Bank Sampah Pertamina Usir Banjir dari Jakarta Utara
loading...
A
A
A
JAKARTA - Hujan deras mengguyur Jakarta Utara Kamis (10/11/2022). Dulu, saat hujan mendera, jalanan di kawasan Jakarta Utara dipenuhi “kuda besi” dengan klakson saling bersahutan untuk membelah kemacetan. Kini, kawasan yang dekat dengan pesisir Jakarta itu tertata rapih. Ruas jalan yang lebar dan bersih membuat lalu lintas lancar.
Agus Suryanto, sedang beristirahat bersama 10 anggota pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di belakang kantor kelurahan Tugu Selatan. Ketua Bank Sampah Kelurahan Tugu Selatan ini setiap hari berkeliling kawasan yang masuk di dalam wilayah Kecamatan Koja, Jakarta Utara itu.
“Setiap hari kami mengumpulkan 50 kilogram sampah dari masyarakat,”tegasnya saat ditemui di Bank Sampah Berkah Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara Kamis (10/11/2022). Dia mengatakan, Bank Sampah Berkah Tugu Selatan, merupakan salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) sejak 2019 lalu. Yakni melalui PT Pertamina Lubricants (PTPL), anak usaha Pertamina. “Sejak ada Pertamina, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang semakin tinggi,” ungkapnya.
(Baca juga:Kolaborasi Digitalisasi Sampah Dorong Ekonomi Sirkular)
Sejumlah hasil kerajinan berupa pot dari gallon plastic, juga ondel-ondel mini dari bahan yang sama, tertata rapih. “Ini salah satu hasil dari kesadarn masyarakat untuk mengelola sampah,” tegasnya.
Agus melanjutkan, sebelum ada program Bank Sampah Berkah, kawasan Kelurahan Tugu Selatan kerap diterjang banjir. Namun, banjir tak lagi menghampiri sejak 2019. “Dulu sering banjir karena sampah, khususnya plastik dan botol bekas minuman menyumbat saluran air. Sejak 2019 sudah tidak, karena masyarakat mengumpulkan sampah ke Bank Sampah,” sebutnya. Sehingga, selain memiliki nilai ekonomis, juga memiliki nilai ekologis yang tinggi.
Dia bercerita, sejak 2019 kepala kantor Kelurahan Tugu Selatan berkolaborasi dengan PTPL menggencarkan sosialisai kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah. “Sosialisasi itu sukses mengurangi sampah. Tidak hanya di rumah tangga tetapi hingga selokan dan kawasan umum. Sehingga di kawasan ini tak lagi terendam banjir,” tuturnya.
Masyarakat kawasan Tugu Selatan pun kini memiliki penampungan khusus di rumah-rumah untuk menampung sampah. Setiap kilogram sampah dihargai Rp2.500. Agus mengatakan, para pengelola bank sampah diikutkan pelatihan manajerial oleh Pertamina melalui PTPL. Selain itu, Pertamina juga membantu fasilitas perlengkapan yang dibutuhkan bank sampah, khususnya fasilitas untuk kegiatan administratif. “Pelatihan mencakup bagaimana mengelola sampah yang baik dan menyimpan yang baik,” tuturnya.
(Baca juga:Praktik Ekonomi Sirkular Dukung Terciptanya Industri Hijau)
Bendahara Bank Sampah Berkah Suhartini mengatakan, pada periode Januari-September 2022, Bank Sampah Berkah menerima 15,3 ton sampah senilai Rp43,6 juta. Sampah-sampah itu kemudian diolah menjadi beraneka kerajinan, hingg pupuk dan menghasilkan volume setara 12,1 ton senilai Rp65,15 juta. “Setelah sampah diolah selain digunakan untuk produksi kerajinan, juga dijual ke pihak lain. Saat ini tabungan warga sudah mencapai Rp19,3 juta. Jumlah nasabah sebanyak 250 orang,” tuturnya.
Di Jakarta, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume sampah yang terangkut sangat besar. Pada 2021 mencapai 7.233,82 ton per hari. Sedangkan pada 2020, jumlah sampah terangkut mencapai 7.587,49 ton per hari. Sedangkan di Jakarta Utara sempat menembus 1.064,24 ton per hari pada kuartal pertama 2020.
Tak sekadar mengelola sampah, Bank Sampah Berkah juga memiliki divisi kerajinan yang bertugas untuk mengolah sampah sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. “Kami olah galon air mineral bekas yang dijual oleh ibu-ibu seharga Rp2.000. Kami olah menjadi pot plastik, hingga ondel-ondel plastik yang akan dipasang di fasilitas publik,”ujar Wangimas (45), salah satu pengrajin di Bank Sampah Berkah. Jika dijual, harga produk kerajinan itu mencapai Rp15 ribu untuk pot dan Rp30 ribu untuk ondel-ondel dari galon air mineral bekas.
