Dari Kalosi ke Cindakko, Pertamina Bangkitkan Kopi Sulsel hingga Mancanegara
loading...
A
A
A
Tak hanya pada sektor hulu, Pertamina berperan dalam mengembangkan komoditi kopi yang menjadi salah satu andalan Sulsel ini.
Di Dusun Cindakko Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, PT Pertamina juga menggandeng warga Pertamina Ajak Warga Dusun mengembangkan komoditi tersebut dari hulu hingga ke hilir. Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), Pertamina mengajak petani kopi di Dusun Cindakko, Desa Bontosomba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Program yang bertemakan “Gerakan Penanaman 22.000 Pohon Kopi Cindakko” ini, merupakan hasil kerja sama antara Pertamina MOR VII dengan Yayasan Wanua Panrita. Yayasan ini merupakan lembaga non-profit yang berdiri sejak tahun 2018 dan fokus pada bidang pendidikan, sosial dan ekonomi.
Ketua Yayasan Wanua Panrita, Hasdinar mengatakan, kegiatan ini melibatkan 60 orang petani kopi dari Dusun Cindakko dengan menanam 22 ribu pohon kopi di hampir 55 hektare lahan tanam. Jenis pohon kopi yang ditanam pada kegiatan kali ini merupakan kopi khas Dusun Cindakko.
Kopi Cindakko pernah diikutkan dalam festival International Coffee Day yang diselenggarakan pada 1 Oktober 2019 lalu di Kota Makassar dan menjadi salah satu varian paling menarik minat pecinta kopi di acara tersebut.
Proses penanaman bibit kopi Cindakko, Maros
“Hadirnya Pertamina memberikan multiflier efek terhadap kehidupan warga di Cindakko, efek sosial, ekonomi, dan budaya. Efek sosial, misalnya mereka yang dulu dikenal sebagai orang gunung, kini bisa berbangga disebut petani kopi, penghasil kopi terbaik. Dan, efek ekonomi ada tambahan penghasilan,” paparnya.
Dia memaparkan, sebenarnya warga di sana sudah lama mengembangkan kopi, hanya saja tidak menerapkan prinsip Good Agriculture Practice (GAP) dan produksinya masih rendah, tidak cukup 500 kg per tahun.
“Nah, karena kopi Cindakko ini punya kualitas yang bisa bersaing dengan Kopi Toraja atau Kopi Kalosi makanya kita coba ajarkan ke petani kopi. Beruntung usaha kami gayung bersambut dari Pertamina mendukung sebagai sponsor utama dalam pendampingan budidaya kopi,” paparnya.
Jadi, Pertamina menyediakan dana untuk melakukan pemberdayaan mulai dari penanaman kopi sampai dengan pemasaran.
“Tanaman kopi ini kak jadi harapan baru buat warga di Dusun Cindakko, bahkan berkat kopi ini semakin banyak orang datang ke desa ini untuk belajar,” paparnya.
Unit Manager Communication & CSR PT Pertamina MOR VII, Hatim Ilwan mengatakan, tujuan dari program ini adalah memberikan keterampilan bagi masyarakat Dusun Cindakko dalam membudidayakan kopi yang benar dan efektif sehingga membuka alternatif penghasilan lain bagi masyarakat.
Di Dusun Cindakko Desa Bonto Somba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, PT Pertamina juga menggandeng warga Pertamina Ajak Warga Dusun mengembangkan komoditi tersebut dari hulu hingga ke hilir. Melalui program Corporate Social Responsibility (CSR), Pertamina mengajak petani kopi di Dusun Cindakko, Desa Bontosomba, Kecamatan Tompobulu, Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Program yang bertemakan “Gerakan Penanaman 22.000 Pohon Kopi Cindakko” ini, merupakan hasil kerja sama antara Pertamina MOR VII dengan Yayasan Wanua Panrita. Yayasan ini merupakan lembaga non-profit yang berdiri sejak tahun 2018 dan fokus pada bidang pendidikan, sosial dan ekonomi.
Ketua Yayasan Wanua Panrita, Hasdinar mengatakan, kegiatan ini melibatkan 60 orang petani kopi dari Dusun Cindakko dengan menanam 22 ribu pohon kopi di hampir 55 hektare lahan tanam. Jenis pohon kopi yang ditanam pada kegiatan kali ini merupakan kopi khas Dusun Cindakko.
Kopi Cindakko pernah diikutkan dalam festival International Coffee Day yang diselenggarakan pada 1 Oktober 2019 lalu di Kota Makassar dan menjadi salah satu varian paling menarik minat pecinta kopi di acara tersebut.
Proses penanaman bibit kopi Cindakko, Maros
“Hadirnya Pertamina memberikan multiflier efek terhadap kehidupan warga di Cindakko, efek sosial, ekonomi, dan budaya. Efek sosial, misalnya mereka yang dulu dikenal sebagai orang gunung, kini bisa berbangga disebut petani kopi, penghasil kopi terbaik. Dan, efek ekonomi ada tambahan penghasilan,” paparnya.
Dia memaparkan, sebenarnya warga di sana sudah lama mengembangkan kopi, hanya saja tidak menerapkan prinsip Good Agriculture Practice (GAP) dan produksinya masih rendah, tidak cukup 500 kg per tahun.
“Nah, karena kopi Cindakko ini punya kualitas yang bisa bersaing dengan Kopi Toraja atau Kopi Kalosi makanya kita coba ajarkan ke petani kopi. Beruntung usaha kami gayung bersambut dari Pertamina mendukung sebagai sponsor utama dalam pendampingan budidaya kopi,” paparnya.
Jadi, Pertamina menyediakan dana untuk melakukan pemberdayaan mulai dari penanaman kopi sampai dengan pemasaran.
“Tanaman kopi ini kak jadi harapan baru buat warga di Dusun Cindakko, bahkan berkat kopi ini semakin banyak orang datang ke desa ini untuk belajar,” paparnya.
Unit Manager Communication & CSR PT Pertamina MOR VII, Hatim Ilwan mengatakan, tujuan dari program ini adalah memberikan keterampilan bagi masyarakat Dusun Cindakko dalam membudidayakan kopi yang benar dan efektif sehingga membuka alternatif penghasilan lain bagi masyarakat.