Usai Pandemi Terbitlah Resesi, Ini Langkah Pengusaha Mal Agar Bisnis Tak Mati

Kamis, 13 Oktober 2022 - 18:57 WIB
loading...
Usai Pandemi Terbitlah...
Mal saat ini tak hanya tempat jual beli tapi juga interaksi antar pengunjung. Foto/MPI/Faisal Rahman
A A A
JAKARTA - Baru saja bangkit dan mulai melangkah pasca dihantam pandemi, kini pengelola pusat belanja atau mal kembali harus bersiap menghadapi ancaman resesi ekonomi pada 2023.

Sebagai catatan, lembaga internasional seperti Dana Moneter Internasional atau IMF dan Bank Dunia telah memperingatkan bahwa risiko resesi global akan meningkat.

Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) memastikan ada sejumlah strategi yang disiapkan menyusul prakiraan terjadinya gejolak ekonomi global pada tahun depan. Langkah ini dilakukan agar industri ritel dan pusat perbelanjaan mampu bertahan saat krisis melanda.

Ketua APPBI Alphonzus Widjaja mengatakan, pengusaha ritel dan pusat perbelanjaan harus berinovasi dengan fokus utama pada pengunjung. Pasalnya, mal saat ini tak hanya berfungsi sebagai tempat jual beli namun juga tempat berinteraksi antara pengunjung.

Untuk itu, pengelola mal harus mampu memberikan pengalaman yang menarik dan berkesan bagi para pengunjungnya.

“Mal fungsinya buying plus journey. Kalau nggak bisa melakukan ini, nggak bisa survive. Berikutnya, kalau mau jadi leading fungsi buying-nya jadi yang kedua. Ini the next level dari pusat perbelanjaan, journey-nya itu yang harus diberikan," ujarnya dalam seminar yang digelar APPBI, Kamis (13/10/2022).



Menurut dia, bila pusat perbelanjaan hanya fokus pada produk, maka akan kalah dengan platform belanja online dan e-commerce. Berkaca dari pengalaman, kata Alphonzus, pusat perbelanjaan yang fokus pada pembelian produk tidak mampu bertahan.

“Saat ini secara umum kalau bicara mal bukan lagi soal fungsi belanja atau tempat belanja dan tak identik lagi dengan buying dan belanja. Ini yang terjadi saat ini dan sudah terjadi sebelum Covid, tapi Covid mempertegas lagi,” tukasnya.



Senada, Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan, industri ritel harus mampu menciptakan inovasi dan pengalaman yang menarik bagi pengunjung atau konsumen. Di lain sisi, Indonesia harus mendorong industri ritel sejalan dengan tren digitalisasi yang terjadi saat ini.

"Kebangkitan industri ritel menjadi penting karena ini salah satu pendorong kebangkitan ekonomi, di mana konsumsi domestik menjadi bagian penting dari pertumbuhan itu," tuturnya.



Erick menyatakan, pertumbuhan ekonomi nasional terus menunjukkan tren yang membaik. Ekonomi Indonesia masih berada di jalur positif dan hal ini juga tak terlepas dari pertumbuhan sektor perdagangan besar dan eceran yang disumbang dari aktivitas perdagangan ritel.

Maka, jika pusat perbelanjaan berinovasi dan menarik minat masyarakat, hal tersebut tentunya akan berkontribusi besar terhadap kinerja ekonomi nasional ke depannya.
(ind)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1598 seconds (0.1#10.140)