Pria asal Kotabaru Yogyakarta yang sudah 14 tahun bermukim di kelurahan Tugu Selatan itu sebelumnya berprofesi sebagai pelukis. “Disini tidak melulu soal nilai ekonomis saja tetapi juga sosial,”tegasnya. Dirinya kerap diajak keliling oleh kepala kantor kelurahan saat melakukan sosialisai ke warga, termasuk sosialisasi ke lembaga pendidikan dari sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, hingga sekolah luar biasa (SLB). “Ada program road to school. Para siswa juga diajarkan cara menyemprotkan warna ke permukaan kerajinan,” sebutnya.
Bank Sampah Berkah kelurahan Tugu Selatan juga berhasil mengolah limbah drum menjadi kursi dan wastafel yang bernilai tinggi. Proses pembuatan kursi membutuhkan waktu sekitar satu bulan. "Pertamina memberikan dukungan sangat besar kepada kami. Bahkan, produk kami pernah dikenalkan oleh pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) saat pameran di Bumi Serpong Damai (BSD) beberapa waktu lalu,”ungkap Wangimas. Menurut dia, banyak masyarakat yang melakukan penukaran sampah plastik dengan oli motor plus service ringan.
(Baca juga:Pertamina Fasilitasi Bank Sampah Produksi Energi Terbarukan)
Untuk mendapatkan 1 liter oli motor, nasabah bank sampah harus menyetorkan minimal 10 kg sampah plastik yang terdiri dari gelas dan botol minuman plastik. Jika ada kelebihan timbangan, akan dimasukan ke dalam tabungan warga.
Sementara Maliki (47), Warga RT 1 RW 3 Kampung Mangga, kelurahan Tugu Selatan mengatakan, dirinya mengumpulkan sampah plastik maupun sampah organik di rumahnya. Tak hanya berasal dari rumahnya, sampah yang dikumpulkan juga berasal dari sampah yang tercecer di sekitar rumahnya. “Dikumpulkan di rumah dulu di dalam kantong, setelah penuh ditukar. Sekarang setiap rumah sudah memiliki tempat penampungan sampah sendiri,”urainya.
Maliki memaparkan, saluran air di sekitar rumahnya kini bersih dan lancar, sehingga meskipun dilanda hujan deras, kawasan tempat tinggalnya tak pernah tergenang air maupun kebanjiran. “Kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah sudah tinggi, setiap pintu rumah ada tong sampah. Anak kecil pun sudah tebiasa membuang sampah di tempatnya. Selain itu, Bank Sampah Berkah juga mendukung ekonomi warga. Saat kami kepepet dan butuh uang, ada tabungan yang bisa kami gunakan,” tutur pria yang mengaku memiliki satu orang anak itu.
Model Ekonomi Sirkular
Sampah plastik merupakan material yang sering digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia untuk pelengkap pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Namun, sampah plastik memiliki dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Para pakar lingkungan pun mulai mengenalkan konsep ekonomi sirkular untuk mengurangi limbah.
Hasil beberapa penelitian menyebutkan, dibutuhkan 500 tahun untuk mengurai sampah plastik di bumi. Karena itu, seiring berjalannya waktu terciptalah konsep ekonomi sirkular, yang mana berfokus untuk mengurangi limbah dan polusi serta menjaga material produk agar dapat digunakan kembali.
Pakar ekonomi sirkular Alexander Sonny Keraf mengatakan, ekonomi sirkular menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan. Keberlanjutan bisnis, keberlanjutan ekologi, keberlanjutan kesejahteraan sosial bagi masyarakat, serta penciptaan lapangan kerja. “Perlu dibangun mekanisme dan sistem traceability untuk melacak dan mengumpulkan kembali sampah dan sisa-sisa kemasan produk,” tegasnya.
Penanganan sampah yangg dikelola sejak rancangan ekologis di awal, dengan mekanisme traceability, dan melibatkan kelompok masyarakat akan memberikan dampak positif secara ekonomi dan ekologi.
“Sampah bisa untuk bahan baku proses produksi berikutnya. Misalnya dikirim ke industri, diserahkan kepada yang membutuhkan, untuk pakan ternak, ikan dan lainnya. Di negara kita sampah plastik dimana-mana. Sampah makanan kedua terbesar,” sebut mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Persatuan Nasional itu.
