Sampah-sampah di Balikpapan Jadi Penggerak Ekonomi Keluarga
loading...
A
A
A
BALIKPAPAN - Sampah di Kota Balikpapan, Kalimantan Timur diolah menjadi gas methane di Tempat Pembuangan Akhir Sampah (TPAS) Manggar untuk memenuhi kebutuhan warga sehari-hari. Bahan bakar gas methane ini dimanfaatkan masyarakat sebagai pengganti gas elpiji.
Lurah Manggar Dedi Prasetia menuturkan sebanyak 304 rumah tangga atau sekitar 4 RT telah memanfaatkan gas tersebut. Disapritas harga yang cukup tinggi dibandingkan gas elpiji membuat warga banyak memanfaatkan energi tersebut. Setiap sambungan rumah tangga hanya dikenakan uang iuran Rp10.000 per bulan.
"Inflasi di sini tidak begitu berpengaruh karena ibu-ibu di sini bisa memasak sepuasnya dengan hanya membayar iuran Rp10.000 per bulan, " ungkap dia saat ditemui SINDOnews.com,di TPAS Manggar, Balikpapan, Kaltim, baru-baru ini.
Keberhasilan TPAS Manggar menjadi tempat pengolahan hingga produksi gas methane tak lepas dari peran Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) TPAS Manggar Muhammad Haryanto menuturkan pengelolaan sampah menjadi gas methane mulai efektif pada 2018 silam.
Melalui Program Waste Energy for Community (Wasteco), Pertamina mulai mengembangakan gas methane dengan mengadopsi pengelolaan teknis di industri migas dari membuat sumur gas methane hingga membangun jaringan pipa untuk dialirkan ke warga. Sampah yang masuk ke TPAS Manggar mencapai 480 - 500 ton per hari yang dipilah dan diolah menjadi gas methane.
Ketua Pengelola TPAS Manggar Suyono menambahkan TPAS Manggar mampu menghasilkan 737.999 m3 gas methane per tahun. Namun, jumlah tersebut baru sekitar 583.000 m3 per tahun yang disalurkan kepada masyarakat. "Ke depan tentu kami terus mendorong semakin banyak masyarakat menerima manfaat," tuturnya.
Penggerak Ekonomi
Keberadaan gas methana yang murah meriah dari TPAS Manggar menjadi pengungkit ekonomi warga Balikpapan. Ketua Kelompok UMKM TPAS Manggar Karti mengatakan ibu-ibu di Manggar telah membentuk kelompok UMKM dengan memproduksi beragam makanan lokal seperti Mantau hingga membuat Sauna.
Dukungan dalam beragam bentuk dilakukan oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PHM memberikan dukungan pengembangan, pelatihan hingga pendampingan membuat usaha rumahan untuk menambah nilai ekonomi masyarakat. Berdasarkan laporan PHM, ada 12 UMKM yang telah memanfaatkan gas methane untuk mengembangkan usaha. Sejak pandemi, jumlah UMKM yang terbentuk terus bertambah.
Lurah Manggar Dedi Prasetia menuturkan sebanyak 304 rumah tangga atau sekitar 4 RT telah memanfaatkan gas tersebut. Disapritas harga yang cukup tinggi dibandingkan gas elpiji membuat warga banyak memanfaatkan energi tersebut. Setiap sambungan rumah tangga hanya dikenakan uang iuran Rp10.000 per bulan.
"Inflasi di sini tidak begitu berpengaruh karena ibu-ibu di sini bisa memasak sepuasnya dengan hanya membayar iuran Rp10.000 per bulan, " ungkap dia saat ditemui SINDOnews.com,di TPAS Manggar, Balikpapan, Kaltim, baru-baru ini.
Keberhasilan TPAS Manggar menjadi tempat pengolahan hingga produksi gas methane tak lepas dari peran Pertamina Hulu Indonesia (PHI). Kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas (UPTD) TPAS Manggar Muhammad Haryanto menuturkan pengelolaan sampah menjadi gas methane mulai efektif pada 2018 silam.
Melalui Program Waste Energy for Community (Wasteco), Pertamina mulai mengembangakan gas methane dengan mengadopsi pengelolaan teknis di industri migas dari membuat sumur gas methane hingga membangun jaringan pipa untuk dialirkan ke warga. Sampah yang masuk ke TPAS Manggar mencapai 480 - 500 ton per hari yang dipilah dan diolah menjadi gas methane.
Ketua Pengelola TPAS Manggar Suyono menambahkan TPAS Manggar mampu menghasilkan 737.999 m3 gas methane per tahun. Namun, jumlah tersebut baru sekitar 583.000 m3 per tahun yang disalurkan kepada masyarakat. "Ke depan tentu kami terus mendorong semakin banyak masyarakat menerima manfaat," tuturnya.
Penggerak Ekonomi
Keberadaan gas methana yang murah meriah dari TPAS Manggar menjadi pengungkit ekonomi warga Balikpapan. Ketua Kelompok UMKM TPAS Manggar Karti mengatakan ibu-ibu di Manggar telah membentuk kelompok UMKM dengan memproduksi beragam makanan lokal seperti Mantau hingga membuat Sauna.
Dukungan dalam beragam bentuk dilakukan oleh Pertamina Hulu Mahakam (PHM). Melalui program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL), PHM memberikan dukungan pengembangan, pelatihan hingga pendampingan membuat usaha rumahan untuk menambah nilai ekonomi masyarakat. Berdasarkan laporan PHM, ada 12 UMKM yang telah memanfaatkan gas methane untuk mengembangkan usaha. Sejak pandemi, jumlah UMKM yang terbentuk terus bertambah.
(nng)