Perlombaan Eropa Mengamankan Gas untuk Musim Dingin Selanjutnya Sudah Dimulai
loading...
A
A
A
BRUSSELS - Eropa bergerak cepat mengisi pasokan gas untuk beberapa tahun ke depan, meski Benua Biru telah mengisi cadangan gas alamnya untuk musim dingin 2022. Jam terus berdetak bagi Eropa supaya mengamankan energi untuk tahun-tahun mendatang, yang diperkirakan ancaman krisis gas Eropa masih akan membayangi.
Penyimpanan gas Uni Eropa saat ini telah penuh mencapai sekitar 95%, dan banyak analis menyakini Eropa bisa menghindari bencana energi musim dingin kali ini. Tetapi pengadaan gas untuk musim dingin yang akan datang secara luas diperkirakan akan menjadi lebih sulit bagi negara-negara Eropa.
Pasalnya mereka akan secara penuh terputus dari pasokan Rusia, ditambah ketatnya persaingan global dalam mengamankan kargo gas alam cair yang terbatas. Ada sedikit tambahan LNG yang akan masuk ke pasar internasional hingga sekitar tahun 2026, ketika proyek yang direncanakan di AS (Amerika Serikat) dan Qatar bakal mulai beroperasi.
Meski begitu Eropa kemungkinan besar masih harus bersaing untuk mendapatkan pasokan yang ketat selama beberapa tahun ke depan.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina, beberapa perusahaan Eropa menandatangani kontrak untuk mendapatkan LNG AS. Sekarang para pelaku bisnis yang mengandalkan gas mengatakan, benua Eropa akan membutuhkan lebih banyak untuk tahun-tahun mendatang.
Negosiasi itu menunjukkan meningkatnya masalah keamanan energi, kata beberapa orang. Namun semua itu menjadi rumit karena ketika banyak orang di Eropa mencari gas selama lima hingga 10 tahun ke depan, beberapa pejabat perusahaan dan pemerintah enggan menandatangani kontrak pasokan jangka panjang.
Jerman dan negara-negara Eropa lainnya telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara dramatis, dan perusahaan-perusahaan khawatir mereka tidak dapat menggunakan gas tidak lama lagi.
"BASF dan Uniper sedang mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak gas alam, termasuk melalui LNG," kata juru bicara perusahaan itu.
Pejabat pemerintah Jerman sedang memantau diskusi tentang pasokan gas, termasuk pembicaraan terpisah dengan perusahaan minyak dan gas Norwegia Equinor ASA. Sumber terdekat bahkan menyatakan, terkadang mereka memberikan saran ke perusahaan yang harus dihubungi eksportir.
Seorang juru bicara Kementerian Ekonomi dan Iklim Jerman mengatakan, bahwa pembelian gas adalah tanggung jawab perusahaan.
Kepala Eksekutif Equinor, Anders Opedal mengatakan, dalam sebuah wawancara baru-baru ini: "Kami bekerja sama dengan industri Jerman untuk menemukan titik temu untuk potensi investasi masa depan," dalam minyak dan gas serta energi rendah karbon.
Dilansir Wall Street Journal menyebutkan, pejabat UE telah mengusulkan pembentukan kolektif perusahaan Eropa untuk mengoordinasikan pembicaraan kesepakatan gas dan bersama-sama membeli bahan bakar, sehingga menghindari penawaran satu sama lain untuk gas yang sama.
Pada bulan Oktober, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner menyatakan dukungan untuk gagasan tersebut. Tetapi beberapa eksekutif perusahaan dan pejabat pemerintah meragukan program semacam itu akan berhasil karena kompleksitas pasar gas dan kebutuhan yang berbeda di antara negara-negara, dan beberapa perusahaan melakukan negosiasi sendiri.
"Kami tidak sepenuhnya yakin tentang manfaat dan keuntungan yang dapat dicapai dengan menggabungkan pengadaan gas di tingkat Eropa," kata juru bicara RWEAG, utilitas Jerman yang menandatangani kesepakatan 15 tahun yang tidak mengikat dengan eksportir LNG AS Sempra Infrastructure pada bulan Mei.
Dia mengatakan, RWE mendesak pejabat pemerintah untuk mendukung kontrak gas jangka panjang.
Perusahaan-perusahaan Jerman tidak sendirian dalam upaya mengamankan gas. Negara-negara termasuk Prancis dan Inggris menghadapi ancaman kekurangan daya, dan eksekutif LNG AS telah menyerukan kepada pemerintah Eropa untuk mencari kesepakatan.
