Bicara Ahlak, Erick Thohir Minta Pimpinan BUMN Belajar dari Petugas Kebersihan KRL
loading...
A
A
A
JAKARTA - Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengapresiasi sikap jujur dan disiplin yang dilakukan Mujenih petugas kebersihan dan Egi Sandi Petugas Pengawalan di KRL Commuterline. Erick menyebut sikap itu harus ditiru oleh seluruh pemimpin di Indonesia.
Erick menilai, sikap jujur dan disiplin yang ditunjukkan kedua petugas PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) tersebut karena didasarkan pada akhlak yang baik.
"Ternyata apa yang dilakukan oleh Egi dan Mujenih itu sesuatu yang luar biasa bagi kita semua, apalagi ini bersinergi dengan BUMN. Karena itu, saya harapkan ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua terutama para pimpinan bahwa memang kebetulan kita diberikan amanah, kita juga harus siap akhlak itu sendiri jika kita mau sukses," ujar Erick dalam konferensi pers secara virtual, Jakarta, Senin (13/7/2020).
Dirinya juga menyebut tindakan luar biasa yang dilakukan Egi dan Mujenih tidak semata simbolik. Namun, sikap itu, menunjukkan bahwa Indonesia sebagai bangsa besar yang berpegang teguh pada prinsip kejujuran dan disiplin yang tinggi yang didasari pada akhlak.
(Baca Juga: Bukan yang Pertama, Begini Cerita Petugas Kebersihan yang Temukan Uang Rp500 Juta di KRL)
Ahlak, lanjut Erick, harus menjadi landasan dalam setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. Semuanya akan hambar dan tak ada artinya jika tidak dilandasi oleh akhlak itu sendiri.
"Karena tanggung jawab dan yang terpenting apa yang kita sepakati bersama bahwa apa yang kita lakukan tak ada artinya kalau tidak didasari oleh akhlak. Karena itu, kemarin ketika beritanya ada di mana-mana, saya rasa ini poin yang sangat bagus, kebetulan kami di BUMN juga punya prinsip bahwa akhlak menjadi landasan utama," ujarnya.
Dia juga mengatakan, sikap disiplin dapat menjadi kunci bagi indonesia untuk keluar dari persoalan Covid-19. Di mana masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan yang sudah dirumuskan pemerintah. "Karena kunci ya tadi, untuk melawan Covid-19 ini, ya kita harus disiplin dan ini harus kita jaga. Dan kemarin saya bilang juga sebelumnya kita terus mengobati, suksesnya kita melawan Covid kalau masyarakat itu disiplin dan berpartisipasi untuk menangani itu semua. Dan Insya Allah apa yang diberikan (contoh) oleh mas Egi dan Mujani menginspirasi generasi muda kita," tegasnya.
Untuk diketahui, pada 6 Juli 2020 lalu, tepatnya pukul 16.40 WIB, petugas kebersihan kereta Mujenih dan Petugas Pengawalan KRL Egi Sandi menemukan barang yang tertinggal di kereta kedua dari kereta yang akan tiba di Stasiun Bogor. Barang tersebut berupa plastik berisi uang dalam bungkusan koran.
Mujenih dan Egi kemudian menyerahkan ke petugas Passenger Service di Stasiun Bogor bernama Iqbal Fahri. Bersama beberapa petugas lainnya, mereka memeriksa bungkusan lebih detail untuk kepentingan memasukkan data dalam aplikasi lost and found atau laporan barang tertinggal di KRL. Setelah diperiksa bersama, uang yang dibungkus koran tersebut berjumlah Rp500 juta.
Petugas passenger service kemudian memasukkan data dan ciri-ciri barang yang ditemukan tersebut ke dalam sistem aplikasi lost and found. Tidak lama, seorang pengguna KRL dengan inisial SB melaporkan barang miliknya yang tertinggal di kereta. Iqbal kemudian menerima SB dan melakukan verifikasi data serta ciri-ciri barang yang dilaporkan tertinggal.
