Kelaparan Melonjak, 3,1 Miliar Orang Tak Bisa Beli Makan
loading...
A
A
A
JAKARTA - Badan Pangan dan Pertanian Dunia (Food and Agriculture Organization/FAO) menyebutkan ada 3,1 miliar orang terancam tidak bisa membeli makanan karena lonjakan harga pangan.
Perwakilan FAO Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal mengatakan kenaikan harga pangan yang disebabkan tingginya harga pupuk hingga konflik geopolitik membuat kerawanan pangan mengancam negara-negara berkembang. Bahkan saat ini setidaknya masih ada sekitar 3,1 miliar orang di seluruh dunia tidak mampu membeli makanan yang sehat dan kelaparan terus meningkat.
"Ini mempengaruhi 828 juta orang pada tahun 2021 meningkat sekitar 46 juta orang sejak 2020 dan 150 juta sejak 2019," kata Rajendra, dalam pernyataan resminya, Minggu (16/10/2022).
Hanya dalam dua tahun, jumlah orang yang rawan pangan telah meningkat dari 135 juta pada 2019 menjadi 193 juta pada 2021, dan pada 2022 kemungkinan akan terbukti lebih buruk. Pada 2022 diperkirakan FAO terdapat sekitar 970.000 orang akan hidup dalam kondisi kelaparan di lima negara, seperti Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan dan Yaman, sepuluh kali lebih banyak dari enam tahun lalu.
"Kenaikan harga pangan mempengaruhi kita semua, tetapi dampaknya paling dirasakan oleh mereka yang rentan dan oleh negara-negara yang sudah mengalami krisis pangan," kata Rajendra.
Sebab itu, menurutnya semua orang perlu bekerja sama untuk mendukung negara-negara yang terkena dampak krisis pangan untuk meningkatkan produksi pangan lokal dan memperkuat ketahanan populasi yang paling rentan.
Saat ini, Aryal menyebut setidaknya dua dari setiap tiga orang yang mengalami kelaparan ekstrem adalah justru produsen makanan skala kecil dari daerah pedesaan. Sehingga membutuhkan dukungan lebih untuk membantu mewujudkan transformasi sistem pertanian.
"Untuk menghormati janji kita untuk tidak meninggalkan siapa pun, sangat penting bagi kita untuk mengubah sistem pertanian-pangan menjadi lebih efisien, lebih inklusif, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan untuk produksi yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik untuk semua," pungkasnya.
Perwakilan FAO Indonesia dan Timor Leste Rajendra Aryal mengatakan kenaikan harga pangan yang disebabkan tingginya harga pupuk hingga konflik geopolitik membuat kerawanan pangan mengancam negara-negara berkembang. Bahkan saat ini setidaknya masih ada sekitar 3,1 miliar orang di seluruh dunia tidak mampu membeli makanan yang sehat dan kelaparan terus meningkat.
"Ini mempengaruhi 828 juta orang pada tahun 2021 meningkat sekitar 46 juta orang sejak 2020 dan 150 juta sejak 2019," kata Rajendra, dalam pernyataan resminya, Minggu (16/10/2022).
Hanya dalam dua tahun, jumlah orang yang rawan pangan telah meningkat dari 135 juta pada 2019 menjadi 193 juta pada 2021, dan pada 2022 kemungkinan akan terbukti lebih buruk. Pada 2022 diperkirakan FAO terdapat sekitar 970.000 orang akan hidup dalam kondisi kelaparan di lima negara, seperti Afghanistan, Ethiopia, Somalia, Sudan Selatan dan Yaman, sepuluh kali lebih banyak dari enam tahun lalu.
"Kenaikan harga pangan mempengaruhi kita semua, tetapi dampaknya paling dirasakan oleh mereka yang rentan dan oleh negara-negara yang sudah mengalami krisis pangan," kata Rajendra.
Sebab itu, menurutnya semua orang perlu bekerja sama untuk mendukung negara-negara yang terkena dampak krisis pangan untuk meningkatkan produksi pangan lokal dan memperkuat ketahanan populasi yang paling rentan.
Saat ini, Aryal menyebut setidaknya dua dari setiap tiga orang yang mengalami kelaparan ekstrem adalah justru produsen makanan skala kecil dari daerah pedesaan. Sehingga membutuhkan dukungan lebih untuk membantu mewujudkan transformasi sistem pertanian.
"Untuk menghormati janji kita untuk tidak meninggalkan siapa pun, sangat penting bagi kita untuk mengubah sistem pertanian-pangan menjadi lebih efisien, lebih inklusif, lebih tangguh, dan lebih berkelanjutan untuk produksi yang lebih baik, nutrisi yang lebih baik, lingkungan yang lebih baik, dan kehidupan yang lebih baik untuk semua," pungkasnya.
(nng)