Industri Jamu Siap Hadapi MEA

Selasa, 12 Januari 2016 - 00:09 WIB
Industri Jamu Siap Hadapi MEA
Industri Jamu Siap Hadapi MEA
A A A
SEMARANG - Industri jamu dan obat tradisional di Jawa Tengah sudah siap menghadapi pasar bebas Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA). Bagi industri jamu, MEA merupakan tantangan sekaligus peluang besar dalam mengembangkan pasar.

Ketua Gabungan Pengusaha (GP) Jamu dan Obat Tradisional Indonesia DPD Jateng, Nyoto Wardoyo menyatakan, potensi UMKM khusunya industri jamu di Jawa Tengah memiliki potensi yang sangat besar dibandingkan daerah lain. “Hal ini menempatkan Jateng memiliki posisi yang sangat strategis bagi Indonesia meskupun beberapa tantangan masih dihadapi di Jateng,” ujarnya, Senin (11/1/2015).

Dia menyebutkan, saat ini di Jawa Tengah ada sekitar 271 industri jamu, yang terdiri dari 17 industri besar, kecil dan menengah ada sekitar 70 pelaku industri dan sisanya adalah industi mikro. ”Sudah banyak pelaku usaha yang sudah mendapatkan sertifikasi halal dan sertifikasi lainnya, sehingga mampu mendukung kepercayaan konsumen,” ucapnya.

Dia menjelaskan, dengan semakin pesat kerjasama di negara ASEAN akan menciptakan peluang dan tantangan baru bagai industri jamu. Salah satu tantangan industri jamu adalah meningkatkan persaiangan produk UMKM di negara ASEAN. Sementara peluangnya di MEA adalah produk-produk jamu dari Jateng memiliki pasar semakin luas. “Untuk menyikapinya perlu menjaga dan meningkatkan daya saing sebagai industri kreatif dan inovatif,” imbuhnya.

Untuk menguatkan produk dalam negeri, kata dia, masyarakat Indonesia harus bangga dengan produk dalam negeri. Untuk bisa bangga dengan produk sendiri pelaku usaha industri jamu harus mampu menjaga kualitas.

“Masyarkat semakin pandai memilih produk yang baik, edukasi masyarkat dan ekonomi yang terus meningkat maka daya pilihnya meningkat, artinya tidak sembarangan memilih produk, oleh karena itu untuk bersaing nomer satu tetapa harus kualitas,” katanya.

Namun, lanjut dia, untuk menghadapi MEA 2015, tidak bisa dipungkiri industri jamu terbagi dalam beberapa klasifikasi, yakni mikro, kecil dan skala industri atau industri besar.

Bagi industri jamu untuk skala besar kemungkinan tidak akan ada kendala, namun untuk industri mikro dan kecil, harus dilindungi dengan cara terus diberikan bimbingan dan arahan dari pemerinta supaya mereka mampu survive. “Meski pada dasarnya pelaku usaha harus tetap mengembangkan pasar sendiri, untuk usaha mikro dan kecil tetap membutuhkan pendampingan,” ujarnya.

Museum Jamu Jago

Museum Jamu Jago di Semarang, merupakan salah satu museum jamu di Kota Semarang, yang dibangun oleh perusahaan Jamu Jago untuk memberikan edukasi kepada masyarkat.

Museum yang terletak di Jalan Jalan Perintis Kemerdekaan No 275 Banyumanik Kota Semarang ini, dibangun pada 27 Januari 1990, seiring makin berkembangnya perusahan Jamu Jago.

Di Museum yang berada di satu komplek dengan pabrik Jamu Jago ini, menyimpan banyak sejarah proses pembuatan dan bahan-bahan jamu. Seperti alat tradisonal pembuatan jamu berupa pipisan, lumpang dan alu untuk numbuk jamu pertama kali yang dilakukan oleh PT Jamu Jago, pada tahun 1918.

Tidak hanya itu, juga terdapat puluhan jenis tanaman asli Indonesia yang bisa digunakan untuk pembuatan jamu seperti kecubung, pasak bumi, kayu rapet, teki, purwoceng, gadung, sintok, akar rasukangin, dan masih banyak lagi. Bahan-bahan jamu ini ditata rapi diatas meja besar yang didesain khusus.

Selain itu, juga terdapat berbagai barang kuno peninggalan PT Jamu Jago masa lalu, seperti pembukuan, alat hitung kuno, brosur-brosur kuno, plang promosi yang terbuat dari kayu.

Jamu-jamu yang diproduksi oleh PT Jamu Jago di masa lalu pun dipajang, dietalse kaca, seperti jamu Puder sekalor, sampai Kondom yang diproduksi pada tahun 1974 yang diberinama “karet KB”.

Di pojok sebelah kanan, belakang ada seperangkat gamelan yang digunakan untuk menghibur ketika ada kunjungan yang akan dimainkan oleh karyawan Jamu Jago. Pengunjung tidak hanya dihibur dengan gamelan namun juga bisa menikmati jamu secara gratis. Tiket masuk ke museum ini pun gratis, alias tidak dikenakan biaya apa pun.

Di Museum Jamu Jago ini pengunjung juga bisa melihat berbagi prestasi rekor yang tercatat di Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dari seluruh Indonesia melalui dokumentasi Foto yang dipajang.

“Museum Jamu memang menjadi satu dengan MURI, sehingga pengunjung tidak hanya mendapatkan edukasi tentang jamu, juga bisa mendatkan informasi tentang Rekor MURI, dan semua gratis,” kata Sriwidayati, karyawan Jamu Jago yang juga Manager MURI.

Dia mengatakan, museum jamu di hari-hari biasa relatif sepi, namun pada hari libur dan juga masa akhir semester banyak kunjungan dari anak-anak sekolah mulai dari TK hingga mahasiswa. “Tujuan dibangunnya museum ini memang untuk memberikan edukasi kepada generasi muda tentang jamu, bahan-bahannya, dan juga proses pembuatannya,” imbuhnya.

Wida mengaku, tahun ini museum jamu rencananya akan direnovasi, untuk ditata ulang dan ditambah koleksinya supaya lebih menarik.

Salah satu pengunjung Museum Jamu, Henny mengaku, keberadaaan museum jamu bisa memberikan edukasi kepada anak-anak untuk mengetahui bahan-bahan dan tumbuh-tumbuhan yang bisa digunakan untuk membuat jamu.

Menurutnya, museum perlu dikembangkan lagi supaya lebih menarik, sehingga semakin mengedukasi. “Museum ini bisa menjadi tempat untuk edukasi kepada anak-anak, khusunya untuk mengetahui bahan dan tumbuh-tumbuhan yang bisa digunakan untuk membuat jamu. Selain itu bisa melihat proses pembuatan jamu,” tandasnya.
(dmd)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6830 seconds (0.1#10.140)