Balik Arah, Negara-negara BRICS Tolak Dedolarisasi

Senin, 18 November 2024 - 11:52 WIB
loading...
Balik Arah, Negara-negara...
Presiden Rusia Vladimir Putin, PM India Narendra Modi dan Pempimpin tertinggi China Xi Jinping. FOTO/TASS
A A A
JAKARTA - Aliansi BRICS sangat bersemangat untuk memulai agenda dedolarisasi hingga Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-16 di Kazan, Rusia. Keadaan kini berbalik arah karena para anggota blok ini perlahan-lahan mundur dari inisiatif ini. Dolar AS dipandang sebagai penjahat utama ekonomi global di mana mata uang lokal berada di bawah kekuasaannya.

Agenda untuk membebaskan diri dari cengkeraman dolar AS memicu proses dedolarisasi yang dimulai oleh blok BRICS. Setelah Trump merebut kembali Gedung Putih, pembicaraan mengenai penggunaan dolar AS untuk perdagangan berkembang di antara negara-negara anggota.



Trump bersumpah untuk memberlakukan tarif 100% untuk semua barang yang masuk ke AS bagi negara-negara yang mencela dolar AS. Jika tarif ini diberlakukan, perbedaan finansial dapat menghantam aliansi BRICS lebih keras dari yang diperkirakan.

Sektor impor dan ekspor mereka akan menjadi yang pertama terpukul dan mengalami kerugian karena harus membayar lebih banyak pajak. Hal ini dapat membuat BRICS memikirkan kembali strategi mereka, karena dedolarisasi hanya akan merugikan ekonomi.

Anggota BRICS, India, adalah negara pertama yang secara terbuka menolak agenda dedolarisasi yang digagas oleh blok tersebut. Menteri Luar Negeri India, S. Jaishankar menegaskan negaranya tidak tertarik pada proses dedolarisasi. Ia mengungkapkan India akan menggunakan mata uang lokal hanya ketika opsi untuk tidak menyelesaikan perdagangan dalam dolar AS muncul.

"Kami tidak pernah secara aktif menargetkan dolar AS. Itu bukan bagian dari kebijakan ekonomi, politik, atau strategis kami," ujar dia, dikutip dari Watcher Guru, Senin (18/11/2024).



Selain itu, anggota BRICS, Rusia, juga secara perlahan-lahan mundur dari proses dedolarisasi setelah kemenangan Trump. Putin menyebut USD sebagai "pilar kekuatan AS". "Proposal-proposal kami tidak ditujukan untuk melawan Dolar. Ini hanyalah cara kami menjawab tantangan zaman modern, sebagai respons terhadap perkembangan ekonomi yang kami pikirkan," tegas Putin.
(nng)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.0887 seconds (0.1#10.140)