Sementara PT Pertamia Lubricants (PTPL), terus menegaskan komitmennya dalam upaya menghadapi perubahan iklim. Selain Bank Sampah Berkah di kelurahan Tugu Selatan, Pertamina Lubricants juga membentuk Program Kampung Iklim (Proklim) Gang Hijau (GH) Cemara 001 di RW 001 Kelurahan Tugu Utara, Jakarta Utara.
Proklim Gang Hijau Cemara 001 merupakan salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)/Corporate Social Responsibility (CSR) yang berada di wilayah ring 1 salah satu pabrik pelumas PTPL Production Unit Jakarta (PUJ). Proklim GH Cemara 001 hadir melalui proses survey dan koordinasi lintas stakeholder terkait kondisi dan peluang yang ada di masyarakat RW 001, Kelurahan Tugu Utara.
Corporate Secretary PTPL, Rifqi Budi Prasetyo menyampaikan bahwa tujuan utama pembentukan Proklim adalah mendorong partisipasi masyarakat untuk melakukan upaya-upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan.
“Kami sadar bahwa operasional perusahaan akan berjalan dengan baik apabila terjadi keseimbangan hubungan antara perusahaan dan masyarakat dengan berbagai kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun lingkungan sekitarnya," tegasnya dalam keterangan resmi.
Dia menambahkan, dalam mengimplementasikan Proklim, PTPL menyalurkan bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berupa pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana kegiatan, pemberian alat penunjang kegiatan, dan pendampingan kegiatan.
Keberadaan Proklim GH Cemara 001 menunjukkan kolaborasi lintas sektor dalam pembangunan masyarakat, antara pemerintah, masyarakat, dan swasta. Hal ini sesuai dengan visi Jakarta sebagai kota kolaborasi.
Ketua RW 001 Tugu Utara Januar Ajie menegaskan, kehadiran PTPL menambahkan semangat kepada masyarakatnya untuk berbuat kebaikan demi lingkungan. “Kami berharap dengan program ini menjadi masyarakat RW 001 menjadi maju, sehat, dan mandiri,” ungkapnya.
Lihat Juga: Koperasi Pemulung Berdaya Raih Kepercayaan Kelola Dana Layanan Pembiayaan Ekonomi Sirkular
Agus Suryanto, sedang beristirahat bersama 10 anggota pekerja Penanganan Prasarana dan Sarana Umum (PPSU) di belakang kantor kelurahan Tugu Selatan. Ketua Bank Sampah Kelurahan Tugu Selatan ini setiap hari berkeliling kawasan yang masuk di dalam wilayah Kecamatan Koja, Jakarta Utara itu.
“Setiap hari kami mengumpulkan 50 kilogram sampah dari masyarakat,”tegasnya saat ditemui di Bank Sampah Berkah Kelurahan Tugu Selatan, Koja, Jakarta Utara Kamis (10/11/2022). Dia mengatakan, Bank Sampah Berkah Tugu Selatan, merupakan salah satu program Corporate Social Responsibility (CSR) PT Pertamina (Persero) sejak 2019 lalu. Yakni melalui PT Pertamina Lubricants (PTPL), anak usaha Pertamina. “Sejak ada Pertamina, kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarang semakin tinggi,” ungkapnya.
(Baca juga:Kolaborasi Digitalisasi Sampah Dorong Ekonomi Sirkular)
Sejumlah hasil kerajinan berupa pot dari gallon plastic, juga ondel-ondel mini dari bahan yang sama, tertata rapih. “Ini salah satu hasil dari kesadarn masyarakat untuk mengelola sampah,” tegasnya.
Agus melanjutkan, sebelum ada program Bank Sampah Berkah, kawasan Kelurahan Tugu Selatan kerap diterjang banjir. Namun, banjir tak lagi menghampiri sejak 2019. “Dulu sering banjir karena sampah, khususnya plastik dan botol bekas minuman menyumbat saluran air. Sejak 2019 sudah tidak, karena masyarakat mengumpulkan sampah ke Bank Sampah,” sebutnya. Sehingga, selain memiliki nilai ekonomis, juga memiliki nilai ekologis yang tinggi.
Dia bercerita, sejak 2019 kepala kantor Kelurahan Tugu Selatan berkolaborasi dengan PTPL menggencarkan sosialisai kepada masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah. “Sosialisasi itu sukses mengurangi sampah. Tidak hanya di rumah tangga tetapi hingga selokan dan kawasan umum. Sehingga di kawasan ini tak lagi terendam banjir,” tuturnya.