Setelah verifikasi identitas dan ciri-ciri barang seluruhnya sesuai dengan apa yang ditemukan, uang tersebut dikembalikan kepada pemiliknya dengan disaksikan sejumlah petugas.
Erick menilai, sikap jujur dan disiplin yang ditunjukkan kedua petugas PT Kereta Commuter Indonesia (KCI) tersebut karena didasarkan pada akhlak yang baik.
"Ternyata apa yang dilakukan oleh Egi dan Mujenih itu sesuatu yang luar biasa bagi kita semua, apalagi ini bersinergi dengan BUMN. Karena itu, saya harapkan ini bisa menjadi inspirasi bagi kita semua terutama para pimpinan bahwa memang kebetulan kita diberikan amanah, kita juga harus siap akhlak itu sendiri jika kita mau sukses," ujar Erick dalam konferensi pers secara virtual, Jakarta, Senin (13/7/2020).
Dirinya juga menyebut tindakan luar biasa yang dilakukan Egi dan Mujenih tidak semata simbolik. Namun, sikap itu, menunjukkan bahwa Indonesia sebagai bangsa besar yang berpegang teguh pada prinsip kejujuran dan disiplin yang tinggi yang didasari pada akhlak.
(Baca Juga: Bukan yang Pertama, Begini Cerita Petugas Kebersihan yang Temukan Uang Rp500 Juta di KRL)
Ahlak, lanjut Erick, harus menjadi landasan dalam setiap aktivitas atau kegiatan yang dilakukan. Semuanya akan hambar dan tak ada artinya jika tidak dilandasi oleh akhlak itu sendiri.
"Karena tanggung jawab dan yang terpenting apa yang kita sepakati bersama bahwa apa yang kita lakukan tak ada artinya kalau tidak didasari oleh akhlak. Karena itu, kemarin ketika beritanya ada di mana-mana, saya rasa ini poin yang sangat bagus, kebetulan kami di BUMN juga punya prinsip bahwa akhlak menjadi landasan utama," ujarnya.
Dia juga mengatakan, sikap disiplin dapat menjadi kunci bagi indonesia untuk keluar dari persoalan Covid-19. Di mana masyarakat tetap mematuhi protokol kesehatan yang sudah dirumuskan pemerintah. "Karena kunci ya tadi, untuk melawan Covid-19 ini, ya kita harus disiplin dan ini harus kita jaga. Dan kemarin saya bilang juga sebelumnya kita terus mengobati, suksesnya kita melawan Covid kalau masyarakat itu disiplin dan berpartisipasi untuk menangani itu semua. Dan Insya Allah apa yang diberikan (contoh) oleh mas Egi dan Mujani menginspirasi generasi muda kita," tegasnya.
Untuk diketahui, pada 6 Juli 2020 lalu, tepatnya pukul 16.40 WIB, petugas kebersihan kereta Mujenih dan Petugas Pengawalan KRL Egi Sandi menemukan barang yang tertinggal di kereta kedua dari kereta yang akan tiba di Stasiun Bogor. Barang tersebut berupa plastik berisi uang dalam bungkusan koran.
Mujenih dan Egi kemudian menyerahkan ke petugas Passenger Service di Stasiun Bogor bernama Iqbal Fahri. Bersama beberapa petugas lainnya, mereka memeriksa bungkusan lebih detail untuk kepentingan memasukkan data dalam aplikasi lost and found atau laporan barang tertinggal di KRL. Setelah diperiksa bersama, uang yang dibungkus koran tersebut berjumlah Rp500 juta.
Petugas passenger service kemudian memasukkan data dan ciri-ciri barang yang ditemukan tersebut ke dalam sistem aplikasi lost and found. Tidak lama, seorang pengguna KRL dengan inisial SB melaporkan barang miliknya yang tertinggal di kereta. Iqbal kemudian menerima SB dan melakukan verifikasi data serta ciri-ciri barang yang dilaporkan tertinggal.
Setelah verifikasi identitas dan ciri-ciri barang seluruhnya sesuai dengan apa yang ditemukan, uang tersebut dikembalikan kepada pemiliknya dengan disaksikan sejumlah petugas.
(fai)