Bisnis, Intip Penerapan Active Intelligence pada Rantai Pasok

Kamis, 29 September 2022 - 21:01 WIB
loading...
Optimalkan Teknologi...
Ilustrasi foto/pexels/tiger lily
A A A
JAKARTA - Mengelola bisnis atau perusahaan di era digital yang serba cepat seperti saat ini tidaklah sama seperti bisnis konvensional pada umumnya. Hadirnya beragam teknologi digital yang dapat meningkatkan efisiensi dan akurasi bisnis bisa dimanfaatkan untuk mendongkrak kinerja bisnis.

Salah satunya penggunaan active intelligence dalam pengelolaan rantai pasokan (supply chain). Dengan active intelligence, informasi data mengenai rantai pasokan akan lebih akurat.

Dalam diskusi bertajuk 'Winning In Digital Disruption Era', CBO Sibernetik Integra Data Beny Prabowo mengatakan, dalam satu dekade terakhir, perubahan didorong oleh perkembangan teknologi yang sangat cepat.

Selain itu, perubahan pelaku konsumen yang menjadi tantangan besar perusahaan untuk mencerna data yang didorong dari digital, serta bagaimana membuat keputusan untuk perubahan tindakan yang perlu dilakukan dengan cepat.

"Karena kecepatan merupakan kunci agar perusahaan terus berada di depan. Tantangan ini tidak bisa dijawab dengan traditional inteligence bisnis. Jadi harus lebih ke action," ujarnya, Kamis (29/9/2022).



Hal tersebut, kata dia, menjadi pendorong utama pentingnya pemanfaatan aliran data yang secara volume lebih besar dan real time, yaitu dengan active intelligence. Dengan demikian, bisnis lebih unggul di masa sekarang dan masa ke depan.

"Active intelligence dibangun dari data service dan analitic service secara real time agar pelaku bisnis berkontribusi dalam perkembangan bisnis. Misalnya customer experience dengan loyalti program dan operasional efisensi," paparnya.

Terkait active intelligence pada rantai pasok, Beny menyebut strategi ini kerap digunakan perusahaan terutama untuk menaikkan daya saing. Dengan supply chain, sisi hulu ke hilir dapat terpantau. "Ada lima hal kita highlight, yaitu pelanggan, perencanaan, pembelian, produksi distribusi, dan penyimpanan," urainya.

Dia menambahkan, Sibernetik untuk lima tahun ke depan akan fokus pada bisnis use case. Antara lain terkait cara mendorong pendapatan, mengurangi biaya operasional, dan mitigasi yang membantu perusahaan semakin terdepan.

GM of Supply Chain Development & Performance at PT Semen Indonesia, Yoseph Budi Wicaksono menyebut dua poin yang menjadi tantangan pada supply chain di Semen Indonesia adalah skala dan standardisasi.

Skala terkait dengan pasokan semen di PT Semen Indonesia yang dalam setahun memasok kurang lebih 40 juta ton produk. Sedangkan standardisasi karena Semen Indonesia merupakan gabungan dari perusahaan semen di Indonesia. "Bicara mengelola supply chain, kita ada satu keyword, yaitu biaya untuk melayani (cost to serce) yang paling optimal," tuturnya.

Pada komponen cost to serve, terdapat data, visibility yang keputusannya harus berbasis informasi dan alat untuk mengoptimalkan rantai pasok. "Tentu akan susah kalau dikelola secara manual," tukas dia.



CEO Great Giant Food Tommy Wattimena menambahkan, Great Giant Foods yang sudah ekspor ke 65 negara memastikan di setiap komponen titik supply chain tidak ada limbah (waste). "Kita butuh teknologi untuk memastikan titik-titik poin, kita mengetahui waste. Apa yang bisa dilakukan satu sama lain," paparnya.

Sementara itu, rantai pasok yang panjang masih menjadi masalah klasik bagi perusahaan di Indonesia dan ini bisa memicu pembengkakan biaya. Untuk mengatasinya, diperlukan sistem otomatisasi dalam menjalankan setiap proses di perusahaan.

VP Product Management SiCepat Reska Donaga mengatakan, saat ini SiCepat terus berevolusi menjadi perusahaan jasa pengiriman barang yang berbasis sistem.

Proses otomasisasi yang saat ini sedang dikerjakan adalah proses sortir barang di gudang. Saat ini, proses sortir atau scan barang masih belum efisien. Ke depan, SiCepat tidak akan menggunakan tangan manusia dalam melakukan sortir barang, tetapi menggunakan teknologi robot.

"Kami sedang membuat hub warehouse. Kita tidak pakai scanner atau jasa manusia, tapi pakai robotik. Kita kepingin yang awalnya satu detik sekali scan, menjadi satu barang hanya milidetik. Jadi bisa mempercepat prosesnya dan membuat biaya lebih efisien," paparnya.

Country Director Qlik Indonesia Andreas Nataniel mengatakan, dalam otomisasi rantai pasok akan mudah dilakukan dengan bantuan kecerdasan aktif atau active intelligence.

Dia membeberkan sejumlah keuntungan dari active intelligence, mulai dari sisi permintaan barang, pergudangan, menentukan kualitas produk yang dikirim, hingga kepuasan pelanggan. "Dari aspek rantai pasok, kelebihan active intelligence bisa dilihat dari berbagai sudut," ujarnya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1915 seconds (0.1#10.140)