Masyarakat kawasan Tugu Selatan pun kini memiliki penampungan khusus di rumah-rumah untuk menampung sampah. Setiap kilogram sampah dihargai Rp2.500. Agus mengatakan, para pengelola bank sampah diikutkan pelatihan manajerial oleh Pertamina melalui PTPL. Selain itu, Pertamina juga membantu fasilitas perlengkapan yang dibutuhkan bank sampah, khususnya fasilitas untuk kegiatan administratif. “Pelatihan mencakup bagaimana mengelola sampah yang baik dan menyimpan yang baik,” tuturnya.
(Baca juga:Praktik Ekonomi Sirkular Dukung Terciptanya Industri Hijau)
Bendahara Bank Sampah Berkah Suhartini mengatakan, pada periode Januari-September 2022, Bank Sampah Berkah menerima 15,3 ton sampah senilai Rp43,6 juta. Sampah-sampah itu kemudian diolah menjadi beraneka kerajinan, hingg pupuk dan menghasilkan volume setara 12,1 ton senilai Rp65,15 juta. “Setelah sampah diolah selain digunakan untuk produksi kerajinan, juga dijual ke pihak lain. Saat ini tabungan warga sudah mencapai Rp19,3 juta. Jumlah nasabah sebanyak 250 orang,” tuturnya.
Di Jakarta, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), volume sampah yang terangkut sangat besar. Pada 2021 mencapai 7.233,82 ton per hari. Sedangkan pada 2020, jumlah sampah terangkut mencapai 7.587,49 ton per hari. Sedangkan di Jakarta Utara sempat menembus 1.064,24 ton per hari pada kuartal pertama 2020.
Tak sekadar mengelola sampah, Bank Sampah Berkah juga memiliki divisi kerajinan yang bertugas untuk mengolah sampah sehingga memiliki nilai ekonomis yang tinggi. “Kami olah galon air mineral bekas yang dijual oleh ibu-ibu seharga Rp2.000. Kami olah menjadi pot plastik, hingga ondel-ondel plastik yang akan dipasang di fasilitas publik,”ujar Wangimas (45), salah satu pengrajin di Bank Sampah Berkah. Jika dijual, harga produk kerajinan itu mencapai Rp15 ribu untuk pot dan Rp30 ribu untuk ondel-ondel dari galon air mineral bekas.
Pria asal Kotabaru Yogyakarta yang sudah 14 tahun bermukim di kelurahan Tugu Selatan itu sebelumnya berprofesi sebagai pelukis. “Disini tidak melulu soal nilai ekonomis saja tetapi juga sosial,”tegasnya. Dirinya kerap diajak keliling oleh kepala kantor kelurahan saat melakukan sosialisai ke warga, termasuk sosialisasi ke lembaga pendidikan dari sekolah dasar, sekolah menengah tingkat pertama, hingga sekolah luar biasa (SLB). “Ada program road to school. Para siswa juga diajarkan cara menyemprotkan warna ke permukaan kerajinan,” sebutnya.
Bank Sampah Berkah kelurahan Tugu Selatan juga berhasil mengolah limbah drum menjadi kursi dan wastafel yang bernilai tinggi. Proses pembuatan kursi membutuhkan waktu sekitar satu bulan. "Pertamina memberikan dukungan sangat besar kepada kami. Bahkan, produk kami pernah dikenalkan oleh pak Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) saat pameran di Bumi Serpong Damai (BSD) beberapa waktu lalu,”ungkap Wangimas. Menurut dia, banyak masyarakat yang melakukan penukaran sampah plastik dengan oli motor plus service ringan.
(Baca juga:Pertamina Fasilitasi Bank Sampah Produksi Energi Terbarukan)
Untuk mendapatkan 1 liter oli motor, nasabah bank sampah harus menyetorkan minimal 10 kg sampah plastik yang terdiri dari gelas dan botol minuman plastik. Jika ada kelebihan timbangan, akan dimasukan ke dalam tabungan warga.
Sementara Maliki (47), Warga RT 1 RW 3 Kampung Mangga, kelurahan Tugu Selatan mengatakan, dirinya mengumpulkan sampah plastik maupun sampah organik di rumahnya. Tak hanya berasal dari rumahnya, sampah yang dikumpulkan juga berasal dari sampah yang tercecer di sekitar rumahnya. “Dikumpulkan di rumah dulu di dalam kantong, setelah penuh ditukar. Sekarang setiap rumah sudah memiliki tempat penampungan sampah sendiri,”urainya.
