Rupiah Menguat Tertajam dalam Enam Tahun

Rabu, 07 Oktober 2015 - 14:58 WIB
Rupiah Menguat Tertajam dalam Enam Tahun
Rupiah Menguat Tertajam dalam Enam Tahun
A A A
JAKARTA - Rupiah menguat tertajam dalam enam tahun karena investor luar negeri kembali masuk ke pasar saham Indonesia. Sementara ringgit melonjak setelah Malaysia melaporkan Surplus perdagangan terbesar dalam sembilan bulan terakhir dan minyak mentah Brent memperpanjang kenaikan di atas USD50/barel.

Mata uang Indonesia naik 2,6% menjadi Rp13.890/USD pada pukul 13.39 di Jakarta, menguat sepanjang pekan ini menjadi 5,2%. Sementara ringgit menguat 2,1%, terbesar sejak September 2013 menjadi 4,2828/USD di Kuala Lumpur. Dua mata uang ini masih merupakan pemain terburuk di Asia tahun ini, masing-masing turun 11% dan 18%.

"Rupiah dijual cukup tajam sebelum sentimen berbalik, sehingga penyesuaian mungkin juga cukup besar. Sentimen berubah lebih baik di pasar negara berkembang dan rupiah bisa menguat ke Rp13.700 dalam tiga minggu ke depan," kata Kepala Eksekutif di FPG Securities Co Koji Fukaya, seperti dilansir dari Bloomberg, Rabu (7/10/2015).

Pasar negara berkembang telah reli pekan ini setelah mengecewakannya data pekerjaan Amerika Serikat (AS) yang dirilis pada akhir pekan lalu, sehingga meningkatkan spekulasi bahwa Federal Reserve tidak akan menaikkan suku bunga pada tahun ini.

Dana asing bertambah USD82 juta di saham Indonesia dalam dua hari terakhir, yang jika berkelanjutan akan menjadi arus masuk mingguan pertama sejak Juli. Rupiah telah turun 9% pada kuartal terakhir karena investor luar negeri menarik dananya lebih dari USD2 miliar dari saham dan obligasi Indonesia.

Di Malaysia, ringgit memperpanjang kenaikan minggu karena menguatnya harga minyak mentah Brent sebesar 5,4% semalam, membantu pendapatan eksportir minyak utama di Asia. Reli mendapat dorongan lebih lanjut setelah surplus perdagangan dan ekspor Agustus mengalahkan perkiraan.

"Ringgit memanfaatkan rebound harga minyak. Ekspor dan surplus perdagangan yang lebih baik dari perkiraan mengakibatkan kenaikan lebih lanjut," kata ahli strategi senior di Australia & New Zealand Banking Group Ltd Khoon Goh.

Sementara itu, sebuah paket kebijakan baru akan diumumkan pada Kamis ini oleh Presiden Joko Widodo. (Baca: Luar Biasa! Rupiah Dibuka Rp14.065/USD)

Bank Indonesia pada pekan lalu mengatakan, akan mulai melakukan intervensi di pasar mata uang untuk membantu menstabilkan rupiah. Bank sentral telah mempertahankan suku bunga acuan pada level 7,5% sejak Februari untuk mengendalikan inflasi dan membendung penurunan rupiah.

"Rupiah yang kuat dapat memberikan Bank Indonesia kelonggaran untuk menurunkan suku bunga demi memacu pertumbuhan, yang akan memberi imbas positif bagi saham dan obligasi," kata ekonom PT Samuel Sekuritas Indonesia Rangga Cipta.

Dia berharap, suku bunga tetap ditahan tahun ini dan baru dipangkas sebesar 50 basis poin mulai kuartal II/2016. Sementara Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) telah memangkas tingkat suku bunga simpanan menjadi 7,5% dari 7,75%.

Morgan Stanley menyatakan, mata uang yang lebih stabil dalam waktu dekat membuat obligasi dan saham Indonesia lebih menarik bagi investor dan momentum ini dapat terus berlanjut dalam beberapa pekan ke depan. Bank Indonesia akan merilis data cadangan devisa September pada hari ini.

Baca:

Rupiah Siang Ini Merekah di Bawah Rp14.000, IHSG Memerah

Rupiah Menguat, Rilis Paket Kebijakan III Dipercepat
(rna)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7552 seconds (0.1#10.140)