Anak perusahaan dari perusahaan kimia Inggris, Ineos Group AG menandatangani perjanjian pasokan yang tidak mengikat dengan Sempra pada awal tahun ini, seperti halnya perusahaan energi Polandia, Polskie Gornictwo Naftowe i Gazownictwo SA.
Seorang juru bicara pemerintah Inggris mengatakan, sedang bekerja dengan pemasok domestik dan internasional untuk mengeksplorasi kontrak yang dapat meningkatkan keamanan pasokan energi.
Sementara itu oposisi bersikeras perlunya kesepakatan gas jangka panjang yang menurut beberapa orang dapat menggagalkan target perubahan iklim yang bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca.
"Sulit untuk melihat bagaimana mereka kompatibel dengan rencana dekarbonisasi," kata Jill Duggan, direktur eksekutif untuk Eropa di organisasi nirlaba Environmental Defense Fund.
Para pejabat Jerman sebelumnya mengatakan, mereka memperkirakan permintaan gas alam negara itu akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2030, kemudian secara bertahap bakal memberi jalan kepada energi yang lebih terbarukan.
Ketegangan antara kebutuhan energi mendesak Eropa dan aspirasi iklim jangka panjang menciptakan pasar yang rumit bagi pembeli Eropa serta penjual AS. Pengembang proyek LNG perlu menandatangani kontrak jangka panjang dengan pelanggan untuk membiayai pabrik bernilai miliaran dolar yang mengubah gas menjadi cair untuk ekspor.
Beberapa orang Eropa mencari cara untuk memuaskan eksportir sambil mempertahankan target iklim. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah menandatangani kesepakatan jangka panjang dan menjual kembali sebagian gas di pasar luar negeri untuk tahun-tahun berikutnya.
Opsi itu diizinkan oleh sebagian besar kontrak LNG AS, menurut eksekutif perusahaan, bankir, dan lainnya yang diberi pengarahan tentang pembicaraan tersebut. Opsi lain yang sedang dibahas adalah bagi pembeli berinvestasi langsung dalam proyek LNG dan menandatangani kontrak pasokan jangka pendek.
Orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan kesepakatan mengatakan kesenjangan lain tetap ada antara pembeli dan penjual. Pembeli Eropa menginginkan harga yang lebih rendah dari penjual AS, dengan alasan bahwa mereka telah mendapat untung besar dari krisis energi Eropa.
Sedangkan Penjual AS mengatakan pembeli tidak menghargai inflasi dan biaya transportasi serta risiko keuangan yang ditanggung perusahaan. Diproyeksikan bahwa harga akan naik lagi dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.
Commonwealth LNG yang sedang mengembangkan pabrik LNG AS baru yang tepatnya berada di Louisiana Selatan, terbuka untuk kontrak 10 tahun. "Tetapi dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kesepakatan 20 tahun," kata Ketua eksekutif perusahaan, Paul Varello.
Kontrak yang lebih pendek akan mengharuskan eksportir untuk mengamortisasi utang dalam periode yang lebih pendek.
"Aman untuk mengatakan perusahaan yang dapat menawarkan (durasi kontrak) yang fleksibel dan fleksibilitas seputar penetapan harga" akan menandatangani kesepakatan dengan orang Eropa," kata Varello.
Ketidaksepakatan tentang urgensi potensi kekurangan gas adalah poin yang melekat. Beberapa pejabat Jerman baru-baru ini menyarankan dalam diskusi pribadi bahwa mereka merasakan lebih sedikit tekanan untuk mencapai kesepakatan pasokan gas sebelum akhir tahun.
Alasannya mengutip sumber terdekat yakni harga lebih rendah dan volume penyimpanan yang lebih baik dari yang diharapkan. Beberapa eksekutif bisnis Eropa khawatir bahwa bantalan itu hanya sementara, dan kurangnya kemauan politik menciptakan risiko untuk musim dingin di masa depan.
Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris memperingatkan bulan ini bahwa Eropa berisiko tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya tahun depan dan mendesaknya untuk melakukan penghematan gas lebih besar serta beralih ke sumber energi terbarukan lainnya.
Kekurangan gas alam Eropa pada musim panas 2023 bisa mencapai 30 miliar meter kubik, menurut perkiraan IEA. "Eropa pada dasarnya perlu melakukan semua yang bisa dilakukan," kata Direktur IEA untuk pasar energi dan keamanan, Keisuke Sadamori.