Maliki memaparkan, saluran air di sekitar rumahnya kini bersih dan lancar, sehingga meskipun dilanda hujan deras, kawasan tempat tinggalnya tak pernah tergenang air maupun kebanjiran. “Kesadaran masyarakat untuk mengelola sampah sudah tinggi, setiap pintu rumah ada tong sampah. Anak kecil pun sudah tebiasa membuang sampah di tempatnya. Selain itu, Bank Sampah Berkah juga mendukung ekonomi warga. Saat kami kepepet dan butuh uang, ada tabungan yang bisa kami gunakan,” tutur pria yang mengaku memiliki satu orang anak itu.
Model Ekonomi Sirkular
Sampah plastik merupakan material yang sering digunakan oleh masyarakat di seluruh dunia untuk pelengkap pemenuhan kebutuhan sehari-hari. Namun, sampah plastik memiliki dampak yang tidak baik bagi lingkungan. Para pakar lingkungan pun mulai mengenalkan konsep ekonomi sirkular untuk mengurangi limbah.
Hasil beberapa penelitian menyebutkan, dibutuhkan 500 tahun untuk mengurai sampah plastik di bumi. Karena itu, seiring berjalannya waktu terciptalah konsep ekonomi sirkular, yang mana berfokus untuk mengurangi limbah dan polusi serta menjaga material produk agar dapat digunakan kembali.
Pakar ekonomi sirkular Alexander Sonny Keraf mengatakan, ekonomi sirkular menjamin tercapainya pembangunan berkelanjutan. Keberlanjutan bisnis, keberlanjutan ekologi, keberlanjutan kesejahteraan sosial bagi masyarakat, serta penciptaan lapangan kerja. “Perlu dibangun mekanisme dan sistem traceability untuk melacak dan mengumpulkan kembali sampah dan sisa-sisa kemasan produk,” tegasnya.
Penanganan sampah yangg dikelola sejak rancangan ekologis di awal, dengan mekanisme traceability, dan melibatkan kelompok masyarakat akan memberikan dampak positif secara ekonomi dan ekologi.
“Sampah bisa untuk bahan baku proses produksi berikutnya. Misalnya dikirim ke industri, diserahkan kepada yang membutuhkan, untuk pakan ternak, ikan dan lainnya. Di negara kita sampah plastik dimana-mana. Sampah makanan kedua terbesar,” sebut mantan Menteri Negara Lingkungan Hidup pada Kabinet Persatuan Nasional itu.
Sementara PT Pertamia Lubricants (PTPL), terus menegaskan komitmennya dalam upaya menghadapi perubahan iklim. Selain Bank Sampah Berkah di kelurahan Tugu Selatan, Pertamina Lubricants juga membentuk Program Kampung Iklim (Proklim) Gang Hijau (GH) Cemara 001 di RW 001 Kelurahan Tugu Utara, Jakarta Utara.
Proklim Gang Hijau Cemara 001 merupakan salah satu program Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL)/Corporate Social Responsibility (CSR) yang berada di wilayah ring 1 salah satu pabrik pelumas PTPL Production Unit Jakarta (PUJ). Proklim GH Cemara 001 hadir melalui proses survey dan koordinasi lintas stakeholder terkait kondisi dan peluang yang ada di masyarakat RW 001, Kelurahan Tugu Utara.
Corporate Secretary PTPL, Rifqi Budi Prasetyo menyampaikan bahwa tujuan utama pembentukan Proklim adalah mendorong partisipasi masyarakat untuk melakukan upaya-upaya adaptasi dan mitigasi perubahan iklim secara berkelanjutan.
“Kami sadar bahwa operasional perusahaan akan berjalan dengan baik apabila terjadi keseimbangan hubungan antara perusahaan dan masyarakat dengan berbagai kegiatan yang dapat memberikan manfaat bagi masyarakat maupun lingkungan sekitarnya," tegasnya dalam keterangan resmi.
Dia menambahkan, dalam mengimplementasikan Proklim, PTPL menyalurkan bantuan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan (TJSL) berupa pelatihan, pembangunan sarana dan prasarana kegiatan, pemberian alat penunjang kegiatan, dan pendampingan kegiatan.
Keberadaan Proklim GH Cemara 001 menunjukkan kolaborasi lintas sektor dalam pembangunan masyarakat, antara pemerintah, masyarakat, dan swasta. Hal ini sesuai dengan visi Jakarta sebagai kota kolaborasi.
Ketua RW 001 Tugu Utara Januar Ajie menegaskan, kehadiran PTPL menambahkan semangat kepada masyarakatnya untuk berbuat kebaikan demi lingkungan. “Kami berharap dengan program ini menjadi masyarakat RW 001 menjadi maju, sehat, dan mandiri,” ungkapnya.
Lihat Juga: Koperasi Pemulung Berdaya Raih Kepercayaan Kelola Dana Layanan Pembiayaan Ekonomi Sirkular
(dar)