Di Forum G20, Sri Mulyani Ungkap Strategi Indonesia Redam Inflasi Global
loading...
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati. FOTO/Reuters
A
A
A
BALI - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengungkapkan strategi Indonesia meredam gejolak inflasi global, yakni dengan cara memperkuat fundamental dalam negeri. Salah satunya berupaya untuk menjaga daya beli masyarakat dengan menjaga permintaan domestik.
"Itu menjadi pilihan kebijakan. Dari situ bisa dilihat bahwa permintaan rumah tangga meningkat, tetapi di sisi lain kami harus membuat pilihan lain seperti memutuskan untuk menaikkan harga BBM hingga 30%," ujar Sri Mulyani dalam Bloomberg CEO Forum - G20 Side Event, di Bali, Jumat (11/11/2022).
Menurut dia kenaikan harga BBM diperlukan disebabkan melonjaknya harga minyak dunia. Ia berekspektasi inflasi akan naik menjadi 6,8% tapi yang terjadi hanya meningkat 5,9%, dan saat ini 5,7%.
"Kenapa Indonesia bisa melakukannya, karena koordinasi antara pemerintah pusat, dengan Presiden Jokowi mengamati akar inflasinya secara detail, dan pemerintah daerah hingga lokal," ungkap Sri.
Tidak hanya itu, kenaikan suku bunga juga diperlukan untuk meredam inflasi. Hal ini tentunya baik, dari sisi konsumsi Indonesia masih cukup kuat di kuartal III 2022, pendapatan rumah tangga middle up juga memegang peran kuat dalam mendukung pemulihan. Sri Mulyani juga telah berdiskusi dengan DPR terkait defisit APBN 2023 berkomitmen untuk menekan hingga ke 2,84%.
"Kami secara hati-hati mengkalibrasi, dan kami juga tidak sepenuhnya buta bahwa kondisi global akan benar-benar dinamis. Kami harus terus bersiap untuk apapun, misalnya harga komoditas bisa menanjak tinggi tapi kemudian menurun kembali," pungkas Sri.
"Itu menjadi pilihan kebijakan. Dari situ bisa dilihat bahwa permintaan rumah tangga meningkat, tetapi di sisi lain kami harus membuat pilihan lain seperti memutuskan untuk menaikkan harga BBM hingga 30%," ujar Sri Mulyani dalam Bloomberg CEO Forum - G20 Side Event, di Bali, Jumat (11/11/2022).
Menurut dia kenaikan harga BBM diperlukan disebabkan melonjaknya harga minyak dunia. Ia berekspektasi inflasi akan naik menjadi 6,8% tapi yang terjadi hanya meningkat 5,9%, dan saat ini 5,7%.
"Kenapa Indonesia bisa melakukannya, karena koordinasi antara pemerintah pusat, dengan Presiden Jokowi mengamati akar inflasinya secara detail, dan pemerintah daerah hingga lokal," ungkap Sri.
Tidak hanya itu, kenaikan suku bunga juga diperlukan untuk meredam inflasi. Hal ini tentunya baik, dari sisi konsumsi Indonesia masih cukup kuat di kuartal III 2022, pendapatan rumah tangga middle up juga memegang peran kuat dalam mendukung pemulihan. Sri Mulyani juga telah berdiskusi dengan DPR terkait defisit APBN 2023 berkomitmen untuk menekan hingga ke 2,84%.
"Kami secara hati-hati mengkalibrasi, dan kami juga tidak sepenuhnya buta bahwa kondisi global akan benar-benar dinamis. Kami harus terus bersiap untuk apapun, misalnya harga komoditas bisa menanjak tinggi tapi kemudian menurun kembali," pungkas Sri.
(nng)
Explore More