Penyimpanan gas Uni Eropa saat ini telah penuh mencapai sekitar 95%, dan banyak analis menyakini Eropa bisa menghindari bencana energi musim dingin kali ini. Tetapi pengadaan gas untuk musim dingin yang akan datang secara luas diperkirakan akan menjadi lebih sulit bagi negara-negara Eropa.
Pasalnya mereka akan secara penuh terputus dari pasokan Rusia, ditambah ketatnya persaingan global dalam mengamankan kargo gas alam cair yang terbatas. Ada sedikit tambahan LNG yang akan masuk ke pasar internasional hingga sekitar tahun 2026, ketika proyek yang direncanakan di AS (Amerika Serikat) dan Qatar bakal mulai beroperasi.
Meski begitu Eropa kemungkinan besar masih harus bersaing untuk mendapatkan pasokan yang ketat selama beberapa tahun ke depan.
Setelah invasi Rusia ke Ukraina, beberapa perusahaan Eropa menandatangani kontrak untuk mendapatkan LNG AS. Sekarang para pelaku bisnis yang mengandalkan gas mengatakan, benua Eropa akan membutuhkan lebih banyak untuk tahun-tahun mendatang.
Negosiasi itu menunjukkan meningkatnya masalah keamanan energi, kata beberapa orang. Namun semua itu menjadi rumit karena ketika banyak orang di Eropa mencari gas selama lima hingga 10 tahun ke depan, beberapa pejabat perusahaan dan pemerintah enggan menandatangani kontrak pasokan jangka panjang.
Jerman dan negara-negara Eropa lainnya telah menetapkan target ambisius untuk mengurangi konsumsi bahan bakar fosil secara dramatis, dan perusahaan-perusahaan khawatir mereka tidak dapat menggunakan gas tidak lama lagi.
"BASF dan Uniper sedang mencari cara untuk mendapatkan lebih banyak gas alam, termasuk melalui LNG," kata juru bicara perusahaan itu.
Pejabat pemerintah Jerman sedang memantau diskusi tentang pasokan gas, termasuk pembicaraan terpisah dengan perusahaan minyak dan gas Norwegia Equinor ASA. Sumber terdekat bahkan menyatakan, terkadang mereka memberikan saran ke perusahaan yang harus dihubungi eksportir.
Seorang juru bicara Kementerian Ekonomi dan Iklim Jerman mengatakan, bahwa pembelian gas adalah tanggung jawab perusahaan.
Kepala Eksekutif Equinor, Anders Opedal mengatakan, dalam sebuah wawancara baru-baru ini: "Kami bekerja sama dengan industri Jerman untuk menemukan titik temu untuk potensi investasi masa depan," dalam minyak dan gas serta energi rendah karbon.
Dilansir Wall Street Journal menyebutkan, pejabat UE telah mengusulkan pembentukan kolektif perusahaan Eropa untuk mengoordinasikan pembicaraan kesepakatan gas dan bersama-sama membeli bahan bakar, sehingga menghindari penawaran satu sama lain untuk gas yang sama.
Pada bulan Oktober, Menteri Keuangan Jerman Christian Lindner menyatakan dukungan untuk gagasan tersebut. Tetapi beberapa eksekutif perusahaan dan pejabat pemerintah meragukan program semacam itu akan berhasil karena kompleksitas pasar gas dan kebutuhan yang berbeda di antara negara-negara, dan beberapa perusahaan melakukan negosiasi sendiri.
"Kami tidak sepenuhnya yakin tentang manfaat dan keuntungan yang dapat dicapai dengan menggabungkan pengadaan gas di tingkat Eropa," kata juru bicara RWEAG, utilitas Jerman yang menandatangani kesepakatan 15 tahun yang tidak mengikat dengan eksportir LNG AS Sempra Infrastructure pada bulan Mei.
Dia mengatakan, RWE mendesak pejabat pemerintah untuk mendukung kontrak gas jangka panjang.
Perusahaan-perusahaan Jerman tidak sendirian dalam upaya mengamankan gas. Negara-negara termasuk Prancis dan Inggris menghadapi ancaman kekurangan daya, dan eksekutif LNG AS telah menyerukan kepada pemerintah Eropa untuk mencari kesepakatan.
Anak perusahaan dari perusahaan kimia Inggris, Ineos Group AG menandatangani perjanjian pasokan yang tidak mengikat dengan Sempra pada awal tahun ini, seperti halnya perusahaan energi Polandia, Polskie Gornictwo Naftowe i Gazownictwo SA.
Seorang juru bicara pemerintah Inggris mengatakan, sedang bekerja dengan pemasok domestik dan internasional untuk mengeksplorasi kontrak yang dapat meningkatkan keamanan pasokan energi.
Sementara itu oposisi bersikeras perlunya kesepakatan gas jangka panjang yang menurut beberapa orang dapat menggagalkan target perubahan iklim yang bertujuan menurunkan emisi gas rumah kaca.
"Sulit untuk melihat bagaimana mereka kompatibel dengan rencana dekarbonisasi," kata Jill Duggan, direktur eksekutif untuk Eropa di organisasi nirlaba Environmental Defense Fund.
Para pejabat Jerman sebelumnya mengatakan, mereka memperkirakan permintaan gas alam negara itu akan mencapai puncaknya sekitar tahun 2030, kemudian secara bertahap bakal memberi jalan kepada energi yang lebih terbarukan.
Ketegangan antara kebutuhan energi mendesak Eropa dan aspirasi iklim jangka panjang menciptakan pasar yang rumit bagi pembeli Eropa serta penjual AS. Pengembang proyek LNG perlu menandatangani kontrak jangka panjang dengan pelanggan untuk membiayai pabrik bernilai miliaran dolar yang mengubah gas menjadi cair untuk ekspor.
Beberapa orang Eropa mencari cara untuk memuaskan eksportir sambil mempertahankan target iklim. Salah satu opsi yang sedang dipertimbangkan adalah menandatangani kesepakatan jangka panjang dan menjual kembali sebagian gas di pasar luar negeri untuk tahun-tahun berikutnya.
Opsi itu diizinkan oleh sebagian besar kontrak LNG AS, menurut eksekutif perusahaan, bankir, dan lainnya yang diberi pengarahan tentang pembicaraan tersebut. Opsi lain yang sedang dibahas adalah bagi pembeli berinvestasi langsung dalam proyek LNG dan menandatangani kontrak pasokan jangka pendek.
Orang-orang yang terlibat dalam pembicaraan kesepakatan mengatakan kesenjangan lain tetap ada antara pembeli dan penjual. Pembeli Eropa menginginkan harga yang lebih rendah dari penjual AS, dengan alasan bahwa mereka telah mendapat untung besar dari krisis energi Eropa.
Sedangkan Penjual AS mengatakan pembeli tidak menghargai inflasi dan biaya transportasi serta risiko keuangan yang ditanggung perusahaan. Diproyeksikan bahwa harga akan naik lagi dalam beberapa bulan dan tahun mendatang.
Commonwealth LNG yang sedang mengembangkan pabrik LNG AS baru yang tepatnya berada di Louisiana Selatan, terbuka untuk kontrak 10 tahun. "Tetapi dengan harga yang lebih tinggi dibandingkan dengan kesepakatan 20 tahun," kata Ketua eksekutif perusahaan, Paul Varello.
Kontrak yang lebih pendek akan mengharuskan eksportir untuk mengamortisasi utang dalam periode yang lebih pendek.
"Aman untuk mengatakan perusahaan yang dapat menawarkan (durasi kontrak) yang fleksibel dan fleksibilitas seputar penetapan harga" akan menandatangani kesepakatan dengan orang Eropa," kata Varello.
Ketidaksepakatan tentang urgensi potensi kekurangan gas adalah poin yang melekat. Beberapa pejabat Jerman baru-baru ini menyarankan dalam diskusi pribadi bahwa mereka merasakan lebih sedikit tekanan untuk mencapai kesepakatan pasokan gas sebelum akhir tahun.
Alasannya mengutip sumber terdekat yakni harga lebih rendah dan volume penyimpanan yang lebih baik dari yang diharapkan. Beberapa eksekutif bisnis Eropa khawatir bahwa bantalan itu hanya sementara, dan kurangnya kemauan politik menciptakan risiko untuk musim dingin di masa depan.
Badan Energi Internasional yang berbasis di Paris memperingatkan bulan ini bahwa Eropa berisiko tidak dapat memenuhi kebutuhan energinya tahun depan dan mendesaknya untuk melakukan penghematan gas lebih besar serta beralih ke sumber energi terbarukan lainnya.
Kekurangan gas alam Eropa pada musim panas 2023 bisa mencapai 30 miliar meter kubik, menurut perkiraan IEA. "Eropa pada dasarnya perlu melakukan semua yang bisa dilakukan," kata Direktur IEA untuk pasar energi dan keamanan, Keisuke Sadamori.
(akr)